26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Asap Pekat Masih Selimuti Sumut

MEDAN-Asap pekat akibat kebakaran di berbagai daerah di Sumatera, khususnya Riau, masih menyelimuti Sumatera Utara (Sumut) hingga kemarin. Beberapa aktivitas penerbangan pun dilarang. Bahkan, pesawat Lion Air dari  Medan yang harusnya mendarat pukul 07.00 WIB di Pekanbaru, baru landing sekira pukul 16.00. Artinya,  Medan-Pekanbaru harus dihabiskan selama sembilan  jam.

NELAYAN: Meski kabut menyelimuti perairan Belawan, namun kegiatan nelayan tidak terganggu.
NELAYAN: Meski kabut menyelimuti perairan Belawan, namun kegiatan nelayan tidak terganggu.

Pihak Otoritas Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II menyatakan, ada 24 penerbangan yang terganggu pekatnya kabut asap sehingga mengalami penundaan hingga berjam-jam di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. “Penundaan paling lama sembilan jam, yaitu penerbangan Lion Air dari Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, tujuan Pekanbaru,” kata Airport Duty Manager SSK II, Hasnan, kemarin.

Ia mengatakan, pesawat Lion Air tersebut sesuai jadwal seharusnya mendarat di Pekanbaru pukul 07.00 pagi, namun akibat pekatnya asap baru berhasil tiba sekitar pukul 16.00 WIB. Sedangkan, penerbangan lainnya rata-rata mengalami penundaan selama tiga hingga delapan jam. “Jarak pandang sempat turun sampai 800 meter karena asap menyelimuti landas pacu dan dinilai sudah berbahaya untuk penerbangan,” tambahnya.

Hasnan mengatakan, penerbangan yang mengalami keterlambatan dari maskapai Garuda Indonesia dari Jakarta dan Medan, Silk Air rute Singapura-Pekanbaru dan Air Asia rute Bandung-Pekanbaru, serta Batik Air dari Jakarta.

Dari Kualanamu, hingga Minggu (2/3), bandara internasional ini masih diselimuti kabut asap dengan jarak pandang berkisar 800-900 meter. Selain itu rute penerbangan pendek juga mengalami gangguan penerbangan.

Informasi yang dihimpun di terminal bandara, hari ini banyak pesawat mengalami penundaan dan pembatalan. Sebanyak 10 penerbangan mulai dari pagi hingga siang mengalami delay dan untuk pembatalan sebanyak 3 penerbangan.

Mega Sirait, Kepala Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan kabut asap yang tebal untuk kemarin sudah lebih bagus daripada Sabtu (1/3). Selain itu, intensitas hujan yang minim di Sumut juga sebagai faktor kabut masih mengepul di bandara. “Sekarang titik api di Sumatera berjumlah 180 titik. Mungkin karena hujan yang tidak turun mempengaruhi ini. Kalau hujan turun kan otomatis kabut dibawa air hujan itu,” ungkapnya.

Adapun penerbangan yang mengalami pembatalan yaitu, Wings Air IW 1260 tujuan Gunungsitoli, Garuda Indonesia GA 0276 tujuan Pekanbaru, dan Air Asia QZ 8028 tujuan Pekanbaru.

Pesawat yang mengalami divert belum begitu banyak. Jamal Amri selaku OIC KNIA mengatakan baru penerbangan Lion Air yang harus melakukan pendaratan di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia juga menambahkan jarak pandang tadi pagi berkisar 800 meter. Divert ini terjadi karena kabut asap menyelimuti KNIA sehingga pesawat tersebut harus mendarat ke tujuan lain. Selain itu beberapa penerbangan yang tertunda sudah berangkat meski jadwal molor.

“Divert itu melakukan pendaratan di bandara alternit. Alternit itu sebenarnya alternatif namun itu bahasa kami bilangnya alternit. Jadi setiap pesawat mau ke bandara tujuannya maka harus buat tujuan lain agar mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Kewajiban setiap pilot mengisi di flight plan. Baru inilah pesawat tujuan KNIA pindah ke Kuala Lumpur gara-gara asap dari beberapa hari lalu sering berkabut di bandara,” ujarnya.

