25.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Cuaca Buruk, Nelayan Tak Melaut

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Aktifitas nelayan di muara tempat pelelangan ikan (TPI) di Bagan Deli Medan Belawan, beberapa waktu lalu.

SUMUTPOS.CO – Cuaca buruk yang berlangsung belakangan ini mengakibatkan ratusan kapal nelayan di Belawan tidak melaut. Ratusan kapal ikan nelayan dengan skala kecil dan besar terlihat parkir di dermaga di kawasan Sungai Deli dan  Gabion kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dan Labuhan Deli serta Kurnia, sekitar bantaran Sungai Deli, Kamis (21/6).

Ketua Aliansi Nelayan Selat Malaka Sumatera Utara (ANSM – SU), Abdul Rahman mengatakan, para nelayan banyak tidak melaut, sehingga ratusan kapal nelayan bersandar di beberapa dermaga. Dampak ini juga menjadi kekhawatiran atau trauma bagi nelayan pasca tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Samosir.

“Banyak nelayan besar dan kecil labu jangkar, mereka hanya di laut tidak bisa menangkap ikan di areal zona tangkap, ini belum tahu sampai kapan cuaca buruk terjadi,” kata Abdul Rahman.

Pria yang akrab disapa Atan menambahkan walau cuaca buruk, ada juga nelayan Belawan yang melaut dengan mempertaruhkan keselamatan akibat akibat dorongan kebutuhan ekonomi keluarga.

“Mau tidak mau, nelayan tetap ada yang melaut, walaupun sulit mendapat ikan, nelayan tetap berusaha mencari ikan dengan kondisi yang ada, karena tidak tahu lagi mau kerja apa kalau tidak melaut,” jelas Atan.

Pria yang juga menjabat Ketua Karang Taruna Belawan ini berharap  pemerintah memikirkan solusi atas nasib nelayan pada musim cuaca buruk atau susah mencari ikan pada musim ombak dan angin kencang.

“Seharusnya ada pelatihan dari pemerintah kepada nelayan mengatasi kondisi seperti ini atau minimal ada santunan kesejahteraan kepada nelayan. Jadi nelayan tidak memaksa diri melaut pada saat cuaca buruk,” kata Atan.

Kepala Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Belawan Hanafi Hamzah mengatakan kondisi cuara perairan Belawan masih aman dengan ketinggian obak berkisar 0.5 sampai dengan 1.0 meter.”Kondisi ini relatif aman untuk aktivitas melaut bagi nelayan kecuali pada saat hujan, ketinggian ombak bisa meningkat menjadi 2.0 meter,” katanya.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan mengeluarkan peringatan dini cuaca. Hujan intensitas sedang hingga lebat ditambah petir dan angin kencang bakal melabda sejumlah wilayah di Kota Medan.

Berdasarkan prakiran mereka, Kamis (21/6) hujan deras yang terjaadi sejak pagi juga meluas ke wilayah Labuhanbatu,  Asahan, Simalungun,  P. Siantar, Tanjung Balai, Batubara, Sergai, Tebing Tinggi, Deliserdang.

Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Medan Syahnan menerangkan, saat ini sejumlah wilayah di Sumut pada dasarnya sedang memasuki musim kemarau. “Puncak musim kemarau terjadi pada diprakirakan terjadi pada Agustus-September 2018 dan berakhir pada November 2018, seiring dengan awal musim hujan 2018/2019,” kata Syahnan.

Hal ini pula yang menyebabkan ombak tinggi seperti yang terjadi di Danau Toba hingga menimbulkan tragedi kapal terbalik.

Dia menerangkan meski musim kemarau potensi hujan tetap ada. Hal ini terjadi lantaran luasnya wilayah Indonesia sehingga di tiap-tiap wilayah berbeda-beda kondisinya  cuacanya. “Ada yang satu wilayah hujan, ada yang tidak hujan sama sekali,” ungkapnya.(fac/dvs/ila)

 

 

 

 

 

 

 

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Aktifitas nelayan di muara tempat pelelangan ikan (TPI) di Bagan Deli Medan Belawan, beberapa waktu lalu.

