25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Wagubsu Minta Penjualan Diawasi, Penimbun Masker Bisa Dipidana

RAPAT: Wagubsu Musa Rajekshah memimpin rapat koordinasi upaya pencegahan penyebaran virus corona di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubsu, Selasa (3/3).  pran hasibuan/sumut pos
RAPAT: Wagubsu Musa Rajekshah memimpin rapat koordinasi upaya pencegahan penyebaran virus corona di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubsu, Selasa (3/3).
Pran hasibuan/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – MASKER penutup mulut dan hidung menjadi barang yang paling dicari semenjak wabah Covid-19 merebak. Barangnya pun kini langka di pasaran, apalagi sejak ada dua warga Depok yang positif virus korona.

Menyikapi ini, Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah meminta seluruh jajaran melakukan pengawasan ketat terhadap penjualan masker. Ia tidak ingin, dampak virus covid-19.

menimbulkan permasalahan baru di Sumut. “Jangan ada oknum-oknum yang mencari kesempatan dengan menimbun masker,” kata Musa Rajekshah saat memimpin Rapat Koordinasi Upaya Pencegahan Penyebaran Virus Korona, di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubsu, Selasa (3/3).

Menurutnya, pasti ada oknum-oknum yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari keutungan dengan cara-cara seperti itu. Sebab, di beberapa daerah masker ini sudah langka ditemui. Selain langka, harga jualnya juga terbilang tinggi. Dirinya tidak ingin ini terjadi agar masyarakat dapat terbantu.

Selain masker, ia juga mengingatkan pedagang dan distributor bahan pangan jangan melakukan penimbunan. Karena, penimbunan ini akan sangat merugikan masyarakat. Kelangkaan bahan pangan kata dia, akan menjadi masalah baru bagi pemerintah untuk upaya pencegahan virus korona.

“Kita juga meminta kepada seluruh distributor jangan menimbun bahan pangan dan kepada masyarakat jangan sekaligus memborong seluruh bahan pangan,” kata pria yang biasa dipanggil Ijeck itu. “Kita akan segera bentuk tim agar dapat memantau bahan pangan ini,” imbuh dia.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan mengakui, ketersediaan masker mulai langka. Namun, Alwi belum bisa menyampaikan lebih jauh faktor yang menyebabkan kelangkaan masker, apakah karena perorangan atau individu. “Informasinya begitu mulai langka, tapi saya tidak tahu secara detail kenapa bisa langka,” ucapnya.

Alwi mengimbau kepada masyarakat supaya memahami penggunaan masker. Sebab, masker itu digunakan untuk orang yang sakit dan petugas medis. “Orang yang sehat sebetulnya tidak perlu memakai masker, terkecuali orang-orang dengan risiko tinggi yaitu petugas medis,” sebut Alwi.

Dia mencontohkan, apabila orang yang sakit menggunakan masker maka ketika batuk, percikan air liurnya tidak terkena orang lain dan hanya kena masker. “Makanya, masyarakat harus memahami betul penggunaan, terlebih dalam kondisi sekarang ini. Jadi, yang pakai masker itu ya orang sakit dan petugas medis,” tukasnya.

Penimbun Bisa Dipidana

Terpisah, Kasubbid Penmas Polda Sumut AKBP MP Nainggolan menegaskan, polisi bakal menindak oknum-oknum yang sengaja menimbun masker yang mulai mengalami kelangkaan. Hal ini dikarenakan kepanikan sejumlah orang, sehingga memborong masker serta kebutuhan pokok.

Kata MP Nainggolan, kebutuhan akan masker yang meningkat saat ini berpotensi dimanfaatkan oleh oknum untuk mengeruk keuntungan. Karena itu, kepolisian bakal mengawal dari sisi hukumnya. “Kita akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, dalam hal ini nanti kalau menemukan masker-masker yang ditimbun itu pidananya akan tetap dijalankan,” ujar MP Nainggolan.

Mantan Kapolres Nisel itu menyebutkan, para oknum penimbun masker bisa dijerat dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Untuk itu, pihaknya akan melakukan penelusuran terhadap oknum penimbun masker baik itu melalui apotik maupun online. “Kita cek semua, termasuk menyelidiki secara online. Kita akan mencari para pelaku yang menimbun,” tegasnya.

