30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

BD dan Orang Dalam Kerja Sama Kok!

Menelusuri Lokasi Hiburan Malam di Medan, Elegan (2)

Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 WIB. Saya bersama kolega CS masih larut dalam obrolan santai. Sedangkan empat butir ‘pil setan’ alias ekstasi yang dipesan dari ‘orang dalam’ Elegan, masih terbungkus di dalam tisu dan sengaja diletakkan begitu saja di atas meja.

Minuman air mineral kemasan botol kecil di atas meja langsung saya teguk. Rasa lega pun mengalir di kerongkongan. Dahaga lepas. Waktu kian beranjak larut, membuat udara di dalam ruangan KTV kami semakin dingin. Ditambah lagi hembusan AC-nya terlalu kencang.

Kolega kembali membuka cerita kepada saya. Kata dia, penikmat dugem di Elegan tak hanya warga sipil saja, tapi juga aparat hukum, bahkan yang berpangkat tinggi. “Aparat hukum banyak kok yang masuk ke Elegan, mereka juga pesan ‘vitamin’. Kalau kamu mau bukti, nanti saya tunjukkan siapa-siapa yang sering pesan KTV di Elegan ini. Tenanglah, pokoknya saya bantu investigasi kamu,” ujar kolega meyakinkan saya.

Masih kata kolega saya, bukan hanya aparat hukum saja yang ia hafal sering pesan KTV dan ‘vitamin’ di Elegan, tapi juga BD (bandar) yang bermain dengan orang dalam Elegan. “BD dan orang dalam Elegan kerja sama kok. Tak mungkinlah BD bisa masuk tanpa izin atau tanpa kerja sama dengan orang dalam atau manajemen sini. Mereka bagi fee keuntungan,” ujar kolega kepada saya.

Tentu saja, kata kolega, orang dalam yang bekerja sama dengan BD jabatannya bukan kroco alias sekelas pelayan. “Si orang dalam inilah yang menyervis oknum aparat hukum yang pesan ‘vitamin’ dan kasih KTV diskon atau gratis. Kuncinya, ada di tangan si orang dalam ini,” kata kolega kepada saya.

Saya pun langsung penasaran dengan ‘si orang dalam’ Elegan yang disebut-sebut kolega. Sambil mendesak dengan penasaran, saya terus bertanya, siapa si orang dalam Elegan yang dimaksud. “Siapa nama orang dalam yang bos bilang? Inisial nama bolehlah,” tanya saya sedikit membujuk kepada kolega.
“Santailah kau. Pelan-pelan kukasih tahu. Yang jelas dia orang dari etnis tertentu,” bilang kolega sambil tersenyum.

Saya pun menurut, tak lagi mendesak kolega. Malam itu kami benar-benar santai. Kolega juga tak mau menyia-nyiakan waktu, ia bergegas memencet bel memanggil operator untuk dipasangkan musik karaoke. Sedangkan suara musik dugem kian menggema di tiap-tiap pintu VIP room Elegan di lantai tiga yang berada sederetan dengan ruangan KTV kami. Lagu pembuka berjudul ‘Selamat Tinggal’ dari Five Minute dinyanyikan penuh semangat oleh kolega saya. Tiga teman kolega tampak ikut menggoyang-goyangkan tubuhnya mengikuti irama.

Sedangkan empat butir pil setan tadi belum juga bergeser dari atas meja. Jujur, saya sedikit cemas dan takut dengan keberadaan pil setan itu di atas meja itu. Rasa cemas itu tak mampu saya tahan. “Bos, barang ini (ekstasi,Red) dibiarin gini aja?” tanya saya penuh cemas.

Kolega langsung mengerti arti maksud pertanyaan saya. “Kenapa? Takut ya dengan BB (barang bukti) di atas meja itu? Jangan takut, tak ada razia kok. Kalaupun ada razia, pasti sudah bocor. Santai sajalah kau. Ayo pesan lagu, nyanyi kita. Atau mau kau coba pil itu, biar kukasihkan,” kata kolega kepada saya sambil tertawa.

“Ada-ada saja bos ini, bah!” tolak saya.

Kami pun lalu menikmati beberapa alunan lagu yang dibawakan teman-teman kolega saya. Sambil menikmati musik, sesekali kami melanjutkan obrolan. Menurut cerita kolega, ada beragam merek pil ekstasi yang dijual di Elegan. Mulai dari merek Banteng, Wallet, Pink Love, Batman dan merek lainnya. Masing-masing merek punya kedahsyatan yang berbeda. Misalnya saja, merek Banteng, bila dikonsumsi akan bertahan lama ‘tinggi’ dan pembawaannya ingin disko terus tanpa henti sebelum drop (habis efeknya).

