26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Evakuasi WNI dari Wuhan Bejalan Ketat, 7 Tak Ikut Pulang, 3 Diduga Suspect

PULANG Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, dengan menumpang pesawat Batik Air jenis Airbus A330 nomor penerbangan ID8619, Minggu (2/2). Mereka akan menjalani masa karantina selama 14 hari di Natuna.
PULANG Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, dengan menumpang pesawat Batik Air jenis Airbus A330 nomor penerbangan ID8619, Minggu (2/2). Mereka akan menjalani masa karantina selama 14 hari di Natuna.

SUMUTPOS.CO – Pesawat Batik Air jenis Airbus A330 dengan nomor penerbangan ID8619 yang mengangkut 238 Warga Negara Indonesia (WNI) berangkat dari Bandara Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok sekitar pukul 05.00 waktu setempat, dan mendarat di Bandara Hang Nadim Batam, Minggu (2/2) sekitar pukul 08.35 WIB.

USAI pendaratan tepat di apron depan kargo Bandara Hang Nadim, pesawat berbadan besar buatan Prancis tersebut tak langsung membuka pintu dan menurunkan ratusan penumpangnya. Setelah dipastikan terparkir, selang beberapa menit, puluhan petugas medis berpakaian pelindung anti virus terdiri dari empat warna, yakni putih dari tenaga medis militer maupun Kementerian Kesehatan pusat kuning dari karantina, serta hijau dan merah dari apron langsung mendekat ke garbarata (tangga penurunan penumpang).

Para petugas medis yang berpakaian lengkap pelindung anti virus tersebut langsung bergerak naik dan masuk ke dalam pesawat. Di dalam pesawat, para petugas medis mengecek kembali suhu tubuh serta gejala lainnya satu persatu penumpang sebelum para penumpang itu keluar dari pesawat.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepri, Tjejep Yudiana yang turun langsung memantau evakuasi pemindahan ratusan penumpang dari pesawat Airbus menuju tiga pesawat TNI AU yang terlebih dahulu terpakir, dua berjenis boeing 737-400 serta satu pesawat Hercules C-130. Tiga pesawat milik TNI AU itu sudah terparkir di apron kargo Bandara Hang Nadim Batam sejak Sabtu (1/2) lalu.

Pantauan Batam Pos (grup Sumut Pos) di Bandara Hang Nadim Batam, tepatnya di garbarata atau pintu keberangkatan A8, atau garbarata terdekat dari apron kargo setelah jeda 15 sampai 20 menit usai pengecekan petugas medis di dalam pesawat, satu persatu WNI yang dievakuasi dari Wuhan, Tiongkok, menyusul merebaknya virus corona di negara Tirai Bambu tersebut, dipersilakan turun tangga menuju pesawat TNI AU yang hendak memberangkatkan mereka menuju tempat karantina di Natuna.

Saat menuruni tangga pesawat, para penumpang satu persatu berikut barang bawaannya langsung disemprot petugas medis dengan spray (cairan) disinfektan atau anti bakteri. Tak cukup sekali. Satu penumpang disemprot sedikitnya empat sampai lima petugas medis membawa tempat seperti jerigen yang dipanggul di punggung sebelum memasuki pesawat TNI AU.

“Pegang besi tangga garbarata. Pelan-pelan saja turunnya. Masing-masing pejamkan mata saat disemprot disinfektan ya,” ujar beberapa petugas medis yang berpakaian anti virus mengarahkan penumpang agar saat disemprot cairan disinfektan tak mengenai mata.

Tjejep menegaskan, dari pihak Dinkes Provinsi Kepri bekerja sama dengan Dinkes Batam sendiri pada proses pemindahan penumpang dari pesawat Batik Air menuju pesawat TNI AU di Bandara Hang Nadim Batam, menurunkan sedikitnya 30 tenaga medis yang didalamnya sudah termasuk dokter paru-paru, spesialis penyakit dalam, spesialis anak, dan tenaga perawat.

“Tak hanya dokter dan tenaga medis dari kami saja Dinkes Kepri dan Batam yang membantu evakuasi pemindahan dari pesawat Batik Air ke pesawat TNI AU yang akan mengangkut penumpang menuju Natuna. Dari pihak TNI AU, Kantor Pelabuhan di Batam serta pihak Polda Kepri juga menurunkan tenaga medisnya membantu proses evakuasi di Bandara Hang Nadim,” tegasnya.

