MEDAN- Dua kubu yang mengkalim sebagai pimpinan Gereja Tuhan di Indonesia (GTDI) Jalan Bambu Runcing Medan, nyaris bentrok, Sabtu (2/7) pukul 11.45 WIB. Peristiwa ini berawal saat kubu Pendeta P Zebua didampingi Pendeta Selamat Siagian dan Pimpinan Departemen Kepemimpina GTDI Pendeta Fasa Aru ingin memasuki GTDI Jalan Bambu Runcing Medan.
Kehadiran meraka ditolak pendukung Bishop Sorta Lumban Toruan, yang juga mengaku sebagai pimpinan GTDI Bambu Runcing. Sempat terjadi ketegangan saat pendukung Pendeta Zebua memaksa masuk dan menerobos pagar gereja hingga rusak. Adu mulut pun tidak terhindarkan lagi.
Bentrokan berhasil dihindari berkat kesigapan personel Polsekta Medan Timur mengamankan situasi. Para pendukung Pendeta Zebua akhirnya berhasil masuk dan menguasai gereja.
Sementara, kuasa hukum Sorta Lumban Toruan, Emi Sihombing SH, saat dikonfirmasi di luar gereja mengatakan, pihaknya merasa masih berhak untuk menangani gereja karena Pendeta Selamat Siagian telah dipecat oleh almarhum Pendeta RS Simarmata yang merupakan suami Sorta Lumban Toruan dan pimpinan GTDI Bambu Runcing terdahulu.
“Mereka tidak sah, kami yang memiliki surat izin domisili di GTDI Bambu Runcing ini, izin mereka dikeluarkan di Medan, bukan di Bambu Runcing ini,” ungkap Emi.
Di tempat terpisah, Pendeta Fasa Aru, yang merupakan Pimpinan dari Departemen Kepemimpinan GPDI mengatakan, aksi yang dilakukan pihaknya untuk masuk ke gereja secara paksa, dilakukan karena sebenarnya pihak Sorta Lumban Toruan tidak berhak untuk menjadi pemimpin gereja, apalagi mengadakan musyawarah besar GTDI. “Ini bukan kerajaan, dia saja yang mengklaim dirinya sebagai pimpinan GTDI Bambu Runcing setelah suaminya meninggal,” ujar Fasa.(mag-7)