Pun begitu, pihak kepolisian akan tetap mengedepankan langkah preventif sebelum akhirnya memproses secara hukum. Langkah preventif dilakukan dengan cara memberikan pemahaman kepada oknum, bahwa masker saat ini tengah dibutuhkan oleh masyarakat. “Jika pencegahan dihiraukan, maka jalan terakhir penegakan hukum,” tuturnya.

Ditambahkan MP Nainggolan, ancaman hukuman yang bisa menjerat para oknum-oknum penimbun masker yaitu Pasal 107 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Ancaman pidananya, penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50 miliar.

Masker dan Hand Sanitizer Langka

Sementara amatan Sumut Pos, keberadaan masker dan hand sanitizer atau gel pencuci tangan mendadak langka. Seperti di Supermarket Brastagi Jalan Cut Mutia, Medan. Di swalayan itu, hanya tersisa masker jenis N95. Bahkan, konsumen yang ingin membeli pun dijatah, setiap orang hanya bisa membeli 2 pcs.

Seorang pegawai Supermarket Brastagi Jalan Cut Mutia yang meminta tak disebutkan namanya mengaku, sejak diumumkan Presiden Jokowi adanya 2 WNI terinfeksi Covid-19, ketersediaan masker dan hand sanitizer langsung ludes diborong konsumen. Akibatnya, stok saat ini tidak ada. “Stok (masker dan hand sanitizer) di gudang kosong. Kemarin, (Senin) banyak warga yang membeli,” ujarnya.

Ia mengaku, setiap konsumen hanya diperbolehkan membeli 2 kotak. “Sekarang hanya tersisa masker N95 saja, dan setiap orang hanya boleh beli 2 pcs. Sedangkan untuk sabun cuci tangan masih tersedia, sebagai alternatif,” sebutnya.

Disinggung kapan stok masker dan hand sanitizer tersedia kembali, dia tidak mengetahui dan tidak bisa memastikan. Hal itu tergantung dari distributor. “Tidak bisa dipastikan, tergantung distributor. Kita sifatnya menunggu dan memberi informasi kepada mereka ketika stok barang kosong,” pungkasnya.

Senada, disampaikan pegawai salah satu minimarket di Jalan KH Wahid Hasyim, Medan. Pegawai mini swalayan yang juga enggan menyebutkan namanya itu menyatakan, masker dan hand sanitizer kosong dan stok di gudang sudah habis. “Dua hari lalu stok masker masuk, tapi kemarin (Senin) langsung habis. Begitu juga stok hand sanitizer, kosong di gudang,” ucap pegawai berjenis kelamin perempuan ini.

Tak jauh beda dikatakan seorang pegawai Apotek Kimia Farma, Jalan Sisingamangaraja Medan mengatakan, stok masker di tempatnya kosong. “Sudah 1,5 bulan masker tidak ada masuk lagi. Kekosongan masker ini saya tidak tahu kenapa,” kata perempuan yang berusia berkisar 45 tahun ini kepada wartawan.

Ketua Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Sumut, T Amin Wijaya membenarkan stok masker masih kosong di Kota Medan dan sekitarnya. Disinggung adanya kenaikan harga masker dijual oleh pihak apotik, ia mengaku hal itu bisa saja terjadi. “Memang sebelumnya pemasaran masker di pasar sudah mulai ada dan konsumen sudah pasti mencari. Tapi, sekarang ini kekurangan barang, bisa jadi harga dinaikkan. Karena kasus virus corona sudah masuk ke Indonesia, ya masker kosong kembali,” ujarnya.

Akan tetapi, ditanya berapa kenaikan harga masker, Amin mengaku belum mengetahuinya. “Saya sekarang ini masih berada di Jakarta. Setiba di Medan, saya akan cek harga masker yang dijual oleh apotek,” ungkapnya.

Amin meminta kepada warga tidak perlu panik, yang penting mengikuti imbauan dari Kementerian Kesehatan agar selalu mencuci tangan, makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup.

IDI: Sehatkan Jiwa, Jangan Panik

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan dr Wijaya Juwarna Sp THT-KL mengatakan, tidak benar genetik Indonesia kebal terhadap virus corona (covid-19). “ Indonesia juga rentan akan virus tersebut,” ujarnya kepada Harian Sumut Pos, Selasa (3/3).

Selain itu, dr Wijaya juga mengatakan, tidak benar iklim tropis membuat virus tidak bisa hidup, serta menepis keraguan bahwa Lab Litbangkes tidak mampu mendiagnosis covid-19. Munculnya 2 kasus warga Depok yang terpapar virus tersebut, sebenarnya tidak perlu mengejutkan di tengah kenyataan bahwa wabah global yang berasal dari Wuhan, China ini telah menyebar ke 64 negara.