Tjejep juga membenarkan, WNI yang dipulangkan transit ke Bandara Hang Nadim Batam, bukan berjumlah 245 orang, melainkan hanya 238 orang. “Ada tujuh orang yang memang tak ikut dipulangkan yang kami dapat kabarnya dari Kemenkes. Empat orang di antaranya memilih tetap tinggal di Wuhan. Sementara tiga lainnya tak lolos proses pemeriksaan kesehatan oleh pemerintah Tiongkok setempat, sehingga terpaksa tertahan di Wuhan,” terangnya.

Untuk 238 penumpang yang dipulangkan dari Wuhan, lanjut Tjejep, dipastikan sudah melalui pemeriksaan kesehatan oleh pemerintah Tiongkok sebelum diterbangkan ke Batam, dan dinyatakan sehat, tak terkontaminasi virus corona. “Semua yang dipulangkan ini bukannya terpapar ataupun positif terkena virus corona, semua penumpang dipastikan dalam kondisi clear, sehat,” tegasnya.

Kenapa sampai Batam dan Natuna nanti juga diperiksa? “Karena memang prosedurnya seperti itu. Dari WHO (badan kesehatan dunia, red) juga memerintahkan untuk itu demi pencegahan. Masa yang positif terpapar saja masih diperhatikan, ini yang jelas-jelas dalam kondisi sehat dinyatakan dengan bukti pemeriksaan baik oleh pemerintah Tiongkok dan Indonesia sendiri, tak boleh pulang,” terangnya.

Tak hanya sebanyak 238 penumpang yang dipulangkan saja yang wajib melalui pemeriksaan serta sterilisasi dengan cara disemprot cairan disinfektan di sekujur tubuhnya. Para kru pesawat seperti pramugari maupun pramugara, pilot dan co-pilot yang membawa 238 penumpang juga diwajibkan menjalankan pemeriksaan serupa.

Para kru pesawat, pilot dan co-pilot mendapatkan giliran turun dari pesawat paling akhir setelah semua penumpang dipastikan turun dan diperiksa. Sementara proses pemindahan penumpang dari pesawat Batik Air menuju pesawat TNI AU sendiri juga dilakukan secara terkoordinasi.

Mengenai tiga WNI yang tidak bisa dipulangkan karena tidak lolos screening dari WHO, sontak menimbulkan spekulasi negatif pada ketiganya. Mereka diduga suspect 2019-nCoV sehingga tak diizinkan meninggalkan Hubei.

Salah satu anggota tim penjeput WNI di Wuhan Budi Sylvana mengamini. Benar adanya bahwa ada tiga orang WNI yang ditinggal. Dia tak tahu pasti jenis kelamin dan nama mereka. “Yang jelas mereka tidak dibolehkan pihak imigrasi Tiongkok karena sakit,” tuturnya.

Namun Budi tak bisa memastikan apa sakitnya mereka. Dia meyakinkan, jika tiga WNI itu akan dirawat oleh pihak pemerintah Tiongkok dan perwakilan Indonesia di Negri Panda itu.

Isu suspect ini pun langsung ditampik Dubes RI untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun. Meski tak memaparkan alasan penolakan keluar area Hubei, ia menegaskan, ketiganya tidak terpapar virus yang masih belum ada vaksinnya tersebut. “Enggak benar itu,” ujarnya singkat.

Plt Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Teuku Faizasyah menambahkan, ketiganya terus dimonitor. KBRI Beijing pun terus memberikan dukungan untuk hal-hal yang diperlukan. “Setelah mereka tidak bisa dibawa pulang, kita koordinasi dengan otoritas setempat. Mereka sudah diantar ke asrama,” ungkapnya.

Pemprovsu Berserah ke Pemerintah Pusat

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) menyerahkan sepenuhnya penanganan evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan dan Tubei, Tiongkok, kepada Pemerintah Indonesia. “Jikalau ada warga Sumut dari total WNI yang sudah dievakuasi tersebut, maka kita percayakan kepada pemerintah kita untuk menanganinya. Sebab, sangat sulit akses kita masuk ke sana. Penanganan akibat nCoV ini sangat khusus dan rumit,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan menjawab Sumut Pos, Minggu (2/2).

Kesulitan akses masuk ini, diakui Alwi, salah satunya soal informasi dan data warga Sumut yang berada di Tiongkok. Melihat penanganan cepat dari pemerintah pusat, pihaknya mempercayakan seluruh prosedur yang sudah dilakukan. Termasuk selama 14 hari akan langsung diisolasi ke Natuna, Kepulauan Riau. “Kami tak bisa mendapat dan mengetahui, adakah warga kita yang berada di Tiongkok sampai saat ini. Namun, jika termasuk dalam evakuasi yang dilakukan ada warga kita, maka kita percayakan penuh sudah ditangani pemerintah kita dengan baik,” katanya.

