30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Salah Diagnosa, Tangan Kanan Berakhir Amputasi

istimewa/sumut pos
AMPUTASI: Tangan kanan Nadya Safitri yang diamputasi. Nadya merasa menjadi korban malapraktik RSU Pirngadi Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Nadya Syafitri (19), warga Jalan Setia Gang Pertama No 2 Tanjung Rejo, Medan Sunggal, tak pernah menyangka harus kehilangan tangan kanannya karena diamputasi. Wanita penarik ojek online ini diduga menjadi korban malapraktik tim medis RSU Pirngadi Medan.

Nadya yang ditemui wartawan di kediamannya, tampak terlihat tegar. Dia menyambut awak media dengan senyum ramah. Di kediamannya yang sederhana, Nadya pun menceritakan perihal nasib yang menimpanya tersebut.

“Siang, 22 Januari 2019, saya mendapat orderan mengantar makanan di Jalan Cemara. Belum sempat sampai ke tujuan, saya terjatuh dari sepeda motor karena menghindari kerikil. Pada saat saya mau bangkit, di depan ada truk dan langsung melindas tangan saya. Saya kemudian ditolong warga dilarikan ke klinik terdekat,” kata Nadya dengan mata berkaca-kaca.

Namun, lanjut Nadya, klinik yang menanganinya langsung merujuk ke RSU Pirngadi Medan. Tiba di RSU Pirngadi Medan, dirinya dirawat di ruangan Unit Gawat Darurat. Tim medis lantas merontgen tangannyan

“Hasil rontgen, tangan saya tidak patah. Tapi malah mereka tetap membungkus tangan saya pakai kayu dan diperban, “ kata Nadya.

Apalagi, kata Nadya, pelayanan RSU Pirngadi Medan yang diterimanya sangat lambat. “Jam 15.00 WIB saya masuk ke ruangan UGD, tapi baru ditangani pukul 21.00 WIB. Setelah luka di tangan saya dijahit dan dibungkus pakai perban, saya lalu disuruh pulang sekitar pukul 23.00 WIB. Padahal kondisi tangan saya kan lumayan parah,” kata Nadya.

Namun, sepekan setelah itu, lanjut Nadya, ia datang ke RSU Pirngadi Medan untuk kontrol tangannya. Sebab, luka di tangannya bukannya sembuh, tapi malah melepuh. “Saya bingung, saat saya kontrol ke RSU Pirngadi Medan, tim medis menyarankan saya untuk tidak usah kontrol dan datang lagi dengan alasan biayanya mahal karena dirinya tak menggunakan BPJS Kesehatan,” bebernya.

Atas saran keluarga, dirinya lalu melanjutkan pengobatan ke RS USU. Tim medis RS USU pun terkejut melihat kondisi tangannya yang bernanah. “Medis di RS USU sampai geleng kepala melihat luka tangan saya karena kata mereka kenapa medis RSU Pirngadi Medan menggips tangannya padahal tidak ada patah tulang, hanya luka robek,” aku Nadya.

Dari RS USU, Nadya kemudian dirujuk ke RS Putri Hijau. Tim medis di sana memutuskan dilakukan amputasi. “Saya akhirnya pasrah menerima kenyataan ini. Saya harus kehilangan tangan kanan saya,” kata Nadya dengan suara lirih.

Lantas kekecewaaan terhadap RSU Pirngadi Medan dia curahkan di media sosial hingga menjadi viral. “Sampai saat ini saya belum ada rencana menuntut RSU Pirngadi Medan. Saya hanya kecewa,” pungkasnya.

Ya, Nadya harus melewati tiga kali operasi, yang pertama yaitu operasi amputasi, kedua operasi pengangkatan kelenjar-kelenjar dan yang ketiga ia harus operasi pencangkokan kulit paha untuk kulit tangannya yang telah diamputasi tersebut.

Sementara itu, Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUD Dr. Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin saat dikonfirmasi terkait kejadian yang menimpa Nadya Syafitri mengaku belum mengetahui hal ini. “Akan kita cek medical recordnya,” ujarnya.

Terkait hal itu, Ketua komisi B DPRD Medan, Rajuddin Sagala mengatakan, pihaknya belum menerima laporan apapun terkait peristiwa itu. “Iya kita sifatnya menunggu dulu adanya laporan dari pihak Nadya, dari situ kita bisa mencermati apakah memang RSUD Pirngadi melakukan malpraktek itu,” ujar Rajuddin kepada Sumut Pos, Senin (4/3) sore.

