29 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Belawan Jadi Project Pilot, KKP dan DPD RI Gagas Desa Inovatif Digital

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan menggagas program Desa Inovatif Digital era Revolusi Industri ke-4 atau Industri 4.0 di Sumatera Utara. Belawan akan menjadi salah satu wilayah pilot project dari program tersebut.

Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan, Sjarief Widjaja mengatakan, program ini sengaja digagas dengan tujuan menggali potensi kearifan lokal di berbagai daerah di Indonesia. Baik dari aspek potensi perikanan, pertanian dan kelautan yang berada di wilayah pesisir.

“Saya sudah lihat di sepanjang Belawan banyak tanah-tanah bergaram dan semuanya idol (rusak). Kami mau coba dan bikin percontohan sekitar dua hektar dulu di sana,” katanya kepada wartawan di Medan, Jumat (30/11) sore.

Didampingi Anggota DPD RI asal Sumut, Parlindungan Purba, tokoh masyarakat Sumut, Tuahman Purba, GM SBU Fleet and Operation Perum Perikanan Indonesia, Agung Pamujo dan Kepala Balai Diklat Penyuluhan Perikanan Medan KKP, Mathius Tiku, menjelaskan, program yang akan dikembangkan di Belawan yaitu mengombinasikan antara mina padi dan udang windu melalui pemanfaatan tanah bergaram.

“Program ini akan sama seperti yang kami lakukan di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Sebab Sumut mirip dengan daerah itu yang mayoritas daerahnya punya dataran rendah. Di mana, pengembangan terhadap mina padi yang tahan air garam akan digabung dengan udang windu,” katanya.

Melalui kerja sama dengan Kementerian Pertanian, KKP saat ini sedang gencar melakukan budidaya padi yang tahan akan air garam. Sebagai perbandingannya untuk satu hektar lahan produksi, sebutnya padi bisa menghasilkan empat ton dengan nilai ekonomis Rp10 juta.

“Namun dengan mina padi ini, hasilnya bisa 2,5 ton dapat uangnya Rp10 juta untuk padi, dan udang windu dapat 300 Kg dengan nilai uang Rp34 juta. Jadi lebih menguntungkan daripada hanya dengan padi,” ujarnya.

Ke depan pihaknya mau buat aplikasi khusus untuk program ini. Sama seperti sebelumnya dimana KKP sudah buatkan aplikasi Laut Nusantara khusus nelayan. “Tahap awal kita mau jajaki dulu kearifan lokal yang ada berikut potensi apa yang cocok dikembangkan, dan saya sudah minta Pak Tiku segera mencarikan lahannya,” kata Guru Besar Institut Teknologi Surabaya ini.

Sumut sendiri akan menjadi provinsi kelima yang bakal dijadikan percontohan Desa Inovatif Digital 4.0 tersebut. Selain Belawan, Serdangbedagai dan Asahan akan dijadikan pilot projeck dari program ini.

“Sebenarnya desa-desa kita yang ada ini memiliki potensi luar biasa, namun selama ini masih dikelola secara tradisional. Dan di Sumut sebetulnya banyak lahan-lahan potensial terutama di wilayah pesisir. Karena memang secara geografis letaknya tidak menguntungkan, seperti padi tanahnya sudah bergaram sehingga padi tidak bisa hidup. Begitupun untuk tambak yang posisi airnya tidak jernih dan bagus lagi,” paparnya.

Atas dasar itu pihaknya berpikir perlu sebuah terobosan untuk memanfaatkan lahan-lahan yang terbengkalai ataupun rusak. Program itu kata Sjarief dinamakan Desa Inovatif Digital 4.0. “Artinya apa? Biarlah dia sebagai desa, masyarakat juga tradisional dengan apa yang dia miliki. Tetapi kita introdusi hasil riset terbaru yang kemudian dengan kearifan lokal dan teknologi baru, dan sistem marketing menggunakan digital, maka nantinya dia bisa menerobos pasar dunia. Targetnya begitu,” terangnya.

Ia mencontohkan seperti salah satu desa di Kabupaten Cilacap, dimana sudah berjalan program budidaya sidan. Yakni pengembangan sidang semacam belut tetapi ukurannya lebih besar. “Kalau kita makan sushi, bahan bakunya itu namanya unagi (belut air tawar). Indonesia punya unagi yang produksi Indonesia saja lalu kita ekspor ke Jepang dan negara lainnya. Ini yang dikembangkan di Cilacap sekarang karena desanya punya peluang unagi. Kita bikin pembenihan, pembesaran sampai ke hilirnya yakni pengolahan dan mencarikan pasarnya,” katanya.

Banyak daerah di Indonesia yang belum disentuh dengan cara itu. Makanya dalam kesempatan berkunjung ke Sumut atas ajakan Anggota DPD RI Parlindungan Purba, ia bersama tim sudah mulai melakukan riset ke desa-desa yang ada di Sumut.

