26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

6 Bulan, Titi Kuning Diabaikan Bina Marga

Masuk Daftar Perbaikan per Desember 2011

MEDAN-Titikuning telah roboh. Keadaannya yang sudah uzur dianggap sebagai penyebab. Di sisi lain, perawatan yang kurang menjadi penyebab runtuhnya jembatan itu. Apalagi, diketahui, perbaikan terhadap Titi Kuning sejatinya telah dijadwalkan pada Desember 2011 lalu. Bina Marga pun terkesan mengabaikan jembatan bersejarah tersebut.

Soal jadwal perbaikan ini langsung diungkapkan oleh  Kepala Lingkungan (Kepling) VII Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor, Purwani. Menurutnya, sejak dibangun pada 1938 lalu, jembatan ini baru sekali direnovasi karena bagian ujungnya patah. Yakni,  pada 1945 lalu.

Purwani menambahkan warga sekitar sudah meminta kepada Pemerintah Kota (Pemko) Medan, untuk melakukan renovasi melalui surat ke Pemko Medan cq Dinas Bina Marga. “Bulan Desember 2011 lalu, katanya mau diperbaiki, tapi tidak tahu ada kendala apa hingga jembatan ini runtuh belum juga diperbaiki,” aku Purwani, Minggu (3/6).

Sementara Tumpal, Lingkungan (Kepling) VI srama Haji, mengatakan Titikuning cenderung memakan korban. Tapi, peristiwa tidak menimbulkan kerusakan pada jembatan. Tidak seperti Sabtu (2/6) lalu yang mengakibatkan Ismail patah tulang. “Delapan tahun lalu, ada korban anak Pak Darwin yang jatuh dan hilang sampai sekarang tidak ditemukan jasadnya. Berarti sudah lama tidak makan korban lagi dan baru kemarin itu lagi,” kata Tumpal, saat meninjau jembatan, kemarin.

Tumpal menerangkan, jembatan itu dibangun Pemerintah Kolonial Belanda, mempunyai atap yang berwarna kuning. Makanya, jembatan yang panjangnya mencapai 10 meter tersebut, kemudian diberi nama Jembatan Titikuning.”Sejak dibangun baru sekali dipugar dan tidak diberi atap lagi,” katanya.

Menurut Prayetno, seorang pemborong proyek yang juga datang untuk melihat lokasi, ada banyak asumsi yang menyebutkan penyebab robohnya jembatan itu. Di satu sisi ada yang mengatakan, penyangga jembatan yang terbuat dari besi dan pondasinya yang dicor batu sudah tidak kuat menahan beban. “Ibarat manusia, jembatan ini sudah uzur. Ya, kemungkinan karena abrasi. Apalagi, sudah lama tidak menelan korban. Lihatlah pondasinya sudah bolong. Sehingga, tidak kuat menahan beban. Harusnya direnovasi  pondasinya,” kata Prayetno.

Hingga, Minggu (3/6), Pemerintah Kota Medan (Pemko) belum melakukan perbaikan jembatan tersebut. Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemko Medan, Budi Hariono yang dikonfirmasi wartawan, mengaku akan segera menindaklanjuti keluhan masyarakat tersebut, khususnya yang tinggal di Jalan M Basir dengan melakukan koordinasi ke dinas terkait.

“Kita sudah tindak lanjuti. Dan pasti jembatan akan segera diperbaiki,” janji Budi.

Bina Marga Dianggap Lalai
Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Medan, Parlaungan Simangunsong mengatakan Dinas Bina Marga seharusnya memperhatikan kondisi fisik jembatan itu. Apalagi, jembatan yang ambruk tersebut memiliki nilai sejarah.

“Jadi pemerintah jangan lepas tangan,” katanya kepada Sumut Pos, Minggu (3/6).
Menurutnya, pemerintah harus membangun kembali jembatan tersebut secara detail dengan segera karena jembatan tersebut merupakan jalur alternatif warga yang ingin menuju ke Jalan Deli Tua atau Jalan A H Nasution.

“Bagi warga di sana, jembatan itu sangat penting karena merupakan  jalur alternatif jadi harus segera dilakukan pembangunan. Tapi, pembangunannya harus memperhatikan tonase yang melintas di atas jembatan itu sebelumnya berapa besar,” ucapnya.