Penumpang Ricuh

Sekitar pukul 15.38 WIB Minggu (2/3) sore tadi terjadi kericuhan di check in Lion Air KNIA. Kericuhan ini disebabkan penumpang tidak mendapatkan informasi tentang penundaan yang dibuat pihak maskapai. Namun penumpang tetap memaksa pihak maskapai untuk memberikan kepastian kapan diberangkatkan. Penumpang menuntut diberikan kompensasi seperti penginapan. Maskapai Wings Air tujuan Gunungsitoli akan diberangkatkan besok pukul 08.30 WIB.

Seorang penumpang, Ari Duha (33) mengatakan tidak mendapatkan informasi terkait penundaan yang dilakukan maskapai. Setelah ia dengan penumpang lainnya mendesak, pihak maskapai baru memberikan kompensasi mereka. Ari warga Nias ini harus pulang dengan keperluan mendesak yang telah dibuat menunggu oleh maskapai. “Tujuan Gunungsitoli yang aturannya berangkat jam 08.30 WIB. Mereka berjanji jam 09.00 WIB ini akan diterbangkan kami tapi tidak jadi juga. Di reschedule ke jam 10.30 WIB kemudian disuruh tunggu lagi sampai jam 13.00 WIB. Untung dikasih makan namun tidak diberikan solusi kami. Makanya kami ribut dengan menuntuk hak kami dan minta diberikan kompensasi,” ujarnya.

Sementara itu, setelah berhasil meredam emosi dari penumpang, Basaria Butarbutar selaku Kepala Counter Check-In Lion Air mengatakan peraturan yang telah ditetapkan dari pemerintah itu pihaknya tidak dapat memberikan kompensasi kepada penumpang. Karena hal ini bagian dari alam yang tidak mendukung sehingga penerbangan tidak dapat beroperasi. Meski demikian, pihak maskapai mengeluarkan kebijakan untuk penumpang agar menginap di hotel yang berada di Kota Medan.

“Tidak bisa kami memberikan makan malam untuk hari ini. Gunungsitoli memang belum mendapatkan kabar tentang cuaca di sana. Ini memang karena kabut asap di Kualanamu juga tebal makanya tidak berangkat. Kami menjalankan sesuai Undang-Undang aja lah No. 77 pasal 13 Peraturan Menteri Perhubungan. Lagian pun tidak benar itu waktu didesak dulu kami baru bergerak, orang Gunungsitoli memang gitu sifatnya,” ungkapnya.

Di sisi lain, Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara untuk selalu tetap mewaspadai potensi yang terjadi pada musim kemarau ini seperti terjadinya kebakaran hutan dan asap.

Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah I Sumbagut Hendra Suwarta, Sabtu (1/3) mengungkapkan, berdasarkan pantauan Satelit Terra dan Aqua di Pulau Sumatera, terpantau sebanyak 1.052 titik panas (hotpsot).

Adapun lokasi yang dimaksud, katanya, antara lain Aceh sebanyak 20 titik, Sumatera Utara sebanyak 57 titik, Sumatera Barat sebanyak 2 titik. “Untuk Riau berdasarkan pantauan satelit terdapat sebanyak 963 titik. Sedangkan Riau Kepulauan terdapat sebanyak 10 titik panas,” tuturnya.

Untuk Sumatera Utara, Hendra menjelaskan, titik panas yang terpantau satelit antara lain Asahan 1 titik, Dairi 1 titik, Deliserdang 2 titik, Karo 12 titik, Labuhanbatu 1 titik, Langkat 1 titik, Mandailing Natal 15, Simalungun 1 titik, Tapanuli Selatan 18 titik, dan Tapanuli Tengah 5 titik.

“Angin berhembus dari arah Timur Laut hingga Tenggara. Maka, waspada kebakaran hutan dan asap di wilayah Sumatera,” ungkap Hendra.

