28 C
Medan
Friday, January 31, 2025

Negara Ini Tidak Layak Miskin

Optimisme terhadap produk herbal juga disebabkan makin tertariknya orang asing untuk mengimpor ke negara masing-masing. Ketertarikan global agar kembali ke produk nonkimia diyakini membuat konsumsi herba bisa menjadi lifestyle dalam sepuluh tahun ke depan.

”Seperti kopi, pada 1950-an yang minum orang-orang tua. Sekarang sudah bergeser ke anak muda. Kalau enggak minum kopi, enggak keren,” katanya.

Industri herbal di Indonesia punya posisi yang bagus karena pemerintah sudah memiliki regulasi soal itu. Kini tinggal melihat aplikasi di lapangan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). ”Yang menentukan itu BPOM. Apakah bisa bekerja secara ketat supaya produk herbal Indonesia makin dipercaya,” terangnya.

Produk herbal juga bisa menjadi salah satu pintu agar Indonesia tidak lagi mengandalkan bahan mentah saja. Hasil bumi, termasuk buah-buahan, bisa diolah sebelum dikirim ke luar negeri. Dengan begitu, Indonesia bisa menjadi juara dan tak lagi lemah di sisi komoditas ekspor.

Namun, sebelum lebih jauh berbicara soal ekspor, pasar dalam negeri harus dikuatkan. ”Logikanya, kalau di negeri sendiri jadi masterpiece, akan ke mana-mana. Seperti jamu, bukan komoditas. Jadi, perlu pembuktian dalam negeri,” jelasnya.

Nah, untuk menumbuhkan pasar dalam negeri, ekonomi masyarakat perlu diperkuat. Apalagi, pada pertengahan 2015, perekonomian Indonesia sempat babak belur dan melambat. Bapak tiga anak itu yakin betul bahwa pemerintah bisa memperbaiki kondisi tersebut. Apalagi, ada bukti bahwa pemerintah terus membangun.

”Saya melihat, pemerintah sedang membangun fondasi. Seperti membangun gedung apartemen. Kalau tiga tahun proses, selama satu tahunnya basement,” urainya. Irwan mengatakan, kondisi ekonomi awal tahun ini masih cukup sulit. Namun, dia yakin betul, pada semester kedua 2016 akan terjadi perubahan dan cerahnya masa depan negeri ini mulai terlihat.

”Saya bukan ekonom. Tapi, saya yakin dari sudut itu karena sekarang semua dieksekusi, bukan lagi hanya wacana,” tambahnya. Selain urusan fondasi, penghobi tenis itu menyebut beberapa infrastruktur perlu digenjot lagi. Terutama jalan, listrik, serta transportasi melalui pelabuhan dan udara.

Lantas, dia menyarankan beberapa aturan dipermudah supaya pengusaha bisa lebih tumbuh. Dia lantas mencontohkan aturan perpajakan yang seharusnya bisa dipermudah. Misalnya, pengurusan dibuat online sampai penghitungan pajak digampangkan. Jadi, langsung dibuat satu hitungan.

Tidak seperti sekarang, proses beli bahan baku kena pajak. Setelah diproduksi dan dijual, produk kena pajak lagi. Kalau mau ekspor, juga dikenakan pajak lagi. Begitu juga urusan jual-beli tanah untuk usaha dan proses perizinan setelahnya, perlu dipermudah. ”Dibuat yang lebih gampang saja,” tuturnya. (dim/c11/sof/jpg/ril)

Optimisme terhadap produk herbal juga disebabkan makin tertariknya orang asing untuk mengimpor ke negara masing-masing. Ketertarikan global agar kembali ke produk nonkimia diyakini membuat konsumsi herba bisa menjadi lifestyle dalam sepuluh tahun ke depan.

”Seperti kopi, pada 1950-an yang minum orang-orang tua. Sekarang sudah bergeser ke anak muda. Kalau enggak minum kopi, enggak keren,” katanya.

Industri herbal di Indonesia punya posisi yang bagus karena pemerintah sudah memiliki regulasi soal itu. Kini tinggal melihat aplikasi di lapangan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). ”Yang menentukan itu BPOM. Apakah bisa bekerja secara ketat supaya produk herbal Indonesia makin dipercaya,” terangnya.

Produk herbal juga bisa menjadi salah satu pintu agar Indonesia tidak lagi mengandalkan bahan mentah saja. Hasil bumi, termasuk buah-buahan, bisa diolah sebelum dikirim ke luar negeri. Dengan begitu, Indonesia bisa menjadi juara dan tak lagi lemah di sisi komoditas ekspor.

Namun, sebelum lebih jauh berbicara soal ekspor, pasar dalam negeri harus dikuatkan. ”Logikanya, kalau di negeri sendiri jadi masterpiece, akan ke mana-mana. Seperti jamu, bukan komoditas. Jadi, perlu pembuktian dalam negeri,” jelasnya.

Nah, untuk menumbuhkan pasar dalam negeri, ekonomi masyarakat perlu diperkuat. Apalagi, pada pertengahan 2015, perekonomian Indonesia sempat babak belur dan melambat. Bapak tiga anak itu yakin betul bahwa pemerintah bisa memperbaiki kondisi tersebut. Apalagi, ada bukti bahwa pemerintah terus membangun.

”Saya melihat, pemerintah sedang membangun fondasi. Seperti membangun gedung apartemen. Kalau tiga tahun proses, selama satu tahunnya basement,” urainya. Irwan mengatakan, kondisi ekonomi awal tahun ini masih cukup sulit. Namun, dia yakin betul, pada semester kedua 2016 akan terjadi perubahan dan cerahnya masa depan negeri ini mulai terlihat.

”Saya bukan ekonom. Tapi, saya yakin dari sudut itu karena sekarang semua dieksekusi, bukan lagi hanya wacana,” tambahnya. Selain urusan fondasi, penghobi tenis itu menyebut beberapa infrastruktur perlu digenjot lagi. Terutama jalan, listrik, serta transportasi melalui pelabuhan dan udara.

Lantas, dia menyarankan beberapa aturan dipermudah supaya pengusaha bisa lebih tumbuh. Dia lantas mencontohkan aturan perpajakan yang seharusnya bisa dipermudah. Misalnya, pengurusan dibuat online sampai penghitungan pajak digampangkan. Jadi, langsung dibuat satu hitungan.

Tidak seperti sekarang, proses beli bahan baku kena pajak. Setelah diproduksi dan dijual, produk kena pajak lagi. Kalau mau ekspor, juga dikenakan pajak lagi. Begitu juga urusan jual-beli tanah untuk usaha dan proses perizinan setelahnya, perlu dipermudah. ”Dibuat yang lebih gampang saja,” tuturnya. (dim/c11/sof/jpg/ril)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/