Selama ini, lanjut dia, jembatan tersebut hanya bisa dilalui kendaraan roda dua dan tiga. Kalau pemerintah berencana menambah kendaraan roda empat bisa melalui jembatan tersebut, tonasenya juga harus diperhatikan.  “Jangan diperuntukan bagi roda dua dan tiga saja, kalau itu sudah jelas DPRD Medan tidak setuju,” ujarnya.

Sedangkan terhadap korban, Pemko Medan harus memberikan bantuan sebagai bentuk tanggung jawab karena musibah tersebut terjadi akibat kelalaian Dinas Bina Marga yang mengakibatkan korban jiwa. “Ke depan, pembenahan terhadap seluruh jembatan harus dilakukan dengan intens. Jangan sampai tunggu korban selanjutnya karena hal tersebut merupakan tanggung jawab Pemko Medan, dalam hal ini Dinas Bina Marga,” jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Medan Syaiful Bahri menjelaskan tindakan dari instansi terkaitnya yaitu Dinas Bina Marga sedang mempersiapkan proses pembangunan jembatan itu kembali. Sedangkan untuk prosesnya akan dilakukan bertahap karena pembenahan tidak bisa sekaligus.

“Sekarang sedang dipersiapkan proses pembenahan karena oleh Dinas Bina Marga,  kami tidak mau timbul efek lebih besar lagi,” katanya.

Namun, tambahnya, dia memastikan pembangunan akan segera dilakukan mengingat jembatan tersebut sangat dibutuhkan penduduk sekitar atau masyarakat lain yang akan melintas menuju ke daerah lain. “Pembangunan akan diusahakan lebih cepat untuk kepentingan umum,” cetusnya.

Ketika ditanyakan seperti apa pembangunan jembatan itu nantinya, dia hanya mengatakan akan dilakukan pengkajian lebih dalam lagi. Begitu juga untuk anggarannya, dia mengarahkan untuk langsung menanyakan ke Dinas terkait, dalam hal ini Dinas Bina Marga Kota Medan.

“Kami lakukan pengkajian terlebih dahulu. Tidak bisa langsung lakukan pembenahan apalagi menyeluruh. Yang jelas, jembatan itu akan kita bangun kembali dan bisa dilewati oleh sepeda motor dan becak bermotor (Betor) demi kepentingan umum. Kalau berbicara anggarannya, langsung saja ke dinasnya,” ujarnya. (adl/ari)

Masuk Daftar Perbaikan per Desember 2011

MEDAN-Titikuning telah roboh. Keadaannya yang sudah uzur dianggap sebagai penyebab. Di sisi lain, perawatan yang kurang menjadi penyebab runtuhnya jembatan itu. Apalagi, diketahui, perbaikan terhadap Titi Kuning sejatinya telah dijadwalkan pada Desember 2011 lalu. Bina Marga pun terkesan mengabaikan jembatan bersejarah tersebut.

Soal jadwal perbaikan ini langsung diungkapkan oleh  Kepala Lingkungan (Kepling) VII Kelurahan Titi Kuning Kecamatan Medan Johor, Purwani. Menurutnya, sejak dibangun pada 1938 lalu, jembatan ini baru sekali direnovasi karena bagian ujungnya patah. Yakni,  pada 1945 lalu.

Purwani menambahkan warga sekitar sudah meminta kepada Pemerintah Kota (Pemko) Medan, untuk melakukan renovasi melalui surat ke Pemko Medan cq Dinas Bina Marga. “Bulan Desember 2011 lalu, katanya mau diperbaiki, tapi tidak tahu ada kendala apa hingga jembatan ini runtuh belum juga diperbaiki,” aku Purwani, Minggu (3/6).

Sementara Tumpal, Lingkungan (Kepling) VI srama Haji, mengatakan Titikuning cenderung memakan korban. Tapi, peristiwa tidak menimbulkan kerusakan pada jembatan. Tidak seperti Sabtu (2/6) lalu yang mengakibatkan Ismail patah tulang. “Delapan tahun lalu, ada korban anak Pak Darwin yang jatuh dan hilang sampai sekarang tidak ditemukan jasadnya. Berarti sudah lama tidak makan korban lagi dan baru kemarin itu lagi,” kata Tumpal, saat meninjau jembatan, kemarin.

Tumpal menerangkan, jembatan itu dibangun Pemerintah Kolonial Belanda, mempunyai atap yang berwarna kuning. Makanya, jembatan yang panjangnya mencapai 10 meter tersebut, kemudian diberi nama Jembatan Titikuning.”Sejak dibangun baru sekali dipugar dan tidak diberi atap lagi,” katanya.

