Banjir di Medan
Butuh Air Bersih, Bantuan Tak Merata
MEDAN-Memasuki hari kedua pasca banjir yang melanda sebagian Kota Medan, warga mulai diserang berbagai penyakit seperti gatal-gatal, demam, ISPA serta diare. Informasi yang dihimpun wartawan koran ini warga yang terserang berbagai penyakit di antaranya di Komplek Pamen Padang Bulan, Perumnas Simalingkar
dan Medan Johor.
F Sianturi, warga Medan Johor mengaku, kulitnya terasa gatal-gatal. “Badan ku semua gatal-gatal,” katanya. Hal senada juga dikatakan Crisman, warga Simalingkar. Di posko kesehatan, warga banyak mengeluhkan sakit di bagian saluran pernafasan (ISPA) dan masuk angin.
“Hingga kemarin belum ada warga yang mengeluhkan penyakit diare, kita sudah mendatangi rumah warga satu per satu untuk menanyakkan keluhan penyakit,” ujar dr Puspa Dewi, petugas pos kesehatan di Kecamatan Helvetia.
Menurut Dewi, stok obat di pos kesehatan sampai 2 hari mendatang masih aman. “Kita selalu standby di pos kesehatan selama 24 jam untuk melayani warga korban banjir yang terserang penyakit, sehingga warga bisa langsung mendapatkan pertolongan medis secara maksimal,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Edwin Effendi mengatakan, sudah menurunkan tim kesehatan di beberapa titik yang terendam banjir dan sudah berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan kelurahan, untuk mendirikan posko kesehatan terpadu yang akan standby selama 24 jam.
Dinas Kesehatan Kota Medan sudah mendirikan posko kesehatan di beberapa kecamatan yang terendam banjir. Posko kesehatan tersebut akan melayani warga yang terserang penyakit. Menurutnya, posko tersebut akan tetap standby hingga satu pekan ke depan.
Menurut Edwin Effendi, biasanya penyakit yang menyerang warga korban banjir diare, iritasi, demam dan flu tulang.
“Kalau penyakit kulit karena diserang bakteri tetapi hal itu tidak perlu dirujuk ke rumah sakit cukup mendatangi posko kesehatan yang kita sediakan,” katanya.
Edwin mengimbau warga untuk membersihkan rumah dengan maksimal dikhawatir akibat ada genangan air nyamuk demam berdarah berkembang biak.
Selain itu warga juga mengeluhkan air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Warga terpaksa membeli air mineral untuk dikonsumsi. “Kalau stok makanan sudah cukup. Yang kita butuhkan air bersih untuk mandi dan mencuci. Kalau untuk minum ada air mineral sumbangan orang,”ujar Sugiman, Kepling VII Kelurahan Petisah Tengah.
Proses Belajar Terhenti Sehari
Tidak hanya merendam ruang kelas, terjangan banjir yang melanda Kota Medan, juga merubuhkan pagar bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 10 di Komplek Perumahan Pamen, Padang Bulan, Medan. Proses belajar belajar terpaksa dihentikan karena ruang kelas masih penuh lumpur hingga Sabtu, (2/4) siang.
Meski tetap hadir ke sekolah, puluhan siswa hanya membersihkan lumpur sisa banjir di dalam kelas. Sebagian siswa terlibat mengangkut buku paket dari ruang perpustakaan untuk dijemur. Hampir 50 persen peralatan belajar mengajar yang ada, mengalami kerusakan dan tidak terpakai lagi, termasuk ratusan buku paket dan alat-alat praktikum siswa.
Mei, seorang pelajar kelas I mengatakan, proses belajar mengajar terpaksa berhenti. “Kami harus membersihkan lumpur di sekolah kami. Buku-buku di sekolah kami pun basah,” kata Mei sambil sambil mengangkati meja sekolah dan menjemur buku-buku sekolah yang basah.
Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Padang Bulan, B Simarmata mengatakan, selain merusak peralatan sekolah, terjangan banjir juga merubuhkan pagar sekolah pada bagian samping.
“Karena lumpurnya terlalu tebal, kami minta bantuan Pemko Medan untuk mengerahkan mobil pemadam untuk membersihkan ruang kelas,” kata Simarmata.
Sementara itu, tiga rumah warga yang berdiri di bantaran Sungai Babura, hanyut terseret arus banjir. Derasnya tekanan air bahkan menyeret satu unit rumah hingga 30 meter. Sedangkan dua rumah lainnya ambruk tersapu banjir dan hanya menyisakan bagian atap. Ratusan korban banjir yang terkena masih menempati sejumlah titik pengungsian. warga tidak berani pulang ke rumah karena takut banjir susulan. Sementara pengungsi lain memilih tinggal di lingkungan masjid, gereja dan rumah-rumah penduduk karena rumahnya masih tergenang banjir di atas lutut.
Sebagian lokasi ada yang sudah mulai surut. Warga di sekitar kampus Universitas Sumatera Utara melaporkan kondisi jalanan sudah kembali normal. “Saya lewat tadi sudah mulai bersih,” kata Sefti, seorang mahasiswa USU, Sabtu (2/4).
Sefti yang tinggal di sekitar kawasan kampus tersebut sebelumnya melihat genangan air mencapai setinggi pinggang orang dewasa. Kejadian itu berlangsung sejak pagi hinga sore hari.
Warga Jalan S Parman Lingkungan VII, Kelurahan Petisah Tengah, Medan Petisah juga mulai membersihkan rumah dan barang yang terkena lumpur. Warga Kelurahan Petisah Tengah, mengeluhkan pembagian bantuan sembako yang tidak merata yang dilakukan oleh kepala lingkungan, sementara warga dilarang meminta-minta sumbangan kepada pengguna jalan.
Riko, seorang warga mengatakan, pembagian bantuan sembako yang diberikan Pemerintah Kota Medan belum mereka terima. “Selama banjir ini kami hanya menerima sumbangan dari para dermawan dan pengguna jalan saja yang kami kelolah biar kami bisa makan,” katanya.
Warga juga mengeluhkan lambatnya bantuan dari Pemko yang tertahan di kepala lingkungan. “Seharus kepala lingkungan harus membagi rata bantuan berupa sembako kepada kami,”ungkapnya.
Di kawasan Medan Labuhan kemarin, genangan air yang menggenangi rumah warga sudah mulai surut dan warga mulai membersihkan rumah. Warga terpaksa menguras air yang masih ada di dalam rumah. Sebagian perabot dan perlengkapan rumah tangga yang terendam air di keluarkan dari rumah.
Rasyid, seorang warga mengatakan, air di rumahnya sudah mulai surut. “Kami sekeluarga menguras air dan membersihkan kotoran akibat banjir semalam. Kami mulai tadi pagi sudah menguras air dan langsung kami bersihkan,” ujarnya.
Dia berharap agar Pemerintah Kota Medan menanggulangi masalah banjir tersebut agar rumah-rumah warga yang berada di daerah aliran sungai (DAS) tidak mengalami banjir seperti ini lagi.
“Pemko Medan harus memperbaiki setiap tanggul sungai yang ada di Kota Medan untuk mengantisipasi banjir datang lagi,”tandasnya.
Di Komplek Pamen, Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan Baru, warga juga terlihat sedang membersihkan rumahnya. Warga meminta perhatian serius dari Pemerintah Kota Medan.
“Yang kami minta agar pemerintah setempat khususnya Pemko Medan memperhatikan nasib warga yang tertimpa musibah banjir ini. Tolong diperhatikan nasib warga ini dan pemerintah jangan tutup mata dan jangan hanya diam saja,” kata Indahyanti, seorang warga.
