32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Harga Cabai Kian Meroket, Sayuran Hilang di Pasar

MEDAN-Para ibu-ibu yang membutuhkan cabai merah sebagai bahan dasar mengelola masakan, tampaknya belum bisa bernafas lega. Ini karena harga cabai di pasar tradisional kian meroket sejak beberapa hari lalu hingga Rabu (2/1), kemarin.  Harga cabai kemarin bertengger  di harga Rp25 ribu hingga Rp28 ribu per kilonya.

PEDAGANG SAYUR: Pedagang sayur melayani pembeli  Pasar Tradisional Kwala Bekala Medan.//ANDRI GINTING/SUMUT POS
PEDAGANG SAYUR: Pedagang sayur melayani pembeli di Pasar Tradisional Kwala Bekala Medan.//ANDRI GINTING/SUMUT POS

Sebelum tahun baru, harga cabai merah sempat mengalami penurunan. Dari Rp20 ribu per kilo menjadi Rp10 ribu- Rp12 ribu per kilo. Tetapi, kemarin harga cabai merah mendadak meroket hingga Rp25 ribu hingga Rp28 ribu per kilo. Tidak saja harganya meroket, kondisi cabai yang beredar di pasar juga terlihat tidak segar lagi.

Salah seorang pedagang bahan pokok di Pusat Pasar, Makcici Hutabarat mengaku, harga cabai melonjak naik pada Tahun Baru 2013. “Kami dengar dari distributor, petani di Karo tidak panen cabai sehingga stok menjadi terbatas. Ya tentu cabai menjadi langka. Kondisi cabai juga tidak segar,” aku Makcici Hutabarat yang ditemui wartawan koran ini.  Makcici menjelaskannya, saat ini mayoritas cabai yang beredar di pasar Kota Medan berasal dari Ka ro.

Sedangkan daerah lain tidak terlalu diminati warga Medan karena rasanya cabainya kurang pedasn “Kalau cabai dari Karo warnanya merah dan cantik, rasanya juga pedas. Beda bila dibandingkan dengan cabai berasal dari daerah lain. Cabai dari Karo beredar di pusat Pasar. Sedangkan dari daerah lain, seperti Delitua sangat sedikit. Kecuali cabai rawit, banyak berasal dari Delitua,” ungkapnya.

Sementara itu, harga cabai di Pasar Sukaramai juga mengalami hal yang sama. Di pasar tradisional satu ini, harga cabai mencapai Rp28 ribu per kilonya. “Harga cabai yang kami jual Rp28 ribu per kilo. Harganya mengalami kenaikan sejak Tahun Baru 2013,” kata  Lindung Siregar, pedagang sayuran di pasar Sukaramai.

Sayuran Hilang dari Pasar
Selain harga cabai meroket, sayuran di sejumlah pasar tradisional justru langka. Jikapun ada, sayuran tersebut sudah tidak segar lagi. Seperti di pasar tradisional Pusat Pasar, sayur bayam, daun ubi, kangkung, kacang panjang, dan jenis sayuran lainnya sulit didapati di pasar ini. Selain stok yang menipis, beberapa jenis sayuran ini juga mengalami kenaikan harga.

Menipisnya stok ini menurut pengakuan beberapa pedagang karena petani yang tidak memanen tanamannya karena merayakan Tahun baru sehingga penyaluran sayur ke Medan tidak merata. Sedangkan jenis sayuran yang didistribusikan ke Medan seperti kangkung, bayam hijau, bayam merah, daun ubi (singkong), kacang panjang, kol, brokoli, dan lainnya.

“Saat ini, stok kita memang sangat terbatas, adapun hanya beberapa yang berasal dari Delitua atau Deli Serdang. Selain itu, stok sayuran kita masih stok lama sehingga kurang segar,” kata Linda Situngkir, pedagang sayuran di Pusat Pasar.

Menurutnya, stok sayur yang tersedia merupakan stok sayuran yang masuk pada 31 Desember 2012 lalu. Sedangkan harga sayuran mengalami kenaikan sekitar 50 persen dari harga biasanya. Seperti bayam hijau, harga biasanya Rp2.000 per ikat naik menjadi Rp3.000 ribu per ikat. Untuk Timun dari harga Rp4.000 per kilo naik menjadi Rp6.000- Rp7.000 per kilo. Kol, daun ubi dari harga Rp2.000 per ikat naik menjadi Rp3.000 per ikat. “Walau harga sayur naik dan sayuran tidak segar lagi, tetapi para ibu rumah tangga tetap berebutan membeli. Ini karena tidak ada pilihan lagi,” kata Linda.

Linda menjelaskan, pada hari biasanya, atau saat normal dari pagi hingga sore hari, dirinya mempu menjual beraneka jenis sayuran rata-rata 80 ikat per hari. Namun, karena saat ini stok sayuran menipis bahkan banyak pedagang sayur yang tak menjual sayur, membuat dirinya harus tutup lebih awal di saat siang hari.