Sementara itu, berdasarkan pantauan satelit yang sama pada Minggu (2/3) pukul 05.00 WIB, titik panas di Pulau Sumatera mengalami penurunan dari 1.052 titik panas menjadi 180 hotspot. Antara lain, Aceh 1 titik, Sumatera Utara terpantau 3 titik, Riau sebanyak 176 titik panas.

Selain mengganggu penerbangan, kabut asap juga merusak rencana para nelayan yang berada di Selat Melaka. Sejak beberapa hari ke belakang, melayan di pesisir Labuhanbatu terpaksa menggunakan lampu suar.

Selain itu, sarana umum transportasi angkutan air dari Pelabuhan Tanjung Sarang Elang menuju Labuhanbilik dan Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir juga menyiasati seperti itu akibat jarak pandang paling jauh diperkirakan hanya 10 meter.

Menurut warga setempat Taufik Nasution dan Ucok Maspar Siregar, masyarakat di daerah mereka sudah mengalami penyakit seperti sesak, batuk-batuk ,serta mata terasa perih yang diduga mereka akibat tebalnya kabut asap di sana. “Kalau boat hampir semua pakai suar sekarang dan nelayan tradisional terpaksa hanya mencari ikan di pinggir saja,” ujar mereka hampir bersamaan.

Hal senada diutarakan Camat Panai Hilir Abdul Syarif. “Gawatlah, paling jauh 10 meterlah jarak pandang, makanya boat-boat di sini pakai lampulah biar kelihatan. Kita bekerja sama dengan muspika sudah mengimbau para nelayan agar hati-hati dan selalu waspada,” terangnya, kemarin.

Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut, Wan Hidayati mengaku sudah melihat kabut asap, tapi sampai saat ini belum dipastikan kabut asapnya seperti apa dan dari mana asalnya. “Dua hari ini saya memang sudah lihat kabut asap, besok (Senin, Red) kami baru membentuk tim dan langsung mengambil sample udara,” katanya, Minggu (2/3).

Dia membeberkan, tim yang dibentuk akan mengukur ketebalan asap, selama ini BLH Sumut memang belum pernah melakukan pengukuran terhadap kabut asap akibat kebakaran hutan atau bersumber dari titik panas lainnya. BLH Sumut hanya melakukan pengukuran terhadap ketebalan asap pabrik saja.

Mantan Kepala UPT Laboratorum BLH Sumut itu membeberkan, alat yang digunakan untuk mengukut ketebalasan asap serta bahayanya seluruhnya dimiliki secara lengkap oleh BLH Sumut. Begitu juga sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki juga ada.

“Untuk mendapatkan hasilnya, BLH akan mengukurnya di Laboratorium. Jadi hasilnya bisa didapatkan tiga hari ke depan,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia menyebutkan, alat yang digunakan antara lain untuk pengukur debu ada high volume template, kemudian untuk pengukur CO2 dan amoniak nama alatnya settler  dan untuk pengukur udara, ambient.  (zul/jpnn/nit/mag-9/jok/mag-1/ril/rbb)

[table caption=”Lokasi Kebakaran” th=”0″]

Kabupaten Bengkalis, 3.513 hektare
Kepulauan Meranti ,2.648 hektare
Kabupaten Rokan Hilir,
Kabupaten Pelalawan,
Kabupaten Indragiri Hulu,
Kabupaten Siak,
Kabupaten Kampar,
Kota Dumai,

Total,7.972 hektare[/table]

[table caption=”Titik Panas di Sumatera”]

Sabtu (1/3)[attr colspan=”2″]

Riau        , 963 titik
Sumatera Utara      , 57 titik
Aceh          , 20 titik
Kepulauan Riau           ,10 titik
Sumatera Barat       ,  2 titik

Jumlah Titik Panas, 1.052 titik[/table]

[table]

Minggu (2/3) pukul 05.00 WIB[attr colspan=”2″]
Riau         ,176 titik
Sumatera Utara         ,3 titik
Aceh             ,1 titik

Jumlah Titik Panas, 180 titik[/table]

MEDAN-Asap pekat akibat kebakaran di berbagai daerah di Sumatera, khususnya Riau, masih menyelimuti Sumatera Utara (Sumut) hingga kemarin. Beberapa aktivitas penerbangan pun dilarang. Bahkan, pesawat Lion Air dari  Medan yang harusnya mendarat pukul 07.00 WIB di Pekanbaru, baru landing sekira pukul 16.00. Artinya,  Medan-Pekanbaru harus dihabiskan selama sembilan  jam.

