25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Vihara CBD Ambruk

Puluhan Pekerja Jatuh dari Lantai 4

ROBOH:  Lokasi proyek pembangunan vihara di areal Komplek CBD Polonia Medan yang roboh seketika sekira pukul 13.15 WIB, Kamis (4/6).
ROBOH:
Lokasi proyek pembangunan vihara di areal Komplek CBD Polonia Medan yang roboh seketika sekira pukul 13.15 WIB, Kamis (4/6).

Medan, SUMUTPOS.CO- Rabu (24/6) mendatang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Medan baru akan sidang paripurna perubahan peruntukan tanah untuk sebuah vihara di Central Business District (CBD) Polonia. Namun, vihara yang sudah mulai berdiri tanpa surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) itu malah ambruk dan memakan korban.

Perancah bangunan lantai 4 yang tengah dicor tiba-tiba roboh seketika sekira pukul 13.15 WIB. Akibatnya, belasan pekerja yang sedang bekerja pun jatuh dan tertimpa. Sedikitnya 21 orang pekerja itu, mengalami luka serius, hingga dilarikan ke Rumah Sakit Mitra Sejati di Jalan AH Nasution Kecamatan Medan Johor dan Klinik Bersalin Dinda di Jalan Antariksa Kecamatan Medan Polonia.

Informasi yang diperoleh Sumut Pos di lapangan, seperti biasa para pekerja mengerjakan proyek pembangunan kuil yang disebut-sebut tak berizin. Setelah beristirahat dan makan siang pukul 12.00-13.00, para buruh bangunan itu melanjutkan pekerjaannya.

Namun, ketika tengah mengecor pondasi lantai 4, tiba-tiba perancahnya roboh. “Tiba-tiba aja runtuh, dari ujung ke ujung kemudian menyatu ke tengah dan roboh,” ungkap Sumantri, salah seorang pekerja proyek yang turut menjadi korban, Kamis (4/6).

Akibatnya, puluhan pekerja yang tengah mengecor jatuh ke lantai tiga. Bahkan, sejumlah pekerja yang berada di bawahnya tertimpa namun bisa diselamatkan. “Pas runtuh saya langsung pegang kepala untuk menyelamatkan. Ya setelah itu jatuh ke bawah lah,” ucap Sumantri yang mengalami terkilir di bagian kaki kirinya.

“Setelah kami merasa aman, langsung kami berusaha untuk menyelamatkan mereka yang tertimpa. Selanjutnya, mereka langsung dilarikan ke rumah sakit, “ timpal pekerja lainnya berinisial G singkat, saat diwawancarai Sumut Pos di lokasi kejadian, Kamis (4/6).

Sementara itu, beberapa orang yang tinggal di kawasan belakang komplek CBD, yaitu Jalan Perjuangan Kelurahan Sarirejo Kecamatan Medan Polonia menyebut kalau sebelum kejadian, sempat terdengar suara keras, seperti benturan dan ledakan. Setelah suara keras itu, beberapa warga sekitar itu mengaku terdengar suara gemuruh yang ternyata suara bangunan yang runtuh. Kemudian, beberapa warga sekitar itu menyebut kalau teriakan minta tolong dari para korban, seketika menggema dari gedung tersebut.

“Dulu sebelum proyek di sini dibangun, sempat juga kami dengar suara ledakan. Tapi sampai sekarang kami belum tahu suara ledakan itu apa. Tadi pun, sebelum runtuh, kami dengar suara ledakan,” ujar seorang wanita mengaku bernama Liana, saat diwawancarai di lokasi kejadian.

Lebih lanjut, wanita yang saat itu datang ke lokasi kejadian dengan mengendarai sepeda motor Honda Beat itu menyebut kalau dirinya bersama warga lainnya, juga sempat panik. Disebutnya, hal itu karena sebahagian reruntuhan, jatuh ke pekarangan rumah warga yang berada sangat dekat dari gedung yang rubuh itu. Oleh karena itu, disebutnya kalau dirinya bersama warga lainnya, juga sempat mencoba menyelamatkan diri dengan keluar dari dalam rumah.

“Sempat juga warga sini membantu mengevakuasi pekerja yang tertimbun reruntuhan itu, “ ujar wanita berambut pendek itu.

Seorang pekerja yang menjadi korban kejadian itu, Abdullah Yoga mengaku kalau sebelum kejadian dirinya mendengar suara ledakan. Disebutnya kalau suara ledakan itu, seperti suara bambu yang pecah. Belum sempat melihat sumber suara itu, disebutnya kalau lantai 3 gedung tempatnya bekerja, sudah rubuh, sehingga membuatnya tidak tahu cara menyelamatkan dirinya.

“Saya hanya diam, sembari menutup kepala saya dengan tangan. Namun, saya terpental berulang kali karena saya terkena pukulan besi yang lepas. Seperti per besi itu saat itu, “ ungkap pria berusia 56 tahun itu singkat.