Menurut Prayetno, seorang pemborong proyek yang juga datang untuk melihat lokasi, ada banyak asumsi yang menyebutkan penyebab robohnya jembatan itu. Di satu sisi ada yang mengatakan, penyangga jembatan yang terbuat dari besi dan pondasinya yang dicor batu sudah tidak kuat menahan beban. “Ibarat manusia, jembatan ini sudah uzur. Ya, kemungkinan karena abrasi. Apalagi, sudah lama tidak menelan korban. Lihatlah pondasinya sudah bolong. Sehingga, tidak kuat menahan beban. Harusnya direnovasi  pondasinya,” kata Prayetno.

Hingga, Minggu (3/6), Pemerintah Kota Medan (Pemko) belum melakukan perbaikan jembatan tersebut. Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemko Medan, Budi Hariono yang dikonfirmasi wartawan, mengaku akan segera menindaklanjuti keluhan masyarakat tersebut, khususnya yang tinggal di Jalan M Basir dengan melakukan koordinasi ke dinas terkait.

“Kita sudah tindak lanjuti. Dan pasti jembatan akan segera diperbaiki,” janji Budi.

Bina Marga Dianggap Lalai
Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Medan, Parlaungan Simangunsong mengatakan Dinas Bina Marga seharusnya memperhatikan kondisi fisik jembatan itu. Apalagi, jembatan yang ambruk tersebut memiliki nilai sejarah.

“Jadi pemerintah jangan lepas tangan,” katanya kepada Sumut Pos, Minggu (3/6).
Menurutnya, pemerintah harus membangun kembali jembatan tersebut secara detail dengan segera karena jembatan tersebut merupakan jalur alternatif warga yang ingin menuju ke Jalan Deli Tua atau Jalan A H Nasution.

“Bagi warga di sana, jembatan itu sangat penting karena merupakan  jalur alternatif jadi harus segera dilakukan pembangunan. Tapi, pembangunannya harus memperhatikan tonase yang melintas di atas jembatan itu sebelumnya berapa besar,” ucapnya.

Selama ini, lanjut dia, jembatan tersebut hanya bisa dilalui kendaraan roda dua dan tiga. Kalau pemerintah berencana menambah kendaraan roda empat bisa melalui jembatan tersebut, tonasenya juga harus diperhatikan.  “Jangan diperuntukan bagi roda dua dan tiga saja, kalau itu sudah jelas DPRD Medan tidak setuju,” ujarnya.

Sedangkan terhadap korban, Pemko Medan harus memberikan bantuan sebagai bentuk tanggung jawab karena musibah tersebut terjadi akibat kelalaian Dinas Bina Marga yang mengakibatkan korban jiwa. “Ke depan, pembenahan terhadap seluruh jembatan harus dilakukan dengan intens. Jangan sampai tunggu korban selanjutnya karena hal tersebut merupakan tanggung jawab Pemko Medan, dalam hal ini Dinas Bina Marga,” jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Medan Syaiful Bahri menjelaskan tindakan dari instansi terkaitnya yaitu Dinas Bina Marga sedang mempersiapkan proses pembangunan jembatan itu kembali. Sedangkan untuk prosesnya akan dilakukan bertahap karena pembenahan tidak bisa sekaligus.

“Sekarang sedang dipersiapkan proses pembenahan karena oleh Dinas Bina Marga,  kami tidak mau timbul efek lebih besar lagi,” katanya.

Namun, tambahnya, dia memastikan pembangunan akan segera dilakukan mengingat jembatan tersebut sangat dibutuhkan penduduk sekitar atau masyarakat lain yang akan melintas menuju ke daerah lain. “Pembangunan akan diusahakan lebih cepat untuk kepentingan umum,” cetusnya.

Ketika ditanyakan seperti apa pembangunan jembatan itu nantinya, dia hanya mengatakan akan dilakukan pengkajian lebih dalam lagi. Begitu juga untuk anggarannya, dia mengarahkan untuk langsung menanyakan ke Dinas terkait, dalam hal ini Dinas Bina Marga Kota Medan.

“Kami lakukan pengkajian terlebih dahulu. Tidak bisa langsung lakukan pembenahan apalagi menyeluruh. Yang jelas, jembatan itu akan kita bangun kembali dan bisa dilewati oleh sepeda motor dan becak bermotor (Betor) demi kepentingan umum. Kalau berbicara anggarannya, langsung saja ke dinasnya,” ujarnya. (adl/ari)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/