Disinggung lagi, adakah upaya jemput bola ke Imigrasi guna mengetahui data warga Sumut yang dievakuasi, ia menekankan, cukup memercayakan standar operasional prosedur yang tengah dilakukan pemerintah saat ini. “Dari yang dievakuasi itu jika ada warga Sumut maka dipastikan sudah ditangani dengan baik. Apalagi sampai sejauh ini kami belum mendapat instruksi dari pusat, untuk ikut dalam evakuasi tersebut. Ya kita percayakan sepenuhnya pemerintah menangani ini, sembari juga melakukan upaya preventif di wilayah Sumut,” kata mantan Kadis Kesehatan Labuhanbatu itu.

Pihaknya bersama pemerintah daerah di Sumut juga terus berkoordinasi melakukan pencegahan virus mematikan tersebut. Upaya tersebut diakuinya paling tepat dilakukan saat ini. Bahkan sejak kemunculan wabah tersebut semakin mengancam dunia, pihaknya telah bergerak cepat melakukan upaya preventif.

“Ya, antara lain memastikan seluruh TKA (tenaga kerja asing) tidak suspek corona, baik dari dan ke Sumut. Kami juga berkoordinasi dengan pihak Bandara Kualanamu dan pelabuhan untuk melakukan pemeriksaan setiap penumpang dari luar negeri terutama yang datang dan mau ke China,” ungkapnya.

Kadis Ketenagakerjaan Sumut, Harianto Butarbutar sebelumnya mengutarakan, pihaknya belum punya data berapa jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumut yang berada di China. Sebab sejauh ini pencermatan pihaknya tidak ada TKI asal Sumut yang bekerja di negeri Tirai Bambu melalui jalur biro tenaga kerja. “Sebaiknya itu ditanyakan ke Imigrasi. Sudah pasti ada itu datanya semua. Kalau kami kan hanya berdasarkan yang terdaftar resmi saja. Jika dari Imigrasi, baik yang bekerja profesional ataupun pelajar dari Sumut tentu gampang diketahui datanya,” katanya.

Begitupun pihaknya siap berkoordinasi lebih lanjut bilamana ke depan diketahui ada TKI asal Sumut yang masuk dalam evakuasi Pemerintah Indonesia saat ini. “Kita tunggu dan lihat perkembangan selanjutnya,” katanya.(jpg/prn)

PULANG Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, dengan menumpang pesawat Batik Air jenis Airbus A330 nomor penerbangan ID8619, Minggu (2/2). Mereka akan menjalani masa karantina selama 14 hari di Natuna.
PULANG Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, dengan menumpang pesawat Batik Air jenis Airbus A330 nomor penerbangan ID8619, Minggu (2/2). Mereka akan menjalani masa karantina selama 14 hari di Natuna.

SUMUTPOS.CO – Pesawat Batik Air jenis Airbus A330 dengan nomor penerbangan ID8619 yang mengangkut 238 Warga Negara Indonesia (WNI) berangkat dari Bandara Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok sekitar pukul 05.00 waktu setempat, dan mendarat di Bandara Hang Nadim Batam, Minggu (2/2) sekitar pukul 08.35 WIB.

USAI pendaratan tepat di apron depan kargo Bandara Hang Nadim, pesawat berbadan besar buatan Prancis tersebut tak langsung membuka pintu dan menurunkan ratusan penumpangnya. Setelah dipastikan terparkir, selang beberapa menit, puluhan petugas medis berpakaian pelindung anti virus terdiri dari empat warna, yakni putih dari tenaga medis militer maupun Kementerian Kesehatan pusat kuning dari karantina, serta hijau dan merah dari apron langsung mendekat ke garbarata (tangga penurunan penumpang).

Para petugas medis yang berpakaian lengkap pelindung anti virus tersebut langsung bergerak naik dan masuk ke dalam pesawat. Di dalam pesawat, para petugas medis mengecek kembali suhu tubuh serta gejala lainnya satu persatu penumpang sebelum para penumpang itu keluar dari pesawat.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepri, Tjejep Yudiana yang turun langsung memantau evakuasi pemindahan ratusan penumpang dari pesawat Airbus menuju tiga pesawat TNI AU yang terlebih dahulu terpakir, dua berjenis boeing 737-400 serta satu pesawat Hercules C-130. Tiga pesawat milik TNI AU itu sudah terparkir di apron kargo Bandara Hang Nadim Batam sejak Sabtu (1/2) lalu.