Akibat hal tersebut, kakek 11 cucu itu mengaku tidak dapat menggerakan pinggangnya. Bahkan, untuk duduk saja, diakuinya dirinya sudah tidak mampu. Terlebih, disebutnya kalau tangan dan kakinya luka. Disebutnya, dirinya baru kali pertama bekerja di pembangunan gedung yang rubuh itu. Dia bekerja di gedung yang rubuh itu karena diajak oleh seorang tetangganya di Dusun I Desa Seitua Kecamatan Pantai Labu yang juga bekerja di situ.

Pantauan Sumut Pos di lokasi kejadian, terlihat kayu, besi dan beton bangunan yang rubuh itu masih menumpuk di lantai 2 gedung. Sementera sebahagian, terlihat masih menggantung. Oleh karena itu, terlihat pengerjaan pembangunan gedung itu seketika dihentikan. Termasuk alat berat yang biasanya digunakan untuk pengerjaan pembanunan gedung itu juga berhenti beroperasi.

Sekitar 1 jam dari kejadian, terlihat puluhan personel polisi dari Satuan Sabhara dan Brimob, datang ke lokasi kejadian. Bahkan, mobil Dalmas, Inafis dan SAR Korps Brimob juga disiagakan di lokasi kejadian. Begitu juga dengan Petugas Labfor Cabang Medan tampak datang ke lokasi kejadian. Tidak ketinggalan, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Medan, Kompol Aldi didampingi sejumlah anggotanya. “Intinya polisi masih mendalami insiden tersebut dan nantinya pihak-pihak terkait seperti CBD akan dipanggil guna dimintai keterangannya,” sebut Aldi.

Di rumah sakit sekitar pukul 14.30, sebanyak lima korban dirawat di Instalasi Gawat Darurat RSU Mitra Sejati, Jalan AH Nasution. Sedangkan empat orang lagi dirawat di klinik tak jauh dari Komplek CBD Polonia. Tiga dari lima korban tak sadarkan diri lantaran mengalami luka cukup parah. Ketiganya yakni Sukimin, Saiman, dan Andi Wahyudi.

Sekira pukul 15.15 WIB, empat korban yang dirawat di klinik dilarikan ke IGD RSU Mitra Sejati. Pasalnya, keempat korban mengalami luka cukup parah.

Toni, selaku pimpinan pengawas proyek mengakui terjadi insiden itu. “Kejadiannya pas lagi proses pengecoran. Mungkin, salah satu perancahnya patah sehingga ambruk dan pekerja jatuh,” aku Toni saat ditemui di lokasi.

Dikatakannya, ada sekitar 10 orang pekerja yang dirawat di rumah sakit. “Tidak ada yang meninggal dan hanya luka-luka saja. Ada sekitar 10 orang dan sudah dibawa ke rumah sakit,” katanya.

Toni menyatakan, pihaknya bakal menanggung seluruh biaya perobatan para korban hingga sembuh total dan bisa bekerja kembali seperti biasa. “Kita berkomitmen menanggung jawab atas kejadian ini. Kita pun sama sekali tidak mengharapkan peristiwa naas itu dan ini merupakan musibah,” ujarnya.

Sementara itu, Lurah Sukadamai Kecamatan Medan Polonia, Hari Agus Perdana saat ditemui di lokasi kejadian memiliki keterangan lain. “Jadi ada bangunan yang rubuh, akibatnya 27 orang pekerja terjatuh dari lantai 4 dan mengalami luka-luka. Dua di antaranya mengalami luka parah dan seluruh korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Mitra Sejati,” terangnya di lokasi kejadian, Kamis (4/6).

Sang lurah menjelaskan vihara di Komplek CBD Kecamatan Medan Polonia atas nama Yayasan Vihara Dharma Shanti Metta iru rubuh sekitar pukul 13.30 WIB. “Begitu dapat informasi, Kasi Trantib langsung saya instruksikan terjun melihat ke lokasi,” bilangnya.

Agus mengaku tidak tahu apakah vihara yang rubuh itu sudah memiliki IMB dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB). Hanya saja, dia menyebutkan permohonan IMB sudah pernah diajukan ke Dinas TRTB. “Permohonan sudah diajukan, apakah IMB sudah keluar, saya tidak tahu karena belum mendapatkan informasi lebih jauh,” tuturnya.

Lurah tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan operasional pembangunan vihara jika memang benar belum memiliki IMB.  Meski begitu, dirinya berencana untuk menyurati Dinas TRTB dan pihak kontraktor untuk menghentikan sementara proses pembangunan. “ Paling kita hanya bisa surati, sedangkan penindakan dan pengawasan bangunan itu ada di Dinas TRTB,” kilahnya.

Kepala Bidang Pengawasan Dinas TRTB Medan, Indra yang dikofirmasi mengaku belum mendengar adanya informasi tentang rubuhnya bangunan vihara di Komplek CBD Polonia.

