MEDAN- Warga Kelurahan Darat Kecamatan Medan Baru, dengan tegas meminta agar bangunan Nanyang International School harus dipindah dari Jalan Sriwijaya/Abdullah Lubis. Karena, keberadaan gedung sekolah tersebut telah meresahkan masyarakat sekitar.
Penegasan itu dikemukakan Ryan Kacaribu, seorang warga di Kelurahan Darat, Kecamatan Medan Baru, yang ditemui wartawan Sumut Pos di dekat lokasi Nanyang Internasional School. “Kami meminta sekolah itu pindah. Karena selama ini telah membuat resah warga,” tegasnya.
Dijelaskannya, keresahan warga disebabkan beberapa hal antara lain, kemacetan di seputaran Jalan Sriwijaya/Abdullah Lubis, kebisingan dari kegiatan drum band sekolah tersebut dan bahkan ada kegiatan sekolah yang hingga larut malam, dan yang paling sering terjadi manakala turun hujan rumah-rumah warga digenangi air alias kebanjiran.
“Sebenarnya yang parah itu, macetnya. Karena mobil-mobil penjemput anak-anak sekolah. Ada sekolah-sekolah atau pusat pendidikan lain di sini, tapi ada lahan parkirnya sendiri. Kalau Nanyang, ada parkirnya di dalam tapi tidak cukup. Akhirnya, kemacetan di ruas Jalan Sriwijaya/Abdullah Lubis. Kalau drainasenya ada di dalam, tapi lebih tinggi dari lantai rumah warga. Sama saja kalau hujan, air nya turun ke rumah warga. Waktu itu, ada tim dari Dinas TRTB melakukan pembongkaran, tapi terkesan pura-pura saja. Sekarang sudah ada pengerjaan lagi,” terangnya lagi.
Apa yang dikemukakan Ryan Kacaribu ternyata benar. Pantauan wartawan Sumut Pos di lokasi tersebut terlihat beberapa pekerja sedang melakukan aktivitas. Dan di sisi tembok yang baru dibangun, tepatnya di samping rumah warga juga terlihat tenda (terpal) biru. Dan itu dipasang seminggu lalu.
Ryan juga menuturkan, yang jadi persoalan adalah level-level dari bangunan tersebut yang menjorok ke rumah warga, sehingga air hujan yang turun dipastikan beralih ke rumah-rumah warga.
“Tiangnya itu berjarak 40 sampai 50 cm dari rumah warga, tapi levelnya lebih dari itu dan air hujan yang turun jadi tempias ke rumah warga,” kata Ryan lagi.
Dan itu dibenarkan Jeffrey Matulessy, seorang warga yang rumahnya tepat berada di samping Nanyang Internasional School. “Iya, levelnya itu berarti kalau ke rumah warga lebih dari 50 centi. Jadi kalau hujan airnya ke rumah kami,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Suwito, warga lainnya. Dikatakannya, ada kesan pihak sekolah menutup-nutupi pengerjaan bangunan tersebut. “Terpal itu dipasang seminggu lalu. Ada apa itu? Berarti ada yang ditutup-tutupi,” bebernya.
Ryan dan Suwito juga mempersoalkan mengenai Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) yang diberikan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) Medan. Di mana dalam SIMB tersebut tertera, SIMB No.642.2/363.K, Tanggal 14 Februari 2011, jenis memperluas sekolah, jumlah satu unit, jumlah lantai 4.
Menurut mereka, seharusnya sebelum Dinas TRTB memberikan atau mengeluarkan izinnya, terlebih dahulu ada persetujuan warga. Namun, sampai saat ini warga tidak pernah setuju atas pembangunan sekolah tersebut.
“Harusnya ada persetujuan warga, baru keluar SIMB nya. Kami saja sebagai warga sini, belum pernah dan tidak memberikan izin itu. Tapi kok bisa Dinas TRTB memberikan izin itu. Kami juga akan melaporkan ke Dinas Pendidikan Kota Medan, terkait hal ini. Karena mengenai institusi pendidikan, Dinas Pendidikan juga memiliki kewenangan,” kata Suwito dan Ryan Kacaribu. (ari)