Begitu juga di pasar Sukaramai. Berbagai jenis sayuran juga langka. Di pasar ini yang biasanya ramai pedagang sayur terlihat sepi. “Kita tak bisa jualan sayur  karena yang dijual juga tidak ada,” ujar Lindung Siregar, pedagang sayuran di pasar tradisional Sukaramai.  (ram)

MEDAN-Para ibu-ibu yang membutuhkan cabai merah sebagai bahan dasar mengelola masakan, tampaknya belum bisa bernafas lega. Ini karena harga cabai di pasar tradisional kian meroket sejak beberapa hari lalu hingga Rabu (2/1), kemarin.  Harga cabai kemarin bertengger  di harga Rp25 ribu hingga Rp28 ribu per kilonya.

PEDAGANG SAYUR: Pedagang sayur melayani pembeli  Pasar Tradisional Kwala Bekala Medan.//ANDRI GINTING/SUMUT POS
PEDAGANG SAYUR: Pedagang sayur melayani pembeli di Pasar Tradisional Kwala Bekala Medan.//ANDRI GINTING/SUMUT POS

Sebelum tahun baru, harga cabai merah sempat mengalami penurunan. Dari Rp20 ribu per kilo menjadi Rp10 ribu- Rp12 ribu per kilo. Tetapi, kemarin harga cabai merah mendadak meroket hingga Rp25 ribu hingga Rp28 ribu per kilo. Tidak saja harganya meroket, kondisi cabai yang beredar di pasar juga terlihat tidak segar lagi.

Salah seorang pedagang bahan pokok di Pusat Pasar, Makcici Hutabarat mengaku, harga cabai melonjak naik pada Tahun Baru 2013. “Kami dengar dari distributor, petani di Karo tidak panen cabai sehingga stok menjadi terbatas. Ya tentu cabai menjadi langka. Kondisi cabai juga tidak segar,” aku Makcici Hutabarat yang ditemui wartawan koran ini.  Makcici menjelaskannya, saat ini mayoritas cabai yang beredar di pasar Kota Medan berasal dari Ka ro.

Sedangkan daerah lain tidak terlalu diminati warga Medan karena rasanya cabainya kurang pedasn “Kalau cabai dari Karo warnanya merah dan cantik, rasanya juga pedas. Beda bila dibandingkan dengan cabai berasal dari daerah lain. Cabai dari Karo beredar di pusat Pasar. Sedangkan dari daerah lain, seperti Delitua sangat sedikit. Kecuali cabai rawit, banyak berasal dari Delitua,” ungkapnya.

Sementara itu, harga cabai di Pasar Sukaramai juga mengalami hal yang sama. Di pasar tradisional satu ini, harga cabai mencapai Rp28 ribu per kilonya. “Harga cabai yang kami jual Rp28 ribu per kilo. Harganya mengalami kenaikan sejak Tahun Baru 2013,” kata  Lindung Siregar, pedagang sayuran di pasar Sukaramai.

Sayuran Hilang dari Pasar
Selain harga cabai meroket, sayuran di sejumlah pasar tradisional justru langka. Jikapun ada, sayuran tersebut sudah tidak segar lagi. Seperti di pasar tradisional Pusat Pasar, sayur bayam, daun ubi, kangkung, kacang panjang, dan jenis sayuran lainnya sulit didapati di pasar ini. Selain stok yang menipis, beberapa jenis sayuran ini juga mengalami kenaikan harga.

Menipisnya stok ini menurut pengakuan beberapa pedagang karena petani yang tidak memanen tanamannya karena merayakan Tahun baru sehingga penyaluran sayur ke Medan tidak merata. Sedangkan jenis sayuran yang didistribusikan ke Medan seperti kangkung, bayam hijau, bayam merah, daun ubi (singkong), kacang panjang, kol, brokoli, dan lainnya.

“Saat ini, stok kita memang sangat terbatas, adapun hanya beberapa yang berasal dari Delitua atau Deli Serdang. Selain itu, stok sayuran kita masih stok lama sehingga kurang segar,” kata Linda Situngkir, pedagang sayuran di Pusat Pasar.

Menurutnya, stok sayur yang tersedia merupakan stok sayuran yang masuk pada 31 Desember 2012 lalu. Sedangkan harga sayuran mengalami kenaikan sekitar 50 persen dari harga biasanya. Seperti bayam hijau, harga biasanya Rp2.000 per ikat naik menjadi Rp3.000 ribu per ikat. Untuk Timun dari harga Rp4.000 per kilo naik menjadi Rp6.000- Rp7.000 per kilo. Kol, daun ubi dari harga Rp2.000 per ikat naik menjadi Rp3.000 per ikat. “Walau harga sayur naik dan sayuran tidak segar lagi, tetapi para ibu rumah tangga tetap berebutan membeli. Ini karena tidak ada pilihan lagi,” kata Linda.

Linda menjelaskan, pada hari biasanya, atau saat normal dari pagi hingga sore hari, dirinya mempu menjual beraneka jenis sayuran rata-rata 80 ikat per hari. Namun, karena saat ini stok sayuran menipis bahkan banyak pedagang sayur yang tak menjual sayur, membuat dirinya harus tutup lebih awal di saat siang hari.

Begitu juga di pasar Sukaramai. Berbagai jenis sayuran juga langka. Di pasar ini yang biasanya ramai pedagang sayur terlihat sepi. “Kita tak bisa jualan sayur  karena yang dijual juga tidak ada,” ujar Lindung Siregar, pedagang sayuran di pasar tradisional Sukaramai.  (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/