Nelayan Tak Melaut
Nelayan yang berada di Belawan dan Labuhan Deli juga tak melaut. Menurut data yang dihimpun di kantor DPC HNSI Medan sedikitnya ada sekitar 2.000 nelayan dan 500 boat atau kapal yang tak melaut. Pantauan wartawan koran ini puluhan kapal bersandar di aliran Sungai Deli yang berada di kawasan Belawan. Puluhan kapal tersebut menunggu air surut agar bisa melewati kolong jembatan di perbatasan antara Medan Labuhan dan Belawan.
Seorang nelayan, Anwar mengaku, tak bisa melaut. “Kalau sudah banjir pasti kami tidak bisa melaut karena kapal kami tidak bisa melewati kolong jembatan,”ujarnya.
Dia meminta kepada Pemerintah Kota Medan agar segera meninggikan jembatan sehingga meskipun banjir dan pasang besar mereka bias melintas.
Agung Laksono Batal Meninjau
Menteri Kordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Agung Laksono menyerahkan bantuan berupa uang tunai sebesar Rp300 juta. Penyerahan tersebut langsung di berikannya di VIP Room Bandara Polonia, Medan, Sabtu (2/4) pagi sekira pukul 10.00 WIB. Bantuan uang tunai itu langsung diserahkan Menko Kesra kepada Wali Kota Medan, Rahudman Harahap.
Rencananya Mesko Kesra ini akan berencana akan meninjau langsung ke beberapa titik lokasi banjir, namun batal hal ini sebabkan Agung Laksono akan terbang ke Aceh untuk menyerahkan bantuan serupa.
“Memang rencananya beliau (Menko Kesra) akan langsung meninjau beberapa titik lokasi banjir di Kota Medan. Namun, karena beliau juga akan menyerahkan bantuan serupa di Aceh, lantas beliau batal meninjau,” tegas Wali Kota Medan, Rahudman Harahap di Polonia Medan, Sabtu (2/4). (mag-7/mag-11/mag-8/jon/rud)
—
Penyakit yang Menyerang Warga
- Diare, gejala muntah-muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak ada nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran.
- Iritasi, gejala gatal-gatal, kulit berwarna merah terasa panas.
- Demam, gejala panas mendadak tinggi, sakit kepala hebat, badan ngilu dan nyeri, mual dan muntah-muntah, syok.
- Flu Tulang, gejala kepala pusing , sakit pada sendi dan otot, nyeri menelan, batuk, perut tak nyaman, nyeri dibarengi mual dan muntah-muntah, demam.
Jumlah Kecamatan yang Terkena Banjir
- Medan Tuntungan, Medan Deli,
- Medan Labuhan,
- Medan Sunggal,
- Medan Baru,
- Medan Johor,
- Medan Maimun,
- Medan Selayang,
- Medan Barat,
- Medan Helvetia,
- Medan Petisah,
- Medan Amplas,
- Medan Marelan.
Jumlah Kelurahan yang Terkena Banjir
- 28 Kelurahan yang Terparah Martubung 1960 KK, 9.636 Jiwa,
- Pekan Labuhan 625 KK, 3.123 Jiwa
- Sungai Mati 400 KK, 1.532 Jiwa.
Jumlah 12.224 KK, 51.882 Jiwa
Bantuan yang Telah Disalurkan
- Beras 16 ton
- Nasi 9.750 bungkus
- Telur 13.360 butir
- Indomie 2.273 kotak
- Air mineral 675 kotak
- Tenda 15 unit
Dapur Umum yang Disiapkan
- 63 titik di 13 kecamatan
Bantuan Dari Pihak Ketiga
- PT Musimas 400 liter minyak makan
- PT Coca cola 100 kotak air mineral
- PT Smart 300 liter minyak makan
- Yayasan Kurnia 2.000 bungkus nasi
- Yayasan Surya 5.000 bungkus nasi
- Growth Sumatera 20 tikar
- Gunung Gahapi ½ ton beras
Sumber: Humas dan Dinkes Pemko Medan