“Ke depan kita akan jadikan model seperti di Serdangbedagai, Asahan dan Belawan ada beberapa titik. Dari hulu sampai hilir nanti kita kembangkan. Mulai pakannya, benih, vaksin, indukkannya sampai pengolahannya. Dan setelah panen latihannya akan dipusatkan di Balai Diklat KKP di Belawan oleh Pak Tiku,” katanya.

Pihaknya juga berencana mengintegrasikan antara riset, pelatihan dan bisnis bagi pelaku-pelaku budidaya ikan dan petani di daerah. “Meski tradisional, pola pendekatannya itu keren memakai teknologi terbaru dan nantinya bisa menembus pasar dunia. Dan Sumut akan jadi provinsi kelima dari program ini, setelah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan DKI,” katanya.

Kemiripian geografis untuk mengembangkan program ini di Sumut, imbuh Sjarief, seperti yang telah dilakukan di Sulsel dan Bogor dengan budidaya ikan gabus. Dimana ikan gabus itu dipakai untuk albumin sebagai pertumbuhan sel paskaoperasi. “Selama ini kita impor untuk minum kapsul albumin. Padahal kita punya ikan gabus. Kenapa tidak kita olah saja ikan gabus ini untuk hasilkan albumin. Jadi saya akan pilih kalau memang di Sumut cocoknya gabus, maka gabus yang akan dikembangkan,” katanya.

Parlindungan Purba menyambut baik program dari KKP yang dimulai sejak 2018 ini. Secara pribadi dan kelembagaan, ia siap mendampingi pihak KKP untuk pengembangan program Desa Inovatif Digital 4.0 tersebut. “Kalau saya terserah Pak Sjarief dan kawan-kawan saja, dimana ada lokasi yang cocok saya siap bantu,” katanya.

Ia menyampaikan apresiasi kepada Menteri KKP Susi Pudjiastuti yang sudah meluncurkan aplikasi Laut Nusantara khusus bagi nelayan dan pelaku di sektor kelautan dan perikanan. Menurutnya informasi yang ada pada aplikasi tersebut sangat membantu kaum nelayan melihat perkembangan pasar secara terkini. “Pada prinsipnya kami (DPD) siap menggagas dan bekerjasama dengan KKP untuk realisasikan program ini. Desa Inovatif Digital ini sangat bagus dan membantu masyarakat Sumut,” pungkasnya. (prn/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan menggagas program Desa Inovatif Digital era Revolusi Industri ke-4 atau Industri 4.0 di Sumatera Utara. Belawan akan menjadi salah satu wilayah pilot project dari program tersebut.

Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan, Sjarief Widjaja mengatakan, program ini sengaja digagas dengan tujuan menggali potensi kearifan lokal di berbagai daerah di Indonesia. Baik dari aspek potensi perikanan, pertanian dan kelautan yang berada di wilayah pesisir.

“Saya sudah lihat di sepanjang Belawan banyak tanah-tanah bergaram dan semuanya idol (rusak). Kami mau coba dan bikin percontohan sekitar dua hektar dulu di sana,” katanya kepada wartawan di Medan, Jumat (30/11) sore.

Didampingi Anggota DPD RI asal Sumut, Parlindungan Purba, tokoh masyarakat Sumut, Tuahman Purba, GM SBU Fleet and Operation Perum Perikanan Indonesia, Agung Pamujo dan Kepala Balai Diklat Penyuluhan Perikanan Medan KKP, Mathius Tiku, menjelaskan, program yang akan dikembangkan di Belawan yaitu mengombinasikan antara mina padi dan udang windu melalui pemanfaatan tanah bergaram.

“Program ini akan sama seperti yang kami lakukan di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Sebab Sumut mirip dengan daerah itu yang mayoritas daerahnya punya dataran rendah. Di mana, pengembangan terhadap mina padi yang tahan air garam akan digabung dengan udang windu,” katanya.

Melalui kerja sama dengan Kementerian Pertanian, KKP saat ini sedang gencar melakukan budidaya padi yang tahan akan air garam. Sebagai perbandingannya untuk satu hektar lahan produksi, sebutnya padi bisa menghasilkan empat ton dengan nilai ekonomis Rp10 juta.

“Namun dengan mina padi ini, hasilnya bisa 2,5 ton dapat uangnya Rp10 juta untuk padi, dan udang windu dapat 300 Kg dengan nilai uang Rp34 juta. Jadi lebih menguntungkan daripada hanya dengan padi,” ujarnya.

Ke depan pihaknya mau buat aplikasi khusus untuk program ini. Sama seperti sebelumnya dimana KKP sudah buatkan aplikasi Laut Nusantara khusus nelayan. “Tahap awal kita mau jajaki dulu kearifan lokal yang ada berikut potensi apa yang cocok dikembangkan, dan saya sudah minta Pak Tiku segera mencarikan lahannya,” kata Guru Besar Institut Teknologi Surabaya ini.

