25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Dojo OSO Merupakan Dojo Terbesar di Indonesia

Habiskan Dana Rp 29,6 miliar, Makan Waktu 14 Bulan

Dunia karate Indonesia punya sesuatu yang dibanggakan. Bukan dari sisi prestasi, tapi adanya dojo karate terbesar di tanah air  yang juga menerapkan konsep green building di Indonesia.

MUHAMMAD AMJAD, Jakarta

KOMPLEKS Perumahan Grand Wisata Tambun, Bekasi, Jawa Barat, pada Jumat (25/3) terlihat cukup sibuk. Puluhan mobil dan aparat keamanan terlihat lalu lalang dan berjaga di perumahan tersebut untuk mengamankan kedatangan presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Ya, Presiden datang ke perumahan itu untuk meresmikan dojo terbesar di Indonesia dan juga diklaim sebagai dojo terbesar di dunia. Pada hari itu pula, museum rekor indonesia (Muri) juga memberikan sertifikat untuk menetapkan bahwa dojo OSO terbesar di Indonesia.

“Setelah melakukan survei ke seluruh dojo di Indonesia. kami akhirnya menetapkan bahwa dojo OSO ini sebagai yang terbesar di Indonesia,” kata Direktur MURI Jusuf Nadri.
Dengan ukuran panjang 70 meter, lebar 40 meter dan tinggi mencapai 25 meter, dojo milik aliran Kushin Ryu M Karate-Do Indonesia (KKI) itu terlihat berdiri megah di sisi barat perumahan Grand Wisata.  Meski pihak pemerintah cukup antusias menyambut berdirinya dojo tersebut,  ternyata aset itu bukanlah milik pemerintah, melainkan milik swasta.

Dojo tersebut dibangun oleh salah satu pengusaha besar di Indonesia, Oesman Sapta Odang. Itu pula yang membuat singkatan namanya, OSO, tertera pada dojo tersebut.

Bangunan tersebut berdiri di atas tanah seluas 1 hektare. Melihat ke dalam, dojo tersebut bisa jadi bukan hanya dojo terbesar melainkan juga termegah untuk saat ini.

Itu disebabkan fasilitas yang tersedia bisa dibilang yang terbaik dibandingkan tempat latihan karete lain. Apalagi dibandingkan tempat latihan tim pelatnas karate yang terkesan seadanya di salah satu bagian Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta.

Dojo tersebut terdiri dari dua lantai. lantai fasilitas terengkap terletak di lantai satu. Selain arena pertandingan yang memakan sekitar 70 persen luas seluruh bangunan, juga terdapat ruang fitness, ruang ganti pakaian, dan ruang perlengkapan latihan. Di sisi utara dan selatan arena latihan, terdapat tribun penonton dengan fasilitas tempat duduk sekelas VIP dengan jumlah sekitar 350-an penonton.

Sedangkan, di lantai dua, terdapat ruang pemanasan dan tribun penonton. Dengan model tribun vertikal, otomatis tempat duduk terletak mengelilingi arena di empat sisi. Ini membuat para penonton bisa melihat ke arah arena pertandingan dengan leluasa. Di lantai ini, kapasitas tempat duduk mencapai 650-an dengan kualitas yang sama di lantai satu alias eksklusif pula. Sehingga, kapasitas total penonton mencapai seribu-an orang.

Selain bangunan utama, di sisi timur dojo juga terdapat dua bangunan wisma atlet.  Bangunan tiga lantai dengan ukuran 12 x 30 meter berada di sebelah utara dan bangunan dua lantai dengan ukuran yang lebih kecil, 2 x 15 meter berada di sebelah selatan. Wisma tersebut total berisi 12 kamar yang mampu menampung minimal 60 orang karena di setiap kamar terdapat lima tempat tidur.

Menurut, Bambang Adhikarto, kontraktor bangunan, dana yang  dibutuhkan untuk menyelesaiakan gedung itu tidak sedikit. Anggaran total yang harus dikeluarkan oleh Oesman Sapta mulai dari awal sampai selesai mencapai Rp 29,6 miliar dengan waktu pengerjaan total 14 bulan.

Namun, jumlah tersebut bisa semakin membengkak seandainya juga harus disertai dana pembebasan lahan.
Beruntung, tanah yang menjadi lahan OSO Sport Center tersebut diberikan secara cuma-cuma oleh Pemkot Bekasi karena memang diperuntukkan sebagai lahan untuk fasilitas umum (fasum).

Bambang menjelaskan, untuk urusan arsitektur bangunan, dojo OSO sport center mengadopsi bangunan dojo di Jepang tetapi ukurannya lebih besar. Selain itu, fasilitasnya juga lebih lengkap.
“Kalau modelnya dan konsepnya ini adalah ide Pak Oesman. Kami hanya menjalankan saja,” ujarnya. (*/diq/jpnn)

Habiskan Dana Rp 29,6 miliar, Makan Waktu 14 Bulan

Dunia karate Indonesia punya sesuatu yang dibanggakan. Bukan dari sisi prestasi, tapi adanya dojo karate terbesar di tanah air  yang juga menerapkan konsep green building di Indonesia.

