25.9 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Polemik Gubsu ‘Jewer’ Pelatih Biliar, KMPSU : Pelatih Digaji APBD untuk Berprestasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Koalisi Mahasiswa Pemuda Sumatera Utara (KMPSU) menyoroti polemik yang muncul melibatkan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan seorang pelatih atlet sebagai bagian dari proses pembinaan yang sifatnya internal, antara pimpinan dan pegiat olahraga yang difasilitasi anggaran pemerintah daerah (APBD).

Ketua KMPSU Ahmad Rizky Hasibuan.(ist).

Ketua KMPSU Ahmad Rizky Hasibuan menilai bahwa sikap Gubernur memberikan teguran kepada pelatih biliar Coki Aritonang adalah sesuatu yang tidak perlu dijadikan polemic berkepanjangan. Sebab pada intinya, wajar saja Edy Rahmayadi menyampaikan kalimat yang sifatnya evaluasi kepada siapapun yang terlibat pada pelaksanaan PON XX (2021) Papua, dimana Sumut berada di peringkat 13.

“Saat itu kan Gubernur bicara soal bagaimana meningkatkan prestasi olahraga setelah kita melewati PON Papua, tanpa bisa masuk 10 besar. Makanya Gubernur sering menyebutkan, jumlah penduduk Sumut banyak, empat besar. Harusnya kita bisa punya banyak potensi atlet yang bagus dan prestasi yang luar biasa. Pelatih juga kan digaji dari APBD untuk mengukir prestasi olahraga kita,” kata Rizky, Rabu (5/1).

Selanjutnya menurut Rizky Hasibuan, apa yang disampaikan dan yang terjadi saat itu lebih bersifat internal, koordinatif antar Gubernur dengan penyelenggara olahraga, termasuk pelatih yang bertanggung bertanggungjawab melatih atlet. Sehingga pernyataan Edy Rahmayadi yang menyebutkan kata ‘jewer sayang’ (tanda sayang), masih masuk akal.

“Saya kira jika ada perkumpulan antara pelatih dan para atlet, evaluasi dengan cara menegur hingga peringatan fisik itu biasa saja. Tujuannya kan agar atlet bisa lebih serius dan memacu semangat agar berlatih lebih keras lagi. Intinya untuk menggenjot prestasi kan. Sama halnya dengan pelatih, mungkin Gubernur merasa perlu memberikan motivasi,” katanya.

“Setahu saya, pelatih juga kan dibiayai APBD. Terus, yang terakhir kali, pelatih dan atlet yang berhasil menyabet mendali (di PON Papua), diberikan bonus sampai Rp11,1 Miliar waktu itu,” sebutnya lagi.

Karena itu lanjut Rizky, lebih baik polemik seperti ini tidak diperpanjang, terutama di ruang publik. Karena mengejar prestasi olahraga di masa mendatang jauh lebih penting, termasuk bagaimana menyandingkannya dengan fasilitas sarana olahraga (Sport Center) yang kini tengah dipersiapkan, dimana Sumut menjadi tuan rumah bersama Provinsi Aceh pada PON XXI/2024 mendatang.

Sebelumnya Pengamat sosial politik, Shohibul Anshor Siregar menilai pentingnya Sumatera Utara sukses dalam pelaksanaan, sukses dalam prestasi, serta sukses dalam mendatangkan investasi karena PON. Bagaiman itu harus dipersiapkan oleh Gubernur Edy bersama pihak-pihak terkait.

Sebab tugas kepala daerah, kewenangan, tanggung jawab dan kewajibannya adalah bagaimana memberikan yang terbaik bagi provinsi ini di sepanjang kepemimpinannya.

“Kalaupun ada yang membawa persoalan dinamika ini ke renah hukum, silakan. Jangan terganggu dengan itu. Irama (program pembangunan olahraga) besar ini harus jalan terus, jangan terganggu konsentrasi, tugasmu besar, tugasmu memilki sejarah,” ujar Shohibul.

Menurut Shohibul, semua pihak punya persepsi berbeda terhadap dinamika yang terjadi. Termasuk jika satu persoalan kemudian dibawa ke ranah hukum, tidak masalah.

