28 C
Medan
Thursday, July 4, 2024

Inti Agama adalah Kasih Sayang, Rahmat bagi Seluruh Alam

Diskusi Keagamaan Majelis Pakar KAHMI Sumut dengan MUI Medan

MEDAN-Agama Islam datang membawa ajaran persatuan di atas segalanya, bahkan dalam membangun hubungan bernegara umatnya disuruh bersatu.

“Jadi tidak boleh memperuncing perbedaan-perbedaan,” kata Dr. H. Daud Rasyid, MA sebagai narasumber usai acara bedah hadis yang dilaksanakan Majelis Pakar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sumut dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan di Raz Plaza Jalan Dr Mansyur Medan, Sabtu (2/6).

Kegiatan dihadiri Letkol Iswan Batubara, Kolonel Samuel Petrus dari Kodam I/BB, H. Awaluddin Thayeb Sekretaris Majelis Pakar KAHMI, KH Zulfikar Hajar, Dr Zuhri dari MUI Medan, Azwir dari Hisbutahir Sumut, mahasiswa program doktor pascasarjana IAIN Sumut dan pimpinan ormas Islam.

Menurut Daud Rasyid, bagi perbedaan yang ada harus diperkecil ruang lingkupnya dan tidak membuka peluang terjadinya sebuah konflik.

“Karena konflik itu menghasilkan kerugian yang tak ada ujungnya. Jadi, bagi kaum muslimin perbedaan-perbedaan yang ada itu tidak boleh dipahami sebagai perpecahan,” katanya.

Umat Islam lanjutnya, harus berpegang kembali kepada sumber-sumber agamanya yaitu Alquran dan sunah nabi. Apabila mereka berpegang kepada dua sumber ini, kehidupan beragama mereka akan aman dan selamat.

Begitu juga kiprah mereka dalam membangun bangsa dan hubungan dengan umat-umat lain akan serasi dan indah karena ajaran Islam berdasarkan Alquran dan sunah merupakan rahmat bagi seluruh alam. “Bukan saja kepada manusia tapi kepada seluruh alam,” jelasnya.

Jadi, lanjutnya, suatu hal yang hebat dan luar biasa, sebuah agama yang turun dari Allah SWT melalui nabinya dengan kitab sucinya, intinya adalah ajaran membawa kasih sayang, rahmat bagi seluruh alam.

Menganai faham liberalisme yang ada di barat, kata Daud, kultur sosial, latar belakang masyarakat barangkali menuntut adanya faham liberalisme itu yang berdasarkan tiga pilar yakni kebebasan, individualisme dan rasionalisme.

“Kita di dalam Islam kebebasan itu sudah ada rumusnya kemudian individualisme itu ada batas-batasnya, begitu juga dengan rasionalisme itu terhormat di Islam tanpa harus mencontoh apa yang ada di barat,” jelas Daud.

Ketika faham liberalisme ini dicontoh apa adanya, papar Daud lagi, di barat dan dipraktikkan di Indonesia, maka itu akan menimbulkan konflik, karena itu memang tidak akan pernah serasi dengan semangat hidup kaum muslimin.

“Jadi para penganut faham liberal ini harus mau berlapang dada mau kembali ke jalan yang benar untuk kembali memilah-milah mana yang boleh diambil dari barat dan mana yang tidak boleh,” terangnya.

Ketua Majelis Pakar Kahmi Sumut Drs H Sofyan Raz, Ak MM mengatakan, pertemuan ini sangat luar biasa karena reaksi dari para peserta yang tokoh-tokoh agama cukup positif.
“Mereka di sini bisa bersatu dalam damai, tertib dan kalau bisa kegiatan seperti ini akan terus dilaksanakan karena mendapat sambutan cukup luar biasa,” katanya. (azw)

Diskusi Keagamaan Majelis Pakar KAHMI Sumut dengan MUI Medan

MEDAN-Agama Islam datang membawa ajaran persatuan di atas segalanya, bahkan dalam membangun hubungan bernegara umatnya disuruh bersatu.

“Jadi tidak boleh memperuncing perbedaan-perbedaan,” kata Dr. H. Daud Rasyid, MA sebagai narasumber usai acara bedah hadis yang dilaksanakan Majelis Pakar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Sumut dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan di Raz Plaza Jalan Dr Mansyur Medan, Sabtu (2/6).

Kegiatan dihadiri Letkol Iswan Batubara, Kolonel Samuel Petrus dari Kodam I/BB, H. Awaluddin Thayeb Sekretaris Majelis Pakar KAHMI, KH Zulfikar Hajar, Dr Zuhri dari MUI Medan, Azwir dari Hisbutahir Sumut, mahasiswa program doktor pascasarjana IAIN Sumut dan pimpinan ormas Islam.

Menurut Daud Rasyid, bagi perbedaan yang ada harus diperkecil ruang lingkupnya dan tidak membuka peluang terjadinya sebuah konflik.

“Karena konflik itu menghasilkan kerugian yang tak ada ujungnya. Jadi, bagi kaum muslimin perbedaan-perbedaan yang ada itu tidak boleh dipahami sebagai perpecahan,” katanya.

Umat Islam lanjutnya, harus berpegang kembali kepada sumber-sumber agamanya yaitu Alquran dan sunah nabi. Apabila mereka berpegang kepada dua sumber ini, kehidupan beragama mereka akan aman dan selamat.

Begitu juga kiprah mereka dalam membangun bangsa dan hubungan dengan umat-umat lain akan serasi dan indah karena ajaran Islam berdasarkan Alquran dan sunah merupakan rahmat bagi seluruh alam. “Bukan saja kepada manusia tapi kepada seluruh alam,” jelasnya.

Jadi, lanjutnya, suatu hal yang hebat dan luar biasa, sebuah agama yang turun dari Allah SWT melalui nabinya dengan kitab sucinya, intinya adalah ajaran membawa kasih sayang, rahmat bagi seluruh alam.

Menganai faham liberalisme yang ada di barat, kata Daud, kultur sosial, latar belakang masyarakat barangkali menuntut adanya faham liberalisme itu yang berdasarkan tiga pilar yakni kebebasan, individualisme dan rasionalisme.

“Kita di dalam Islam kebebasan itu sudah ada rumusnya kemudian individualisme itu ada batas-batasnya, begitu juga dengan rasionalisme itu terhormat di Islam tanpa harus mencontoh apa yang ada di barat,” jelas Daud.

Ketika faham liberalisme ini dicontoh apa adanya, papar Daud lagi, di barat dan dipraktikkan di Indonesia, maka itu akan menimbulkan konflik, karena itu memang tidak akan pernah serasi dengan semangat hidup kaum muslimin.

“Jadi para penganut faham liberal ini harus mau berlapang dada mau kembali ke jalan yang benar untuk kembali memilah-milah mana yang boleh diambil dari barat dan mana yang tidak boleh,” terangnya.

Ketua Majelis Pakar Kahmi Sumut Drs H Sofyan Raz, Ak MM mengatakan, pertemuan ini sangat luar biasa karena reaksi dari para peserta yang tokoh-tokoh agama cukup positif.
“Mereka di sini bisa bersatu dalam damai, tertib dan kalau bisa kegiatan seperti ini akan terus dilaksanakan karena mendapat sambutan cukup luar biasa,” katanya. (azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/