Kalau merek Pink Love, kata kolega, pembawaannya serasa ringan dan ingin terbang, kepala terasa begitu ringan dan ingin geleng-geleng terus mengikuti irama musik. Sedangkan merek Batman, bawaannya seperti gempa bumi.  “Makanya, pengunjung Elegan yang mau beli obat, biasanya nanya dulu apa merek barangnya. Karena masing-masing selera berbeda. Ada yang tak suka Banteng, ada juga yang suka. Tergantung seleralah,” kata kolega diiringi tawa rekan-rekannya yang mendengar obrolan kami.

Striptease Juga Ada

Masih kata kolega, setiap merek pil ekstasi yang dikeluar, selalu sama didagangkan di lokasi-lokasi hiburan malam lainnya. Misalnya, ketika pil ekstasi merek Banteng dijual di Elegan, maka merek yang sama juga dijual di beberapa tempat hiburan malam. “Ya, seperti musim buah. Bulan ini musim buah durian, maka pedagangnya pasti juga jual durian. Bulan depan musim rambutan, pedagangnya juga jual rambutan. Mungkin saja di Medan sekarang sudah banyak home industry extacy, jadi produksinya sama, ha ha ha…,” tawa kolega.

Kolega mengaku kalau Elegan banyak dikunjungi karena beberapa alasan tadi: obatnya mantap, musiknya oke, dan satu lagi; wanitanya boleh pesan. Bahkan, bagi pengunjung yang ingin menikmati tari striptease (tarian telanjang), Elegan pun menyediakannya. “Pengunjung bisa juga pesan wanita tari telanjang. Pokoknya mantaplah. Kau mau lihatnya? Tapi jangan malam ini ya. Saya kabari kau nanti, kita lihat tarian telanjang,” kata kolega.

Saya mengangguk setuju. Waktupun terus berlalu. Jam mulai menunjukkan pukul 02.00 WIB. Tak terasa perut pun terasa lapar. Saya lalu pamit permisi pulang kepada kolega. Dan sepakat untuk bertemu selanjutnya. Pertemuan selanjutnya untuk menonton tarian telanjang di Elegan!

“Bos, saya pamit pulang ya. Makasih banyak ya bos,” ujar saya sambil beranjak pergi. Lalu, bergegas menuju parkiran Elegan untuk tancap gas pulang. (bersambung)

Berita sebelumnya: Cuma Merek ‘Mercy’ yang Ada Bang….

Menelusuri Lokasi Hiburan Malam di Medan, Elegan (2)

Waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 WIB. Saya bersama kolega CS masih larut dalam obrolan santai. Sedangkan empat butir ‘pil setan’ alias ekstasi yang dipesan dari ‘orang dalam’ Elegan, masih terbungkus di dalam tisu dan sengaja diletakkan begitu saja di atas meja.

Minuman air mineral kemasan botol kecil di atas meja langsung saya teguk. Rasa lega pun mengalir di kerongkongan. Dahaga lepas. Waktu kian beranjak larut, membuat udara di dalam ruangan KTV kami semakin dingin. Ditambah lagi hembusan AC-nya terlalu kencang.

Kolega kembali membuka cerita kepada saya. Kata dia, penikmat dugem di Elegan tak hanya warga sipil saja, tapi juga aparat hukum, bahkan yang berpangkat tinggi. “Aparat hukum banyak kok yang masuk ke Elegan, mereka juga pesan ‘vitamin’. Kalau kamu mau bukti, nanti saya tunjukkan siapa-siapa yang sering pesan KTV di Elegan ini. Tenanglah, pokoknya saya bantu investigasi kamu,” ujar kolega meyakinkan saya.

Masih kata kolega saya, bukan hanya aparat hukum saja yang ia hafal sering pesan KTV dan ‘vitamin’ di Elegan, tapi juga BD (bandar) yang bermain dengan orang dalam Elegan. “BD dan orang dalam Elegan kerja sama kok. Tak mungkinlah BD bisa masuk tanpa izin atau tanpa kerja sama dengan orang dalam atau manajemen sini. Mereka bagi fee keuntungan,” ujar kolega kepada saya.

Tentu saja, kata kolega, orang dalam yang bekerja sama dengan BD jabatannya bukan kroco alias sekelas pelayan. “Si orang dalam inilah yang menyervis oknum aparat hukum yang pesan ‘vitamin’ dan kasih KTV diskon atau gratis. Kuncinya, ada di tangan si orang dalam ini,” kata kolega kepada saya.

Saya pun langsung penasaran dengan ‘si orang dalam’ Elegan yang disebut-sebut kolega. Sambil mendesak dengan penasaran, saya terus bertanya, siapa si orang dalam Elegan yang dimaksud. “Siapa nama orang dalam yang bos bilang? Inisial nama bolehlah,” tanya saya sedikit membujuk kepada kolega.
“Santailah kau. Pelan-pelan kukasih tahu. Yang jelas dia orang dari etnis tertentu,” bilang kolega sambil tersenyum.