Namun begitu, jika benar RSUD dr Pirngadi terbukti melakukan hal yang dituduhkan Nadya, Rajuddin mengatakan bahwa pihaknya tidak akan segan-segan meminta pejabat maupun tenaga medis di RSUD Pirngadi untuk dievaluasi. “Kalau terbukti, tentu kita akan evaluasi semuanya di sana. Tapi kita lihat dulu laporan si Nadya itu ya. Kita tunggu laporannya di DPRD Kota Medan,” tegasnya. (mag-1/ila)

istimewa/sumut pos
AMPUTASI: Tangan kanan Nadya Safitri yang diamputasi. Nadya merasa menjadi korban malapraktik RSU Pirngadi Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Nadya Syafitri (19), warga Jalan Setia Gang Pertama No 2 Tanjung Rejo, Medan Sunggal, tak pernah menyangka harus kehilangan tangan kanannya karena diamputasi. Wanita penarik ojek online ini diduga menjadi korban malapraktik tim medis RSU Pirngadi Medan.

Nadya yang ditemui wartawan di kediamannya, tampak terlihat tegar. Dia menyambut awak media dengan senyum ramah. Di kediamannya yang sederhana, Nadya pun menceritakan perihal nasib yang menimpanya tersebut.

“Siang, 22 Januari 2019, saya mendapat orderan mengantar makanan di Jalan Cemara. Belum sempat sampai ke tujuan, saya terjatuh dari sepeda motor karena menghindari kerikil. Pada saat saya mau bangkit, di depan ada truk dan langsung melindas tangan saya. Saya kemudian ditolong warga dilarikan ke klinik terdekat,” kata Nadya dengan mata berkaca-kaca.

Namun, lanjut Nadya, klinik yang menanganinya langsung merujuk ke RSU Pirngadi Medan. Tiba di RSU Pirngadi Medan, dirinya dirawat di ruangan Unit Gawat Darurat. Tim medis lantas merontgen tangannyan

“Hasil rontgen, tangan saya tidak patah. Tapi malah mereka tetap membungkus tangan saya pakai kayu dan diperban, “ kata Nadya.

Apalagi, kata Nadya, pelayanan RSU Pirngadi Medan yang diterimanya sangat lambat. “Jam 15.00 WIB saya masuk ke ruangan UGD, tapi baru ditangani pukul 21.00 WIB. Setelah luka di tangan saya dijahit dan dibungkus pakai perban, saya lalu disuruh pulang sekitar pukul 23.00 WIB. Padahal kondisi tangan saya kan lumayan parah,” kata Nadya.

Namun, sepekan setelah itu, lanjut Nadya, ia datang ke RSU Pirngadi Medan untuk kontrol tangannya. Sebab, luka di tangannya bukannya sembuh, tapi malah melepuh. “Saya bingung, saat saya kontrol ke RSU Pirngadi Medan, tim medis menyarankan saya untuk tidak usah kontrol dan datang lagi dengan alasan biayanya mahal karena dirinya tak menggunakan BPJS Kesehatan,” bebernya.

Atas saran keluarga, dirinya lalu melanjutkan pengobatan ke RS USU. Tim medis RS USU pun terkejut melihat kondisi tangannya yang bernanah. “Medis di RS USU sampai geleng kepala melihat luka tangan saya karena kata mereka kenapa medis RSU Pirngadi Medan menggips tangannya padahal tidak ada patah tulang, hanya luka robek,” aku Nadya.

Dari RS USU, Nadya kemudian dirujuk ke RS Putri Hijau. Tim medis di sana memutuskan dilakukan amputasi. “Saya akhirnya pasrah menerima kenyataan ini. Saya harus kehilangan tangan kanan saya,” kata Nadya dengan suara lirih.

Lantas kekecewaaan terhadap RSU Pirngadi Medan dia curahkan di media sosial hingga menjadi viral. “Sampai saat ini saya belum ada rencana menuntut RSU Pirngadi Medan. Saya hanya kecewa,” pungkasnya.

Ya, Nadya harus melewati tiga kali operasi, yang pertama yaitu operasi amputasi, kedua operasi pengangkatan kelenjar-kelenjar dan yang ketiga ia harus operasi pencangkokan kulit paha untuk kulit tangannya yang telah diamputasi tersebut.

Sementara itu, Kepala Bagian Hukum dan Humas RSUD Dr. Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin saat dikonfirmasi terkait kejadian yang menimpa Nadya Syafitri mengaku belum mengetahui hal ini. “Akan kita cek medical recordnya,” ujarnya.

Terkait hal itu, Ketua komisi B DPRD Medan, Rajuddin Sagala mengatakan, pihaknya belum menerima laporan apapun terkait peristiwa itu. “Iya kita sifatnya menunggu dulu adanya laporan dari pihak Nadya, dari situ kita bisa mencermati apakah memang RSUD Pirngadi melakukan malpraktek itu,” ujar Rajuddin kepada Sumut Pos, Senin (4/3) sore.

Namun begitu, jika benar RSUD dr Pirngadi terbukti melakukan hal yang dituduhkan Nadya, Rajuddin mengatakan bahwa pihaknya tidak akan segan-segan meminta pejabat maupun tenaga medis di RSUD Pirngadi untuk dievaluasi. “Kalau terbukti, tentu kita akan evaluasi semuanya di sana. Tapi kita lihat dulu laporan si Nadya itu ya. Kita tunggu laporannya di DPRD Kota Medan,” tegasnya. (mag-1/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/