“Tetapi saya ingin bergerak melangkah dari situ, dan tidak ingin berlama-lama. Saya ingin memberi pesan kepada Sumatera Utara untuk melihat beberapa hal yang harus kita tandai sebagai legacy (peninggalan/warisan) yang nanti terkait nama seseorang untuk dikenang oleh masyarakat di masa depan, saat jabatannya berakhir,” ujar Shohibul.(gus)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Koalisi Mahasiswa Pemuda Sumatera Utara (KMPSU) menyoroti polemik yang muncul melibatkan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan seorang pelatih atlet sebagai bagian dari proses pembinaan yang sifatnya internal, antara pimpinan dan pegiat olahraga yang difasilitasi anggaran pemerintah daerah (APBD).

Ketua KMPSU Ahmad Rizky Hasibuan.(ist).

Ketua KMPSU Ahmad Rizky Hasibuan menilai bahwa sikap Gubernur memberikan teguran kepada pelatih biliar Coki Aritonang adalah sesuatu yang tidak perlu dijadikan polemic berkepanjangan. Sebab pada intinya, wajar saja Edy Rahmayadi menyampaikan kalimat yang sifatnya evaluasi kepada siapapun yang terlibat pada pelaksanaan PON XX (2021) Papua, dimana Sumut berada di peringkat 13.

“Saat itu kan Gubernur bicara soal bagaimana meningkatkan prestasi olahraga setelah kita melewati PON Papua, tanpa bisa masuk 10 besar. Makanya Gubernur sering menyebutkan, jumlah penduduk Sumut banyak, empat besar. Harusnya kita bisa punya banyak potensi atlet yang bagus dan prestasi yang luar biasa. Pelatih juga kan digaji dari APBD untuk mengukir prestasi olahraga kita,” kata Rizky, Rabu (5/1).

Selanjutnya menurut Rizky Hasibuan, apa yang disampaikan dan yang terjadi saat itu lebih bersifat internal, koordinatif antar Gubernur dengan penyelenggara olahraga, termasuk pelatih yang bertanggung bertanggungjawab melatih atlet. Sehingga pernyataan Edy Rahmayadi yang menyebutkan kata ‘jewer sayang’ (tanda sayang), masih masuk akal.

“Saya kira jika ada perkumpulan antara pelatih dan para atlet, evaluasi dengan cara menegur hingga peringatan fisik itu biasa saja. Tujuannya kan agar atlet bisa lebih serius dan memacu semangat agar berlatih lebih keras lagi. Intinya untuk menggenjot prestasi kan. Sama halnya dengan pelatih, mungkin Gubernur merasa perlu memberikan motivasi,” katanya.

“Setahu saya, pelatih juga kan dibiayai APBD. Terus, yang terakhir kali, pelatih dan atlet yang berhasil menyabet mendali (di PON Papua), diberikan bonus sampai Rp11,1 Miliar waktu itu,” sebutnya lagi.

Karena itu lanjut Rizky, lebih baik polemik seperti ini tidak diperpanjang, terutama di ruang publik. Karena mengejar prestasi olahraga di masa mendatang jauh lebih penting, termasuk bagaimana menyandingkannya dengan fasilitas sarana olahraga (Sport Center) yang kini tengah dipersiapkan, dimana Sumut menjadi tuan rumah bersama Provinsi Aceh pada PON XXI/2024 mendatang.

Sebelumnya Pengamat sosial politik, Shohibul Anshor Siregar menilai pentingnya Sumatera Utara sukses dalam pelaksanaan, sukses dalam prestasi, serta sukses dalam mendatangkan investasi karena PON. Bagaiman itu harus dipersiapkan oleh Gubernur Edy bersama pihak-pihak terkait.

Sebab tugas kepala daerah, kewenangan, tanggung jawab dan kewajibannya adalah bagaimana memberikan yang terbaik bagi provinsi ini di sepanjang kepemimpinannya.

“Kalaupun ada yang membawa persoalan dinamika ini ke renah hukum, silakan. Jangan terganggu dengan itu. Irama (program pembangunan olahraga) besar ini harus jalan terus, jangan terganggu konsentrasi, tugasmu besar, tugasmu memilki sejarah,” ujar Shohibul.

Menurut Shohibul, semua pihak punya persepsi berbeda terhadap dinamika yang terjadi. Termasuk jika satu persoalan kemudian dibawa ke ranah hukum, tidak masalah.

“Tetapi saya ingin bergerak melangkah dari situ, dan tidak ingin berlama-lama. Saya ingin memberi pesan kepada Sumatera Utara untuk melihat beberapa hal yang harus kita tandai sebagai legacy (peninggalan/warisan) yang nanti terkait nama seseorang untuk dikenang oleh masyarakat di masa depan, saat jabatannya berakhir,” ujar Shohibul.(gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/