Saya pun menurut, tak lagi mendesak kolega. Malam itu kami benar-benar santai. Kolega juga tak mau menyia-nyiakan waktu, ia bergegas memencet bel memanggil operator untuk dipasangkan musik karaoke. Sedangkan suara musik dugem kian menggema di tiap-tiap pintu VIP room Elegan di lantai tiga yang berada sederetan dengan ruangan KTV kami. Lagu pembuka berjudul ‘Selamat Tinggal’ dari Five Minute dinyanyikan penuh semangat oleh kolega saya. Tiga teman kolega tampak ikut menggoyang-goyangkan tubuhnya mengikuti irama.

Sedangkan empat butir pil setan tadi belum juga bergeser dari atas meja. Jujur, saya sedikit cemas dan takut dengan keberadaan pil setan itu di atas meja itu. Rasa cemas itu tak mampu saya tahan. “Bos, barang ini (ekstasi,Red) dibiarin gini aja?” tanya saya penuh cemas.

Kolega langsung mengerti arti maksud pertanyaan saya. “Kenapa? Takut ya dengan BB (barang bukti) di atas meja itu? Jangan takut, tak ada razia kok. Kalaupun ada razia, pasti sudah bocor. Santai sajalah kau. Ayo pesan lagu, nyanyi kita. Atau mau kau coba pil itu, biar kukasihkan,” kata kolega kepada saya sambil tertawa.

“Ada-ada saja bos ini, bah!” tolak saya.

Kami pun lalu menikmati beberapa alunan lagu yang dibawakan teman-teman kolega saya. Sambil menikmati musik, sesekali kami melanjutkan obrolan. Menurut cerita kolega, ada beragam merek pil ekstasi yang dijual di Elegan. Mulai dari merek Banteng, Wallet, Pink Love, Batman dan merek lainnya. Masing-masing merek punya kedahsyatan yang berbeda. Misalnya saja, merek Banteng, bila dikonsumsi akan bertahan lama ‘tinggi’ dan pembawaannya ingin disko terus tanpa henti sebelum drop (habis efeknya).

Kalau merek Pink Love, kata kolega, pembawaannya serasa ringan dan ingin terbang, kepala terasa begitu ringan dan ingin geleng-geleng terus mengikuti irama musik. Sedangkan merek Batman, bawaannya seperti gempa bumi.  “Makanya, pengunjung Elegan yang mau beli obat, biasanya nanya dulu apa merek barangnya. Karena masing-masing selera berbeda. Ada yang tak suka Banteng, ada juga yang suka. Tergantung seleralah,” kata kolega diiringi tawa rekan-rekannya yang mendengar obrolan kami.

Striptease Juga Ada

Masih kata kolega, setiap merek pil ekstasi yang dikeluar, selalu sama didagangkan di lokasi-lokasi hiburan malam lainnya. Misalnya, ketika pil ekstasi merek Banteng dijual di Elegan, maka merek yang sama juga dijual di beberapa tempat hiburan malam. “Ya, seperti musim buah. Bulan ini musim buah durian, maka pedagangnya pasti juga jual durian. Bulan depan musim rambutan, pedagangnya juga jual rambutan. Mungkin saja di Medan sekarang sudah banyak home industry extacy, jadi produksinya sama, ha ha ha…,” tawa kolega.

Kolega mengaku kalau Elegan banyak dikunjungi karena beberapa alasan tadi: obatnya mantap, musiknya oke, dan satu lagi; wanitanya boleh pesan. Bahkan, bagi pengunjung yang ingin menikmati tari striptease (tarian telanjang), Elegan pun menyediakannya. “Pengunjung bisa juga pesan wanita tari telanjang. Pokoknya mantaplah. Kau mau lihatnya? Tapi jangan malam ini ya. Saya kabari kau nanti, kita lihat tarian telanjang,” kata kolega.

Saya mengangguk setuju. Waktupun terus berlalu. Jam mulai menunjukkan pukul 02.00 WIB. Tak terasa perut pun terasa lapar. Saya lalu pamit permisi pulang kepada kolega. Dan sepakat untuk bertemu selanjutnya. Pertemuan selanjutnya untuk menonton tarian telanjang di Elegan!

“Bos, saya pamit pulang ya. Makasih banyak ya bos,” ujar saya sambil beranjak pergi. Lalu, bergegas menuju parkiran Elegan untuk tancap gas pulang. (bersambung)

Berita sebelumnya: Cuma Merek ‘Mercy’ yang Ada Bang….

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/