“Dari dua kasus ini kita belajar, kasus ini tidak ditemukan dari pintu masuk, seperti kantor kesehatan Pelabuhan, atau dari ratusan orang yang di karantina di Pulau Sebaru, namun bermula dari aktivitas sosial yang beranggotakan multi bangsa,” jelas dr Wijaya.

Ia menambahkan, munculnya gejala klinis berupa demam, batuk dan sesak nafas yang mendorong seseorang terpapar virus corona ini ke rumah sakit. “Di sinilah sebenarnya persoalan akan dimulai. Kecepatan covid-19 menular antar manusia kepada 2-3 orang. Sehingga menjadi sangat penting dalam upaya mencegah penyebaran di masyarakat dengan menemukan semua mereka yang tertular, karena mereka adalah sumber penularan,” ungkapnya.

Dalam hal ini, masyarakat perlu menjaga kebersihan. Selain itu, masyarakat perlu memperkuat badan dengan cara makanan dan minuman yang sehat, istirahat dan olahraga teratur (minimal jalan kaki selama 30 mnt sehari), kebiasaan mencuci tangan setelah beraktivitas, memakai masker di lingkungan berdebu ataupun kerumunan massa, kebiasaan sikat gigi dan mandi minimal 2x sehari.

Batalkan kunjungan ke negara negara terjangkit yang parah seperti Korea selatan, Iran dan Italy. Sering mencuci tangan, hindari kerumunan di daerah yang nantinya ada kasus konfirmasi, misalnya kota Depok. Pakai masker kalau batuk pilek. Makan dan tidur yang cukup. Ikuti ketentuan dan pengaturan, yang nantinya akan diatur pemerintah jika situasi bertambah buruk. Jika batuk segera menutup mulut,” imbaunya.

Ia juga meminta masyarakat agar jangan panik, sehatkan jiwa dan tetap tenang. “Jangan menyebar berita yang tidak resmi, jika ada keluhan berkaitan dengan batuk pilek dan sesak segera ke fasilitas kesehatan (faskes),” tandasnya. (prn/ris/mag-1)

RAPAT: Wagubsu Musa Rajekshah memimpin rapat koordinasi upaya pencegahan penyebaran virus corona di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubsu, Selasa (3/3).  pran hasibuan/sumut pos
RAPAT: Wagubsu Musa Rajekshah memimpin rapat koordinasi upaya pencegahan penyebaran virus corona di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubsu, Selasa (3/3).
Pran hasibuan/sumut pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – MASKER penutup mulut dan hidung menjadi barang yang paling dicari semenjak wabah Covid-19 merebak. Barangnya pun kini langka di pasaran, apalagi sejak ada dua warga Depok yang positif virus korona.

Menyikapi ini, Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah meminta seluruh jajaran melakukan pengawasan ketat terhadap penjualan masker. Ia tidak ingin, dampak virus covid-19.

menimbulkan permasalahan baru di Sumut. “Jangan ada oknum-oknum yang mencari kesempatan dengan menimbun masker,” kata Musa Rajekshah saat memimpin Rapat Koordinasi Upaya Pencegahan Penyebaran Virus Korona, di Aula Raja Inal Siregar, Kantor Gubsu, Selasa (3/3).

Menurutnya, pasti ada oknum-oknum yang memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari keutungan dengan cara-cara seperti itu. Sebab, di beberapa daerah masker ini sudah langka ditemui. Selain langka, harga jualnya juga terbilang tinggi. Dirinya tidak ingin ini terjadi agar masyarakat dapat terbantu.

Selain masker, ia juga mengingatkan pedagang dan distributor bahan pangan jangan melakukan penimbunan. Karena, penimbunan ini akan sangat merugikan masyarakat. Kelangkaan bahan pangan kata dia, akan menjadi masalah baru bagi pemerintah untuk upaya pencegahan virus korona.

“Kita juga meminta kepada seluruh distributor jangan menimbun bahan pangan dan kepada masyarakat jangan sekaligus memborong seluruh bahan pangan,” kata pria yang biasa dipanggil Ijeck itu. “Kita akan segera bentuk tim agar dapat memantau bahan pangan ini,” imbuh dia.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan mengakui, ketersediaan masker mulai langka. Namun, Alwi belum bisa menyampaikan lebih jauh faktor yang menyebabkan kelangkaan masker, apakah karena perorangan atau individu. “Informasinya begitu mulai langka, tapi saya tidak tahu secara detail kenapa bisa langka,” ucapnya.