SUMUTPOS.CO – Cuaca buruk yang berlangsung belakangan ini mengakibatkan ratusan kapal nelayan di Belawan tidak melaut. Ratusan kapal ikan nelayan dengan skala kecil dan besar terlihat parkir di dermaga di kawasan Sungai Deli dan  Gabion kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dan Labuhan Deli serta Kurnia, sekitar bantaran Sungai Deli, Kamis (21/6).

Ketua Aliansi Nelayan Selat Malaka Sumatera Utara (ANSM – SU), Abdul Rahman mengatakan, para nelayan banyak tidak melaut, sehingga ratusan kapal nelayan bersandar di beberapa dermaga. Dampak ini juga menjadi kekhawatiran atau trauma bagi nelayan pasca tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Samosir.

“Banyak nelayan besar dan kecil labu jangkar, mereka hanya di laut tidak bisa menangkap ikan di areal zona tangkap, ini belum tahu sampai kapan cuaca buruk terjadi,” kata Abdul Rahman.

Pria yang akrab disapa Atan menambahkan walau cuaca buruk, ada juga nelayan Belawan yang melaut dengan mempertaruhkan keselamatan akibat akibat dorongan kebutuhan ekonomi keluarga.

“Mau tidak mau, nelayan tetap ada yang melaut, walaupun sulit mendapat ikan, nelayan tetap berusaha mencari ikan dengan kondisi yang ada, karena tidak tahu lagi mau kerja apa kalau tidak melaut,” jelas Atan.

Pria yang juga menjabat Ketua Karang Taruna Belawan ini berharap  pemerintah memikirkan solusi atas nasib nelayan pada musim cuaca buruk atau susah mencari ikan pada musim ombak dan angin kencang.

“Seharusnya ada pelatihan dari pemerintah kepada nelayan mengatasi kondisi seperti ini atau minimal ada santunan kesejahteraan kepada nelayan. Jadi nelayan tidak memaksa diri melaut pada saat cuaca buruk,” kata Atan.

Kepala Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Belawan Hanafi Hamzah mengatakan kondisi cuara perairan Belawan masih aman dengan ketinggian obak berkisar 0.5 sampai dengan 1.0 meter.”Kondisi ini relatif aman untuk aktivitas melaut bagi nelayan kecuali pada saat hujan, ketinggian ombak bisa meningkat menjadi 2.0 meter,” katanya.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Medan mengeluarkan peringatan dini cuaca. Hujan intensitas sedang hingga lebat ditambah petir dan angin kencang bakal melabda sejumlah wilayah di Kota Medan.

Berdasarkan prakiran mereka, Kamis (21/6) hujan deras yang terjaadi sejak pagi juga meluas ke wilayah Labuhanbatu,  Asahan, Simalungun,  P. Siantar, Tanjung Balai, Batubara, Sergai, Tebing Tinggi, Deliserdang.

Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Medan Syahnan menerangkan, saat ini sejumlah wilayah di Sumut pada dasarnya sedang memasuki musim kemarau. “Puncak musim kemarau terjadi pada diprakirakan terjadi pada Agustus-September 2018 dan berakhir pada November 2018, seiring dengan awal musim hujan 2018/2019,” kata Syahnan.

Hal ini pula yang menyebabkan ombak tinggi seperti yang terjadi di Danau Toba hingga menimbulkan tragedi kapal terbalik.

Dia menerangkan meski musim kemarau potensi hujan tetap ada. Hal ini terjadi lantaran luasnya wilayah Indonesia sehingga di tiap-tiap wilayah berbeda-beda kondisinya  cuacanya. “Ada yang satu wilayah hujan, ada yang tidak hujan sama sekali,” ungkapnya.(fac/dvs/ila)

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/