NELAYAN: Meski kabut menyelimuti perairan Belawan, namun kegiatan nelayan tidak terganggu.
NELAYAN: Meski kabut menyelimuti perairan Belawan, namun kegiatan nelayan tidak terganggu.

Pihak Otoritas Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II menyatakan, ada 24 penerbangan yang terganggu pekatnya kabut asap sehingga mengalami penundaan hingga berjam-jam di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. “Penundaan paling lama sembilan jam, yaitu penerbangan Lion Air dari Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, tujuan Pekanbaru,” kata Airport Duty Manager SSK II, Hasnan, kemarin.

Ia mengatakan, pesawat Lion Air tersebut sesuai jadwal seharusnya mendarat di Pekanbaru pukul 07.00 pagi, namun akibat pekatnya asap baru berhasil tiba sekitar pukul 16.00 WIB. Sedangkan, penerbangan lainnya rata-rata mengalami penundaan selama tiga hingga delapan jam. “Jarak pandang sempat turun sampai 800 meter karena asap menyelimuti landas pacu dan dinilai sudah berbahaya untuk penerbangan,” tambahnya.

Hasnan mengatakan, penerbangan yang mengalami keterlambatan dari maskapai Garuda Indonesia dari Jakarta dan Medan, Silk Air rute Singapura-Pekanbaru dan Air Asia rute Bandung-Pekanbaru, serta Batik Air dari Jakarta.

Dari Kualanamu, hingga Minggu (2/3), bandara internasional ini masih diselimuti kabut asap dengan jarak pandang berkisar 800-900 meter. Selain itu rute penerbangan pendek juga mengalami gangguan penerbangan.

Informasi yang dihimpun di terminal bandara, hari ini banyak pesawat mengalami penundaan dan pembatalan. Sebanyak 10 penerbangan mulai dari pagi hingga siang mengalami delay dan untuk pembatalan sebanyak 3 penerbangan.

Mega Sirait, Kepala Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan kabut asap yang tebal untuk kemarin sudah lebih bagus daripada Sabtu (1/3). Selain itu, intensitas hujan yang minim di Sumut juga sebagai faktor kabut masih mengepul di bandara. “Sekarang titik api di Sumatera berjumlah 180 titik. Mungkin karena hujan yang tidak turun mempengaruhi ini. Kalau hujan turun kan otomatis kabut dibawa air hujan itu,” ungkapnya.

Adapun penerbangan yang mengalami pembatalan yaitu, Wings Air IW 1260 tujuan Gunungsitoli, Garuda Indonesia GA 0276 tujuan Pekanbaru, dan Air Asia QZ 8028 tujuan Pekanbaru.

Pesawat yang mengalami divert belum begitu banyak. Jamal Amri selaku OIC KNIA mengatakan baru penerbangan Lion Air yang harus melakukan pendaratan di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia juga menambahkan jarak pandang tadi pagi berkisar 800 meter. Divert ini terjadi karena kabut asap menyelimuti KNIA sehingga pesawat tersebut harus mendarat ke tujuan lain. Selain itu beberapa penerbangan yang tertunda sudah berangkat meski jadwal molor.

“Divert itu melakukan pendaratan di bandara alternit. Alternit itu sebenarnya alternatif namun itu bahasa kami bilangnya alternit. Jadi setiap pesawat mau ke bandara tujuannya maka harus buat tujuan lain agar mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Kewajiban setiap pilot mengisi di flight plan. Baru inilah pesawat tujuan KNIA pindah ke Kuala Lumpur gara-gara asap dari beberapa hari lalu sering berkabut di bandara,” ujarnya.

