26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Stop Reklamasi BICT Pelabuhan

Foto: FACHRUL ROZI/SUMUT POS
Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan didampingi Dirut Pelindo I, berkunjung ke pelabuhan BICT, Jumat (13/1). Reklamasi pantai yang dilakukan PT Pelindo I Belawan, diprotes nelayan.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO Penimbunan di alur laut untuk penambahan dermaga BICT Pelabuhan Belawan dengan cara Reklamasi Pantai, berdampak pada kehidupan nelayan. Sebab alur laut kini tak bisa dilalui kapal nelayan.

Merasa dizalimi, para nelayan menuntut perusahaan berplat merah tersebut menghentikan semua aktivitas di lokasi reklamasi.

Kehidupan nelayan kini dipersulit dengan kehadiran reklamasi yang dilakoni PT. Pelindo I Belawan. Sosialiasi yang dilakukan PT. Pelindo I Belawan dianggap hanya untuk mengelabui para nelayan. Dalam ketentuannya, kapal kapal nelayan diperintahkan untuk menjauhi lokasi reklamasi hingga bermil-mil laut.

Para nelayan pun mengikuti permintaan tersebut. Kenyataannya, alur laut yang dijanjikan bisa dilalui kapal kapal nelayan telah melenceng dari kesepakatan.

“Gak bisa lewat jalur yang dijanjikan bang, terlalu dangkal bang, kapal kami kandas,” ungkap salah seorang nelayan, Senin (3/7) siang di Belawan.

Untuk tetap dapat melaut, para nelayan memaksakan kapal mereka melalui alur laut yang dangkal tersebut. Akibatnya, kapal kapal tersebut kandas dan harus bermukim diperairan dangkal selama berhari-hari.

Mirisnya lagi, selain kapal tersangkut, alat tangkap dan bahkan kapal nelayan tertabrak kapal keruk hingga karam. Hal tersebut terjadi diduga karena tidak adanya pengawasan saat pekerjaan dilakukan.

“Inilah yang kami belum tau. Masalah ini timbul karena kurangnya pengawasan atau memang disengaja,” ungkap nelayan yang mengaku bermarga Sirait.

Atas alasan itulah para nelayan mengadu kepada Dirjen Perhubungan Laut Kementrian Perhubungan. Belakangan dilakukan pertemuan antara pihak nelayan yang diwakili Assosiasi Pelaku Usaha Perikanaan Hasil Tangkap (APUPSU).

Dalam pertemuan yang dilakukan beberapa waktu lalu di Syahbandar Belawan. Hasilnya, pihak Navigasi dan PT. Pelindo mengakui adanya pendangkalan alur laut kapal perikanan yang baru.

Untuk itu, diminta kepada PT. Pelindo untuk segera melakukan perawatan ulang alur perikanan sampai layak untuk di lewati kapal ikan.

Pihak PT. Pelindo pun menempatkan petugas untuk menjaga lokasi karena alur sempit agar kapal ikan tidak salah mengambil alur.

“PT. Pelindo sudah berjanji dalam sosialisasi, Alur baru sudah siap untuk di lewati kapal kapal ikan yang keluar masuk Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, tapi kenyataannya alur yang ditentukan tidak dapat dilalui karena sangat dangkal dan tentu saja membuat kapal ikan kandas berhari hari dilokasi tersebut.

Ketika dilakukan survey ke lokasi tersebut, kami melihat bahwa kapal pengerukan pasir sudah  beroperasi sedangkan alur yang dijanjikan belum dapat di lalui kapal,” ungkap Zulfahri Siagian. SE, ketua Apupsu di Belawan.

Foto: FACHRUL ROZI/SUMUT POS
Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan didampingi Dirut Pelindo I, berkunjung ke pelabuhan BICT, Jumat (13/1). Reklamasi pantai yang dilakukan PT Pelindo I Belawan, diprotes nelayan.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO Penimbunan di alur laut untuk penambahan dermaga BICT Pelabuhan Belawan dengan cara Reklamasi Pantai, berdampak pada kehidupan nelayan. Sebab alur laut kini tak bisa dilalui kapal nelayan.

Merasa dizalimi, para nelayan menuntut perusahaan berplat merah tersebut menghentikan semua aktivitas di lokasi reklamasi.

Kehidupan nelayan kini dipersulit dengan kehadiran reklamasi yang dilakoni PT. Pelindo I Belawan. Sosialiasi yang dilakukan PT. Pelindo I Belawan dianggap hanya untuk mengelabui para nelayan. Dalam ketentuannya, kapal kapal nelayan diperintahkan untuk menjauhi lokasi reklamasi hingga bermil-mil laut.

Para nelayan pun mengikuti permintaan tersebut. Kenyataannya, alur laut yang dijanjikan bisa dilalui kapal kapal nelayan telah melenceng dari kesepakatan.

“Gak bisa lewat jalur yang dijanjikan bang, terlalu dangkal bang, kapal kami kandas,” ungkap salah seorang nelayan, Senin (3/7) siang di Belawan.

Untuk tetap dapat melaut, para nelayan memaksakan kapal mereka melalui alur laut yang dangkal tersebut. Akibatnya, kapal kapal tersebut kandas dan harus bermukim diperairan dangkal selama berhari-hari.

Mirisnya lagi, selain kapal tersangkut, alat tangkap dan bahkan kapal nelayan tertabrak kapal keruk hingga karam. Hal tersebut terjadi diduga karena tidak adanya pengawasan saat pekerjaan dilakukan.

“Inilah yang kami belum tau. Masalah ini timbul karena kurangnya pengawasan atau memang disengaja,” ungkap nelayan yang mengaku bermarga Sirait.

Atas alasan itulah para nelayan mengadu kepada Dirjen Perhubungan Laut Kementrian Perhubungan. Belakangan dilakukan pertemuan antara pihak nelayan yang diwakili Assosiasi Pelaku Usaha Perikanaan Hasil Tangkap (APUPSU).

Dalam pertemuan yang dilakukan beberapa waktu lalu di Syahbandar Belawan. Hasilnya, pihak Navigasi dan PT. Pelindo mengakui adanya pendangkalan alur laut kapal perikanan yang baru.

Untuk itu, diminta kepada PT. Pelindo untuk segera melakukan perawatan ulang alur perikanan sampai layak untuk di lewati kapal ikan.

Pihak PT. Pelindo pun menempatkan petugas untuk menjaga lokasi karena alur sempit agar kapal ikan tidak salah mengambil alur.

“PT. Pelindo sudah berjanji dalam sosialisasi, Alur baru sudah siap untuk di lewati kapal kapal ikan yang keluar masuk Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, tapi kenyataannya alur yang ditentukan tidak dapat dilalui karena sangat dangkal dan tentu saja membuat kapal ikan kandas berhari hari dilokasi tersebut.

Ketika dilakukan survey ke lokasi tersebut, kami melihat bahwa kapal pengerukan pasir sudah  beroperasi sedangkan alur yang dijanjikan belum dapat di lalui kapal,” ungkap Zulfahri Siagian. SE, ketua Apupsu di Belawan.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/