Sumut sendiri akan menjadi provinsi kelima yang bakal dijadikan percontohan Desa Inovatif Digital 4.0 tersebut. Selain Belawan, Serdangbedagai dan Asahan akan dijadikan pilot projeck dari program ini.

“Sebenarnya desa-desa kita yang ada ini memiliki potensi luar biasa, namun selama ini masih dikelola secara tradisional. Dan di Sumut sebetulnya banyak lahan-lahan potensial terutama di wilayah pesisir. Karena memang secara geografis letaknya tidak menguntungkan, seperti padi tanahnya sudah bergaram sehingga padi tidak bisa hidup. Begitupun untuk tambak yang posisi airnya tidak jernih dan bagus lagi,” paparnya.

Atas dasar itu pihaknya berpikir perlu sebuah terobosan untuk memanfaatkan lahan-lahan yang terbengkalai ataupun rusak. Program itu kata Sjarief dinamakan Desa Inovatif Digital 4.0. “Artinya apa? Biarlah dia sebagai desa, masyarakat juga tradisional dengan apa yang dia miliki. Tetapi kita introdusi hasil riset terbaru yang kemudian dengan kearifan lokal dan teknologi baru, dan sistem marketing menggunakan digital, maka nantinya dia bisa menerobos pasar dunia. Targetnya begitu,” terangnya.

Ia mencontohkan seperti salah satu desa di Kabupaten Cilacap, dimana sudah berjalan program budidaya sidan. Yakni pengembangan sidang semacam belut tetapi ukurannya lebih besar. “Kalau kita makan sushi, bahan bakunya itu namanya unagi (belut air tawar). Indonesia punya unagi yang produksi Indonesia saja lalu kita ekspor ke Jepang dan negara lainnya. Ini yang dikembangkan di Cilacap sekarang karena desanya punya peluang unagi. Kita bikin pembenihan, pembesaran sampai ke hilirnya yakni pengolahan dan mencarikan pasarnya,” katanya.

Banyak daerah di Indonesia yang belum disentuh dengan cara itu. Makanya dalam kesempatan berkunjung ke Sumut atas ajakan Anggota DPD RI Parlindungan Purba, ia bersama tim sudah mulai melakukan riset ke desa-desa yang ada di Sumut.

“Ke depan kita akan jadikan model seperti di Serdangbedagai, Asahan dan Belawan ada beberapa titik. Dari hulu sampai hilir nanti kita kembangkan. Mulai pakannya, benih, vaksin, indukkannya sampai pengolahannya. Dan setelah panen latihannya akan dipusatkan di Balai Diklat KKP di Belawan oleh Pak Tiku,” katanya.

Pihaknya juga berencana mengintegrasikan antara riset, pelatihan dan bisnis bagi pelaku-pelaku budidaya ikan dan petani di daerah. “Meski tradisional, pola pendekatannya itu keren memakai teknologi terbaru dan nantinya bisa menembus pasar dunia. Dan Sumut akan jadi provinsi kelima dari program ini, setelah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan DKI,” katanya.

Kemiripian geografis untuk mengembangkan program ini di Sumut, imbuh Sjarief, seperti yang telah dilakukan di Sulsel dan Bogor dengan budidaya ikan gabus. Dimana ikan gabus itu dipakai untuk albumin sebagai pertumbuhan sel paskaoperasi. “Selama ini kita impor untuk minum kapsul albumin. Padahal kita punya ikan gabus. Kenapa tidak kita olah saja ikan gabus ini untuk hasilkan albumin. Jadi saya akan pilih kalau memang di Sumut cocoknya gabus, maka gabus yang akan dikembangkan,” katanya.

Parlindungan Purba menyambut baik program dari KKP yang dimulai sejak 2018 ini. Secara pribadi dan kelembagaan, ia siap mendampingi pihak KKP untuk pengembangan program Desa Inovatif Digital 4.0 tersebut. “Kalau saya terserah Pak Sjarief dan kawan-kawan saja, dimana ada lokasi yang cocok saya siap bantu,” katanya.

Ia menyampaikan apresiasi kepada Menteri KKP Susi Pudjiastuti yang sudah meluncurkan aplikasi Laut Nusantara khusus bagi nelayan dan pelaku di sektor kelautan dan perikanan. Menurutnya informasi yang ada pada aplikasi tersebut sangat membantu kaum nelayan melihat perkembangan pasar secara terkini. “Pada prinsipnya kami (DPD) siap menggagas dan bekerjasama dengan KKP untuk realisasikan program ini. Desa Inovatif Digital ini sangat bagus dan membantu masyarakat Sumut,” pungkasnya. (prn/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/