Penumpang Ricuh

Sekitar pukul 15.38 WIB Minggu (2/3) sore tadi terjadi kericuhan di check in Lion Air KNIA. Kericuhan ini disebabkan penumpang tidak mendapatkan informasi tentang penundaan yang dibuat pihak maskapai. Namun penumpang tetap memaksa pihak maskapai untuk memberikan kepastian kapan diberangkatkan. Penumpang menuntut diberikan kompensasi seperti penginapan. Maskapai Wings Air tujuan Gunungsitoli akan diberangkatkan besok pukul 08.30 WIB.

Seorang penumpang, Ari Duha (33) mengatakan tidak mendapatkan informasi terkait penundaan yang dilakukan maskapai. Setelah ia dengan penumpang lainnya mendesak, pihak maskapai baru memberikan kompensasi mereka. Ari warga Nias ini harus pulang dengan keperluan mendesak yang telah dibuat menunggu oleh maskapai. “Tujuan Gunungsitoli yang aturannya berangkat jam 08.30 WIB. Mereka berjanji jam 09.00 WIB ini akan diterbangkan kami tapi tidak jadi juga. Di reschedule ke jam 10.30 WIB kemudian disuruh tunggu lagi sampai jam 13.00 WIB. Untung dikasih makan namun tidak diberikan solusi kami. Makanya kami ribut dengan menuntuk hak kami dan minta diberikan kompensasi,” ujarnya.

Sementara itu, setelah berhasil meredam emosi dari penumpang, Basaria Butarbutar selaku Kepala Counter Check-In Lion Air mengatakan peraturan yang telah ditetapkan dari pemerintah itu pihaknya tidak dapat memberikan kompensasi kepada penumpang. Karena hal ini bagian dari alam yang tidak mendukung sehingga penerbangan tidak dapat beroperasi. Meski demikian, pihak maskapai mengeluarkan kebijakan untuk penumpang agar menginap di hotel yang berada di Kota Medan.

“Tidak bisa kami memberikan makan malam untuk hari ini. Gunungsitoli memang belum mendapatkan kabar tentang cuaca di sana. Ini memang karena kabut asap di Kualanamu juga tebal makanya tidak berangkat. Kami menjalankan sesuai Undang-Undang aja lah No. 77 pasal 13 Peraturan Menteri Perhubungan. Lagian pun tidak benar itu waktu didesak dulu kami baru bergerak, orang Gunungsitoli memang gitu sifatnya,” ungkapnya.

Di sisi lain, Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara untuk selalu tetap mewaspadai potensi yang terjadi pada musim kemarau ini seperti terjadinya kebakaran hutan dan asap.

Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah I Sumbagut Hendra Suwarta, Sabtu (1/3) mengungkapkan, berdasarkan pantauan Satelit Terra dan Aqua di Pulau Sumatera, terpantau sebanyak 1.052 titik panas (hotpsot).

Adapun lokasi yang dimaksud, katanya, antara lain Aceh sebanyak 20 titik, Sumatera Utara sebanyak 57 titik, Sumatera Barat sebanyak 2 titik. “Untuk Riau berdasarkan pantauan satelit terdapat sebanyak 963 titik. Sedangkan Riau Kepulauan terdapat sebanyak 10 titik panas,” tuturnya.

Untuk Sumatera Utara, Hendra menjelaskan, titik panas yang terpantau satelit antara lain Asahan 1 titik, Dairi 1 titik, Deliserdang 2 titik, Karo 12 titik, Labuhanbatu 1 titik, Langkat 1 titik, Mandailing Natal 15, Simalungun 1 titik, Tapanuli Selatan 18 titik, dan Tapanuli Tengah 5 titik.

“Angin berhembus dari arah Timur Laut hingga Tenggara. Maka, waspada kebakaran hutan dan asap di wilayah Sumatera,” ungkap Hendra.

