MEDAN-Sedikitnya ada sekitar 400 – 800 ribu pasangan suami istri di Sumut yang setiap tahunnya mengalami gangguan kesuburan atau infertilitas. Namun dari jumlah tersebut, hanya sekitar 0,08 persen yang memanfaatkan program bayi tabung.
Hal ini dikarenakan beberapa faktor. Yakni, perlu waktu yang banyak, dana yang besar, dan siap mengalami kegagalan dalam program bayi tabung serta keterbatasan informasi yang didapat masyarakat.
“Dari jumlah pasangan yang mengalami gangguan pada kesuburan itu, hanya 0,08 persen yang memanfaatkan program bayi tabung, karena salah satu kendalanya adalah dana yang mencapai Rp20 – 30 juta dan siap gagal, karena keberhasilan program ini tidak mencapai 100 persen,”ungkap Kepala Klinik TRB Halim Fertility Center, dr. Binarwan Halim, SpOG saat temu pers di RSIA. Stella Maris, Selasa (30/10).
Dia juga mengatakan, ketika pasangan suami istri yang baru menikah dan melakukan hubungan suami istri dengan cara normal selama hampir satu tahun, namun perempuan tidak hamil, maka diduga ada gangguan kesuburan.
“Akan tetapi, pasangan baru menyadarinya atau memeriksa kesuburannya ketika sudah berusia 35 tahun ke atas. Padahal, jika usia diatas 35 tahun, maka tingkat keberhasilan program bayi tabung hanya 40 sampai 50 persen. Sebaliknya, jika pemeriksaan dilakukan saat usia di bawah 35 tahun, tingkat keberhasilan mencapai 50 – 70 persen,” imbuhnya.
Menurutnya, infertilitas bisa dialami salah satu pasangan atau mungkin keduanya yang disebabkan beberapa oleh faktor. Misalnya kegagalan menghasilkan sperma berkualitas, gaya hidup atau mengonsumsi zat-zat kimia, gangguan ovulasi, kerusakan/penyumbatan tuba falopi dan lainnya.
“Pada laki-laki bisa adanya infeksi, varises di testis sehingga tidak mampu memproduksi sperma atau jumlah sperma di bawah 5 juta. Untuk normalnya, jumlah sperma 10 juta. Untuk mengetahui ini, perlu adanya pemeriksaan terhadap pasangan tersebut,”ucapnya.
Dari berbagai indikasi tersebut, lanjutnya, program bayi tabung merupakan pilihan terakhir. “Inseminasi sendiri dilakukan kalau program kesuburan lainnya seperti makan obat dan sebagainya juga tidak mendatangkan hasil,”kata dr Binarwan.
Dia berharap, program ini menjadi unggulan di Sumatera Utara. “Ada suatu harapan bisa dijadikan sebagai medical tourism khususnya bidang infertility. Soalnya, program inseminasi maupun program bayi tabung tidak sebentar. Pasangan yang ikut program akan tinggal di daerah ini untuk beberapa bulan agar lebih mudah kontrol.
“Di sini, selain biaya murah, kualitas juga baik. Jadi, kalau ada orang luar negeri yang ingin, mereka bisa mendapatkan kemudahan untuk memperoleh izin tinggal sementara dan adanya kemudahan penginapan dengan biaya terjangkau,”ucapnya mengakhiri. (uma)