Pantauan Batam Pos (grup Sumut Pos) di Bandara Hang Nadim Batam, tepatnya di garbarata atau pintu keberangkatan A8, atau garbarata terdekat dari apron kargo setelah jeda 15 sampai 20 menit usai pengecekan petugas medis di dalam pesawat, satu persatu WNI yang dievakuasi dari Wuhan, Tiongkok, menyusul merebaknya virus corona di negara Tirai Bambu tersebut, dipersilakan turun tangga menuju pesawat TNI AU yang hendak memberangkatkan mereka menuju tempat karantina di Natuna.

Saat menuruni tangga pesawat, para penumpang satu persatu berikut barang bawaannya langsung disemprot petugas medis dengan spray (cairan) disinfektan atau anti bakteri. Tak cukup sekali. Satu penumpang disemprot sedikitnya empat sampai lima petugas medis membawa tempat seperti jerigen yang dipanggul di punggung sebelum memasuki pesawat TNI AU.

“Pegang besi tangga garbarata. Pelan-pelan saja turunnya. Masing-masing pejamkan mata saat disemprot disinfektan ya,” ujar beberapa petugas medis yang berpakaian anti virus mengarahkan penumpang agar saat disemprot cairan disinfektan tak mengenai mata.

Tjejep menegaskan, dari pihak Dinkes Provinsi Kepri bekerja sama dengan Dinkes Batam sendiri pada proses pemindahan penumpang dari pesawat Batik Air menuju pesawat TNI AU di Bandara Hang Nadim Batam, menurunkan sedikitnya 30 tenaga medis yang didalamnya sudah termasuk dokter paru-paru, spesialis penyakit dalam, spesialis anak, dan tenaga perawat.

“Tak hanya dokter dan tenaga medis dari kami saja Dinkes Kepri dan Batam yang membantu evakuasi pemindahan dari pesawat Batik Air ke pesawat TNI AU yang akan mengangkut penumpang menuju Natuna. Dari pihak TNI AU, Kantor Pelabuhan di Batam serta pihak Polda Kepri juga menurunkan tenaga medisnya membantu proses evakuasi di Bandara Hang Nadim,” tegasnya.

Tjejep juga membenarkan, WNI yang dipulangkan transit ke Bandara Hang Nadim Batam, bukan berjumlah 245 orang, melainkan hanya 238 orang. “Ada tujuh orang yang memang tak ikut dipulangkan yang kami dapat kabarnya dari Kemenkes. Empat orang di antaranya memilih tetap tinggal di Wuhan. Sementara tiga lainnya tak lolos proses pemeriksaan kesehatan oleh pemerintah Tiongkok setempat, sehingga terpaksa tertahan di Wuhan,” terangnya.

Untuk 238 penumpang yang dipulangkan dari Wuhan, lanjut Tjejep, dipastikan sudah melalui pemeriksaan kesehatan oleh pemerintah Tiongkok sebelum diterbangkan ke Batam, dan dinyatakan sehat, tak terkontaminasi virus corona. “Semua yang dipulangkan ini bukannya terpapar ataupun positif terkena virus corona, semua penumpang dipastikan dalam kondisi clear, sehat,” tegasnya.

Kenapa sampai Batam dan Natuna nanti juga diperiksa? “Karena memang prosedurnya seperti itu. Dari WHO (badan kesehatan dunia, red) juga memerintahkan untuk itu demi pencegahan. Masa yang positif terpapar saja masih diperhatikan, ini yang jelas-jelas dalam kondisi sehat dinyatakan dengan bukti pemeriksaan baik oleh pemerintah Tiongkok dan Indonesia sendiri, tak boleh pulang,” terangnya.

Tak hanya sebanyak 238 penumpang yang dipulangkan saja yang wajib melalui pemeriksaan serta sterilisasi dengan cara disemprot cairan disinfektan di sekujur tubuhnya. Para kru pesawat seperti pramugari maupun pramugara, pilot dan co-pilot yang membawa 238 penumpang juga diwajibkan menjalankan pemeriksaan serupa.

Para kru pesawat, pilot dan co-pilot mendapatkan giliran turun dari pesawat paling akhir setelah semua penumpang dipastikan turun dan diperiksa. Sementara proses pemindahan penumpang dari pesawat Batik Air menuju pesawat TNI AU sendiri juga dilakukan secara terkoordinasi.

Mengenai tiga WNI yang tidak bisa dipulangkan karena tidak lolos screening dari WHO, sontak menimbulkan spekulasi negatif pada ketiganya. Mereka diduga suspect 2019-nCoV sehingga tak diizinkan meninggalkan Hubei.

