Tentang Korban Kebakaran di Pabrik Sarung Tangan
Perempuan itu bersandar di dinding pagar pabrik sarung tangan yang berada di KIM I. Dia Menangis. Rambutnya yang panjang tak lagi rapi. Dia terus menangis. Dia pun sempat berteriak histeris. Dia pandangi puing pabrik yang terbakar itu. Di sana dia yakini tunangannya meregang nyawa.
Perempuan itu bernama Ameliani. Usianya dua puluh tahun. Dan, di sisi pagar pabrik itu, berdekatan dengan pintu pagar, isaknya tak bisa dia tahan. “Dia itu tunanganku, aku tanda baju dan cincin tunangan dijarinya. Memang kemarin dia kerja masuk sift malam,” ungkap Ameliani terbata.
Amelina mengetahui kalau pabrik tempat dia bekerja terbakar dari seorang rekan. Setelah mendapat kabar melalui telepon selular, dia pun langsung menuju ke lokasi pabrik untuk melihat keadaan Mahadi Kamal Nasution (22), tunangannya, yang malam itu bekerja. “Dari tadi malam di sini dan paginya dia sudah ditemukan jadi mayat,” isak perempuan berkulit putih itu.
Tak lama kemudian, Ameliani pun diamankan petugas kemanan pabrik. Kuli tinta yang mengerumuni perempuan itu pun sadar diri. Tak lagi mewancara perempuan yang berduka itu. “Sudah-sudah jangan ditanyai lagi, dia masih histeris,” begitu ungkap sekuriti berseragam biru sembari menarik dan membawa Ameliani dari sisi pagar.
Soal kepastian jasad yang terbakar itu adalah milik Mahadi juga didapat di RSU Pirngadi. Rahmad, abang Mahadi mengungkapkannya. “Tadi pacarnya (Ameliani) datang kemari. Dia memastikan bahwa adik saya adalah salah satu korbannya. Sebab dari pakaian, cincin, dan tali pinggangnya sama dengan yang dikenakannya,” terangnya.
Bahkan, bilang Rahmad, sebelum kejadian, adiknya Mahadi dan Amelini sempat makan malam di kantin pabrik. Sehingga, Ameliani sangat yakin bahwa korban adalah Mahadi.
Di tempat yang sama, Thamrin (63) paman korban dari Agustina Saragih meyakini mayat wanita tersebut adalah ponakannya. Hal itu diperkuat dari penemuan kacamata di dekat korban ketika dievakuasi, dengan celana panjang merk bb dan tali pinggang.
“Insting saya meyakini dia adalah ponakan saya sebab dari bentuk wajahnya dan hidungnya yang pesek, serta badan yang tidak terlalu tinggi membuat saya yakin bahwasanya ia adalah Agustina,” sebutnya.
Dirinya mengaku mengetahui kejadian ini ketika dihubungi ayah korban bernama Acong Saragih (60) sehingga ia melakukan pengecekan untuk mencari tahu keberadaan ibu beranak 2 ini. “Saya tahunya dari ayahnya, katanya pabrik tempat kerjanya (Agustina) terbakar, namun ponakan saya belum ditemui sehingga saya cek ke Pirngadi,” jelasnya.
Namun Thamrin mengatakan kedua orangtua korban dan suaminya tidak turut hadir karena tidak sanggup melihat jasad adiknya. “Suaminya dan orangtuanya sudah pingsan-pingsan di rumah, jadi nggak bisa datang,” ucapnya.
Nurmizar (47), paman M Rozi (21) mengaku mengetahui identitasnya ponakannya itu dari jam tangan yang dikenakannya sehingga dapat dikenali. “Saya tahu dari jam tangan yang dipakainya, sehingga saya yakin itu adalah ponakan saya,” sebutnya.
Selain itu Nurmizar mengatakan ponakannya itu belum genap sebulan bekerja di sana. “Dia baru kerja di sana, belum lagi dapat gaji pertama,” sebutnya.
Pantauan di instalasi jenazah beberapa keluarga korban masih mencari keluarganya yang bekerja di pabrik dan belum diketahui keberadaannya. Di antaranya Kanti (31). Dirinya mengaku tengah mencari keberadaan sepupunya Siti (27) warga Marelan Lima pasar II Barat, Gang Keluarga III, kelurahan Terjun, yang juga bekerja di perusahaan tersebut. Anak kedua dari tiga bersaudara ini belum juga ditemukan.
“Saya sudah cari di beberapa rumah sakit seperti Martha Friska, Delima, Mitra Medika, Imelda, tapi gak ditemui. Ciri-cirinya berjilbab, gemuk dan putih. Informasi yang didapat dari Bambang, personalia korban, Siti sempat diajak keluar temannya, namun karena banyak ledakan dirinya takut keluar,” ungkapnya.
Di sisi lain, satu dari sembilan korban kebakaran yang dirawat di rumah sakit (RS) Martha Friska, Arta Uli Rajagukguk (25), warga Jalan Bausit Gang Perjuangan No 10 Kota Bangun, Medan Belawan, saat ini tengah menjalani perawatan di ICU.
Wanita yang masih melajang ini dan merupakan anak pertama dari lima bersaudara, mengalami luka bakar cukup parah hampir seluruh tubuhnya habis, dari muka, tangan, dan bahkan sampai punggung sudah melepuh. Ia terbaring tak sadarkan diri di ruangan ICU.
Ayah korban, Desmon Rajagukguk yang menemani anaknya di RS tersebut menceritakan, saat itu ia sudah berada di rumah dari pulang bekerja. Katanya, saat itu korban baru pergi bekerja karena jadwal masuk siang hari tepatnya jam 15.00 WIB.
Namun, sekitar jam 19.00 WIB, Desmon melihat ada api tampak membumbung tinggi ke udara. Ia pun bergegas keluar dan pergi ke tempat tersebut dan menduga api berasal dari pabrik tempat anakanya bekerja. “Karena antara jarak pabrik dan rumah kami tidak jauh, hanya sekitar 700 meter,” kata Desmon.
Saat sudah sampai pabrik tersebut, dirinya langsung panik dan mencari keberadaan anaknya. Saat itulah Desmon melihat anaknya, Arta sudah tak berdaya tergeletak dan pingsan di luar pagar pabrik tersebut. Desmon pun bergegas menyelamatkan anaknya seorang diri dengan membonceng anaknya naik sepeda motor dan membawanya ke rumah sakit.
Kondisi Arta cukup rawan, kondisi luka bakar mencapai 60 persen. “Ya..ya.. kayak gitu aja dia ngomongnya. Dan, hanya sebatas mengeluarkan air mata saja,” ujar Rosmaniar, ibu Arta. (mag-17/uma/far/jon/mag-19)