Sementara itu, berdasarkan pantauan satelit yang sama pada Minggu (2/3) pukul 05.00 WIB, titik panas di Pulau Sumatera mengalami penurunan dari 1.052 titik panas menjadi 180 hotspot. Antara lain, Aceh 1 titik, Sumatera Utara terpantau 3 titik, Riau sebanyak 176 titik panas.

Selain mengganggu penerbangan, kabut asap juga merusak rencana para nelayan yang berada di Selat Melaka. Sejak beberapa hari ke belakang, melayan di pesisir Labuhanbatu terpaksa menggunakan lampu suar.

Selain itu, sarana umum transportasi angkutan air dari Pelabuhan Tanjung Sarang Elang menuju Labuhanbilik dan Sei Berombang, Kecamatan Panai Hilir juga menyiasati seperti itu akibat jarak pandang paling jauh diperkirakan hanya 10 meter.

Menurut warga setempat Taufik Nasution dan Ucok Maspar Siregar, masyarakat di daerah mereka sudah mengalami penyakit seperti sesak, batuk-batuk ,serta mata terasa perih yang diduga mereka akibat tebalnya kabut asap di sana. “Kalau boat hampir semua pakai suar sekarang dan nelayan tradisional terpaksa hanya mencari ikan di pinggir saja,” ujar mereka hampir bersamaan.

Hal senada diutarakan Camat Panai Hilir Abdul Syarif. “Gawatlah, paling jauh 10 meterlah jarak pandang, makanya boat-boat di sini pakai lampulah biar kelihatan. Kita bekerja sama dengan muspika sudah mengimbau para nelayan agar hati-hati dan selalu waspada,” terangnya, kemarin.

Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut, Wan Hidayati mengaku sudah melihat kabut asap, tapi sampai saat ini belum dipastikan kabut asapnya seperti apa dan dari mana asalnya. “Dua hari ini saya memang sudah lihat kabut asap, besok (Senin, Red) kami baru membentuk tim dan langsung mengambil sample udara,” katanya, Minggu (2/3).

Dia membeberkan, tim yang dibentuk akan mengukur ketebalan asap, selama ini BLH Sumut memang belum pernah melakukan pengukuran terhadap kabut asap akibat kebakaran hutan atau bersumber dari titik panas lainnya. BLH Sumut hanya melakukan pengukuran terhadap ketebalan asap pabrik saja.

Mantan Kepala UPT Laboratorum BLH Sumut itu membeberkan, alat yang digunakan untuk mengukut ketebalasan asap serta bahayanya seluruhnya dimiliki secara lengkap oleh BLH Sumut. Begitu juga sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki juga ada.

“Untuk mendapatkan hasilnya, BLH akan mengukurnya di Laboratorium. Jadi hasilnya bisa didapatkan tiga hari ke depan,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia menyebutkan, alat yang digunakan antara lain untuk pengukur debu ada high volume template, kemudian untuk pengukur CO2 dan amoniak nama alatnya settler  dan untuk pengukur udara, ambient.  (zul/jpnn/nit/mag-9/jok/mag-1/ril/rbb)

[table caption=”Lokasi Kebakaran” th=”0″]

Kabupaten Bengkalis, 3.513 hektare
Kepulauan Meranti ,2.648 hektare
Kabupaten Rokan Hilir,
Kabupaten Pelalawan,
Kabupaten Indragiri Hulu,
Kabupaten Siak,
Kabupaten Kampar,
Kota Dumai,

Total,7.972 hektare[/table]

[table caption=”Titik Panas di Sumatera”]

Sabtu (1/3)[attr colspan=”2″]

Riau        , 963 titik
Sumatera Utara      , 57 titik
Aceh          , 20 titik
Kepulauan Riau           ,10 titik
Sumatera Barat       ,  2 titik

Jumlah Titik Panas, 1.052 titik[/table]

[table]

Minggu (2/3) pukul 05.00 WIB[attr colspan=”2″]
Riau         ,176 titik
Sumatera Utara         ,3 titik
Aceh             ,1 titik

Jumlah Titik Panas, 180 titik[/table]

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/