Alwi mengimbau kepada masyarakat supaya memahami penggunaan masker. Sebab, masker itu digunakan untuk orang yang sakit dan petugas medis. “Orang yang sehat sebetulnya tidak perlu memakai masker, terkecuali orang-orang dengan risiko tinggi yaitu petugas medis,” sebut Alwi.

Dia mencontohkan, apabila orang yang sakit menggunakan masker maka ketika batuk, percikan air liurnya tidak terkena orang lain dan hanya kena masker. “Makanya, masyarakat harus memahami betul penggunaan, terlebih dalam kondisi sekarang ini. Jadi, yang pakai masker itu ya orang sakit dan petugas medis,” tukasnya.

Penimbun Bisa Dipidana

Terpisah, Kasubbid Penmas Polda Sumut AKBP MP Nainggolan menegaskan, polisi bakal menindak oknum-oknum yang sengaja menimbun masker yang mulai mengalami kelangkaan. Hal ini dikarenakan kepanikan sejumlah orang, sehingga memborong masker serta kebutuhan pokok.

Kata MP Nainggolan, kebutuhan akan masker yang meningkat saat ini berpotensi dimanfaatkan oleh oknum untuk mengeruk keuntungan. Karena itu, kepolisian bakal mengawal dari sisi hukumnya. “Kita akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, dalam hal ini nanti kalau menemukan masker-masker yang ditimbun itu pidananya akan tetap dijalankan,” ujar MP Nainggolan.

Mantan Kapolres Nisel itu menyebutkan, para oknum penimbun masker bisa dijerat dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Untuk itu, pihaknya akan melakukan penelusuran terhadap oknum penimbun masker baik itu melalui apotik maupun online. “Kita cek semua, termasuk menyelidiki secara online. Kita akan mencari para pelaku yang menimbun,” tegasnya.

Pun begitu, pihak kepolisian akan tetap mengedepankan langkah preventif sebelum akhirnya memproses secara hukum. Langkah preventif dilakukan dengan cara memberikan pemahaman kepada oknum, bahwa masker saat ini tengah dibutuhkan oleh masyarakat. “Jika pencegahan dihiraukan, maka jalan terakhir penegakan hukum,” tuturnya.

Ditambahkan MP Nainggolan, ancaman hukuman yang bisa menjerat para oknum-oknum penimbun masker yaitu Pasal 107 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Ancaman pidananya, penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50 miliar.

Masker dan Hand Sanitizer Langka

Sementara amatan Sumut Pos, keberadaan masker dan hand sanitizer atau gel pencuci tangan mendadak langka. Seperti di Supermarket Brastagi Jalan Cut Mutia, Medan. Di swalayan itu, hanya tersisa masker jenis N95. Bahkan, konsumen yang ingin membeli pun dijatah, setiap orang hanya bisa membeli 2 pcs.

Seorang pegawai Supermarket Brastagi Jalan Cut Mutia yang meminta tak disebutkan namanya mengaku, sejak diumumkan Presiden Jokowi adanya 2 WNI terinfeksi Covid-19, ketersediaan masker dan hand sanitizer langsung ludes diborong konsumen. Akibatnya, stok saat ini tidak ada. “Stok (masker dan hand sanitizer) di gudang kosong. Kemarin, (Senin) banyak warga yang membeli,” ujarnya.

Ia mengaku, setiap konsumen hanya diperbolehkan membeli 2 kotak. “Sekarang hanya tersisa masker N95 saja, dan setiap orang hanya boleh beli 2 pcs. Sedangkan untuk sabun cuci tangan masih tersedia, sebagai alternatif,” sebutnya.

Disinggung kapan stok masker dan hand sanitizer tersedia kembali, dia tidak mengetahui dan tidak bisa memastikan. Hal itu tergantung dari distributor. “Tidak bisa dipastikan, tergantung distributor. Kita sifatnya menunggu dan memberi informasi kepada mereka ketika stok barang kosong,” pungkasnya.

Senada, disampaikan pegawai salah satu minimarket di Jalan KH Wahid Hasyim, Medan. Pegawai mini swalayan yang juga enggan menyebutkan namanya itu menyatakan, masker dan hand sanitizer kosong dan stok di gudang sudah habis. “Dua hari lalu stok masker masuk, tapi kemarin (Senin) langsung habis. Begitu juga stok hand sanitizer, kosong di gudang,” ucap pegawai berjenis kelamin perempuan ini.