Salah satu anggota tim penjeput WNI di Wuhan Budi Sylvana mengamini. Benar adanya bahwa ada tiga orang WNI yang ditinggal. Dia tak tahu pasti jenis kelamin dan nama mereka. “Yang jelas mereka tidak dibolehkan pihak imigrasi Tiongkok karena sakit,” tuturnya.

Namun Budi tak bisa memastikan apa sakitnya mereka. Dia meyakinkan, jika tiga WNI itu akan dirawat oleh pihak pemerintah Tiongkok dan perwakilan Indonesia di Negri Panda itu.

Isu suspect ini pun langsung ditampik Dubes RI untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun. Meski tak memaparkan alasan penolakan keluar area Hubei, ia menegaskan, ketiganya tidak terpapar virus yang masih belum ada vaksinnya tersebut. “Enggak benar itu,” ujarnya singkat.

Plt Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Teuku Faizasyah menambahkan, ketiganya terus dimonitor. KBRI Beijing pun terus memberikan dukungan untuk hal-hal yang diperlukan. “Setelah mereka tidak bisa dibawa pulang, kita koordinasi dengan otoritas setempat. Mereka sudah diantar ke asrama,” ungkapnya.

Pemprovsu Berserah ke Pemerintah Pusat

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) menyerahkan sepenuhnya penanganan evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan dan Tubei, Tiongkok, kepada Pemerintah Indonesia. “Jikalau ada warga Sumut dari total WNI yang sudah dievakuasi tersebut, maka kita percayakan kepada pemerintah kita untuk menanganinya. Sebab, sangat sulit akses kita masuk ke sana. Penanganan akibat nCoV ini sangat khusus dan rumit,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan menjawab Sumut Pos, Minggu (2/2).

Kesulitan akses masuk ini, diakui Alwi, salah satunya soal informasi dan data warga Sumut yang berada di Tiongkok. Melihat penanganan cepat dari pemerintah pusat, pihaknya mempercayakan seluruh prosedur yang sudah dilakukan. Termasuk selama 14 hari akan langsung diisolasi ke Natuna, Kepulauan Riau. “Kami tak bisa mendapat dan mengetahui, adakah warga kita yang berada di Tiongkok sampai saat ini. Namun, jika termasuk dalam evakuasi yang dilakukan ada warga kita, maka kita percayakan penuh sudah ditangani pemerintah kita dengan baik,” katanya.

Disinggung lagi, adakah upaya jemput bola ke Imigrasi guna mengetahui data warga Sumut yang dievakuasi, ia menekankan, cukup memercayakan standar operasional prosedur yang tengah dilakukan pemerintah saat ini. “Dari yang dievakuasi itu jika ada warga Sumut maka dipastikan sudah ditangani dengan baik. Apalagi sampai sejauh ini kami belum mendapat instruksi dari pusat, untuk ikut dalam evakuasi tersebut. Ya kita percayakan sepenuhnya pemerintah menangani ini, sembari juga melakukan upaya preventif di wilayah Sumut,” kata mantan Kadis Kesehatan Labuhanbatu itu.

Pihaknya bersama pemerintah daerah di Sumut juga terus berkoordinasi melakukan pencegahan virus mematikan tersebut. Upaya tersebut diakuinya paling tepat dilakukan saat ini. Bahkan sejak kemunculan wabah tersebut semakin mengancam dunia, pihaknya telah bergerak cepat melakukan upaya preventif.

“Ya, antara lain memastikan seluruh TKA (tenaga kerja asing) tidak suspek corona, baik dari dan ke Sumut. Kami juga berkoordinasi dengan pihak Bandara Kualanamu dan pelabuhan untuk melakukan pemeriksaan setiap penumpang dari luar negeri terutama yang datang dan mau ke China,” ungkapnya.

Kadis Ketenagakerjaan Sumut, Harianto Butarbutar sebelumnya mengutarakan, pihaknya belum punya data berapa jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumut yang berada di China. Sebab sejauh ini pencermatan pihaknya tidak ada TKI asal Sumut yang bekerja di negeri Tirai Bambu melalui jalur biro tenaga kerja. “Sebaiknya itu ditanyakan ke Imigrasi. Sudah pasti ada itu datanya semua. Kalau kami kan hanya berdasarkan yang terdaftar resmi saja. Jika dari Imigrasi, baik yang bekerja profesional ataupun pelajar dari Sumut tentu gampang diketahui datanya,” katanya.

Begitupun pihaknya siap berkoordinasi lebih lanjut bilamana ke depan diketahui ada TKI asal Sumut yang masuk dalam evakuasi Pemerintah Indonesia saat ini. “Kita tunggu dan lihat perkembangan selanjutnya,” katanya.(jpg/prn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/