MUHAMMAD AMJAD, Jakarta

KOMPLEKS Perumahan Grand Wisata Tambun, Bekasi, Jawa Barat, pada Jumat (25/3) terlihat cukup sibuk. Puluhan mobil dan aparat keamanan terlihat lalu lalang dan berjaga di perumahan tersebut untuk mengamankan kedatangan presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Ya, Presiden datang ke perumahan itu untuk meresmikan dojo terbesar di Indonesia dan juga diklaim sebagai dojo terbesar di dunia. Pada hari itu pula, museum rekor indonesia (Muri) juga memberikan sertifikat untuk menetapkan bahwa dojo OSO terbesar di Indonesia.

“Setelah melakukan survei ke seluruh dojo di Indonesia. kami akhirnya menetapkan bahwa dojo OSO ini sebagai yang terbesar di Indonesia,” kata Direktur MURI Jusuf Nadri.
Dengan ukuran panjang 70 meter, lebar 40 meter dan tinggi mencapai 25 meter, dojo milik aliran Kushin Ryu M Karate-Do Indonesia (KKI) itu terlihat berdiri megah di sisi barat perumahan Grand Wisata.  Meski pihak pemerintah cukup antusias menyambut berdirinya dojo tersebut,  ternyata aset itu bukanlah milik pemerintah, melainkan milik swasta.

Dojo tersebut dibangun oleh salah satu pengusaha besar di Indonesia, Oesman Sapta Odang. Itu pula yang membuat singkatan namanya, OSO, tertera pada dojo tersebut.

Bangunan tersebut berdiri di atas tanah seluas 1 hektare. Melihat ke dalam, dojo tersebut bisa jadi bukan hanya dojo terbesar melainkan juga termegah untuk saat ini.

Itu disebabkan fasilitas yang tersedia bisa dibilang yang terbaik dibandingkan tempat latihan karete lain. Apalagi dibandingkan tempat latihan tim pelatnas karate yang terkesan seadanya di salah satu bagian Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta.

Dojo tersebut terdiri dari dua lantai. lantai fasilitas terengkap terletak di lantai satu. Selain arena pertandingan yang memakan sekitar 70 persen luas seluruh bangunan, juga terdapat ruang fitness, ruang ganti pakaian, dan ruang perlengkapan latihan. Di sisi utara dan selatan arena latihan, terdapat tribun penonton dengan fasilitas tempat duduk sekelas VIP dengan jumlah sekitar 350-an penonton.

Sedangkan, di lantai dua, terdapat ruang pemanasan dan tribun penonton. Dengan model tribun vertikal, otomatis tempat duduk terletak mengelilingi arena di empat sisi. Ini membuat para penonton bisa melihat ke arah arena pertandingan dengan leluasa. Di lantai ini, kapasitas tempat duduk mencapai 650-an dengan kualitas yang sama di lantai satu alias eksklusif pula. Sehingga, kapasitas total penonton mencapai seribu-an orang.

Selain bangunan utama, di sisi timur dojo juga terdapat dua bangunan wisma atlet.  Bangunan tiga lantai dengan ukuran 12 x 30 meter berada di sebelah utara dan bangunan dua lantai dengan ukuran yang lebih kecil, 2 x 15 meter berada di sebelah selatan. Wisma tersebut total berisi 12 kamar yang mampu menampung minimal 60 orang karena di setiap kamar terdapat lima tempat tidur.

Menurut, Bambang Adhikarto, kontraktor bangunan, dana yang  dibutuhkan untuk menyelesaiakan gedung itu tidak sedikit. Anggaran total yang harus dikeluarkan oleh Oesman Sapta mulai dari awal sampai selesai mencapai Rp 29,6 miliar dengan waktu pengerjaan total 14 bulan.

Namun, jumlah tersebut bisa semakin membengkak seandainya juga harus disertai dana pembebasan lahan.
Beruntung, tanah yang menjadi lahan OSO Sport Center tersebut diberikan secara cuma-cuma oleh Pemkot Bekasi karena memang diperuntukkan sebagai lahan untuk fasilitas umum (fasum).

Bambang menjelaskan, untuk urusan arsitektur bangunan, dojo OSO sport center mengadopsi bangunan dojo di Jepang tetapi ukurannya lebih besar. Selain itu, fasilitasnya juga lebih lengkap.
“Kalau modelnya dan konsepnya ini adalah ide Pak Oesman. Kami hanya menjalankan saja,” ujarnya. (*/diq/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/