Tak jauh beda dikatakan seorang pegawai Apotek Kimia Farma, Jalan Sisingamangaraja Medan mengatakan, stok masker di tempatnya kosong. “Sudah 1,5 bulan masker tidak ada masuk lagi. Kekosongan masker ini saya tidak tahu kenapa,” kata perempuan yang berusia berkisar 45 tahun ini kepada wartawan.

Ketua Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Sumut, T Amin Wijaya membenarkan stok masker masih kosong di Kota Medan dan sekitarnya. Disinggung adanya kenaikan harga masker dijual oleh pihak apotik, ia mengaku hal itu bisa saja terjadi. “Memang sebelumnya pemasaran masker di pasar sudah mulai ada dan konsumen sudah pasti mencari. Tapi, sekarang ini kekurangan barang, bisa jadi harga dinaikkan. Karena kasus virus corona sudah masuk ke Indonesia, ya masker kosong kembali,” ujarnya.

Akan tetapi, ditanya berapa kenaikan harga masker, Amin mengaku belum mengetahuinya. “Saya sekarang ini masih berada di Jakarta. Setiba di Medan, saya akan cek harga masker yang dijual oleh apotek,” ungkapnya.

Amin meminta kepada warga tidak perlu panik, yang penting mengikuti imbauan dari Kementerian Kesehatan agar selalu mencuci tangan, makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup.

IDI: Sehatkan Jiwa, Jangan Panik

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan dr Wijaya Juwarna Sp THT-KL mengatakan, tidak benar genetik Indonesia kebal terhadap virus corona (covid-19). “ Indonesia juga rentan akan virus tersebut,” ujarnya kepada Harian Sumut Pos, Selasa (3/3).

Selain itu, dr Wijaya juga mengatakan, tidak benar iklim tropis membuat virus tidak bisa hidup, serta menepis keraguan bahwa Lab Litbangkes tidak mampu mendiagnosis covid-19. Munculnya 2 kasus warga Depok yang terpapar virus tersebut, sebenarnya tidak perlu mengejutkan di tengah kenyataan bahwa wabah global yang berasal dari Wuhan, China ini telah menyebar ke 64 negara.

“Dari dua kasus ini kita belajar, kasus ini tidak ditemukan dari pintu masuk, seperti kantor kesehatan Pelabuhan, atau dari ratusan orang yang di karantina di Pulau Sebaru, namun bermula dari aktivitas sosial yang beranggotakan multi bangsa,” jelas dr Wijaya.

Ia menambahkan, munculnya gejala klinis berupa demam, batuk dan sesak nafas yang mendorong seseorang terpapar virus corona ini ke rumah sakit. “Di sinilah sebenarnya persoalan akan dimulai. Kecepatan covid-19 menular antar manusia kepada 2-3 orang. Sehingga menjadi sangat penting dalam upaya mencegah penyebaran di masyarakat dengan menemukan semua mereka yang tertular, karena mereka adalah sumber penularan,” ungkapnya.

Dalam hal ini, masyarakat perlu menjaga kebersihan. Selain itu, masyarakat perlu memperkuat badan dengan cara makanan dan minuman yang sehat, istirahat dan olahraga teratur (minimal jalan kaki selama 30 mnt sehari), kebiasaan mencuci tangan setelah beraktivitas, memakai masker di lingkungan berdebu ataupun kerumunan massa, kebiasaan sikat gigi dan mandi minimal 2x sehari.

Batalkan kunjungan ke negara negara terjangkit yang parah seperti Korea selatan, Iran dan Italy. Sering mencuci tangan, hindari kerumunan di daerah yang nantinya ada kasus konfirmasi, misalnya kota Depok. Pakai masker kalau batuk pilek. Makan dan tidur yang cukup. Ikuti ketentuan dan pengaturan, yang nantinya akan diatur pemerintah jika situasi bertambah buruk. Jika batuk segera menutup mulut,” imbaunya.

Ia juga meminta masyarakat agar jangan panik, sehatkan jiwa dan tetap tenang. “Jangan menyebar berita yang tidak resmi, jika ada keluhan berkaitan dengan batuk pilek dan sesak segera ke fasilitas kesehatan (faskes),” tandasnya. (prn/ris/mag-1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/