“Waduh, kapan kejadiannya. Belum ada pula saya dapat informasi,”ujarnya ketika dihubungi.

Ditanya, apakah bangunan vihara telah memiliki IMB. Indra lagi-lagi belum bersedia memberikan komentar lebih jauh. “Coba nanti aku cek lagi,” tukasnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas TRTB Medan, Sampurno Pohan menegaskan bahwa pembangunan vihara di komplek CDB Polonia belum mengantongi IMB. Sampurno bahkan menyebutkan bahwa pihaknya sudah pernah menstanvaskan pembangunan vihara karena belum mengantongi IMB. “Permohonannya sudah masuk, tapi masih dalam proses karena harus ada perubahan peruntukan. Sudah kita minta pembangunan dihentikan, tapi tidak kunjung dilakukan,” jelasnya.

Atas insiden tersebut, Sampurno meminta agar pihak pengembang atau kontraktor bertanggung jawab penuh terhadap korban. “Karena izinnya belum ada, maka pengembang harus tanggung jawab penuh,”ungkapnya.

Melihat peristiwa ini, Sampurno mengaku akan kembali menyurati pihak pengembang untuk tidak melanjutkan pembangunan. “Kalau sudah begini, pembangunan harus dihentikan sampai IMB diterbitkan,” tegasnya.

Sekretaris Fraksi PKS DPRD Medan, Jumadi menyebutkan pihaknya sudah menjadwalkan kunjungan ke lapangan terhadap permohonan perubahan peruntukan tanah yang telah dijadwalkan sidang paripurnanya. “Kalau pembangunan sudah jalan untuk apa lagi ada perubahan peruntukan, tentu akan kita tolak permohonannya,”ujar Jumadi.

Melihat insiden kali ini, Jumadi mengaku Fraksi PKS dengan tegas akan menolak pengajuan perubahan peruntukan tanah untuk pembangunan vihara di komplek CBD Polonia atas nama Yayasan Vihara Dharma Shanti Metta.

“Fungsi pengawasan Dinas TRTB lemah, kenapa bisa pembangunan sudah berjalan meski IMB belum keluar. Tentu permohonan itu akan ditolak fraksi PKS,” pungkasnya. (dik/ain/ris/rbb)

Puluhan Pekerja Jatuh dari Lantai 4

ROBOH:  Lokasi proyek pembangunan vihara di areal Komplek CBD Polonia Medan yang roboh seketika sekira pukul 13.15 WIB, Kamis (4/6).
ROBOH:
Lokasi proyek pembangunan vihara di areal Komplek CBD Polonia Medan yang roboh seketika sekira pukul 13.15 WIB, Kamis (4/6).

Medan, SUMUTPOS.CO- Rabu (24/6) mendatang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Medan baru akan sidang paripurna perubahan peruntukan tanah untuk sebuah vihara di Central Business District (CBD) Polonia. Namun, vihara yang sudah mulai berdiri tanpa surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) itu malah ambruk dan memakan korban.

Perancah bangunan lantai 4 yang tengah dicor tiba-tiba roboh seketika sekira pukul 13.15 WIB. Akibatnya, belasan pekerja yang sedang bekerja pun jatuh dan tertimpa. Sedikitnya 21 orang pekerja itu, mengalami luka serius, hingga dilarikan ke Rumah Sakit Mitra Sejati di Jalan AH Nasution Kecamatan Medan Johor dan Klinik Bersalin Dinda di Jalan Antariksa Kecamatan Medan Polonia.

Informasi yang diperoleh Sumut Pos di lapangan, seperti biasa para pekerja mengerjakan proyek pembangunan kuil yang disebut-sebut tak berizin. Setelah beristirahat dan makan siang pukul 12.00-13.00, para buruh bangunan itu melanjutkan pekerjaannya.

Namun, ketika tengah mengecor pondasi lantai 4, tiba-tiba perancahnya roboh. “Tiba-tiba aja runtuh, dari ujung ke ujung kemudian menyatu ke tengah dan roboh,” ungkap Sumantri, salah seorang pekerja proyek yang turut menjadi korban, Kamis (4/6).

Akibatnya, puluhan pekerja yang tengah mengecor jatuh ke lantai tiga. Bahkan, sejumlah pekerja yang berada di bawahnya tertimpa namun bisa diselamatkan. “Pas runtuh saya langsung pegang kepala untuk menyelamatkan. Ya setelah itu jatuh ke bawah lah,” ucap Sumantri yang mengalami terkilir di bagian kaki kirinya.

“Setelah kami merasa aman, langsung kami berusaha untuk menyelamatkan mereka yang tertimpa. Selanjutnya, mereka langsung dilarikan ke rumah sakit, “ timpal pekerja lainnya berinisial G singkat, saat diwawancarai Sumut Pos di lokasi kejadian, Kamis (4/6).

Sementara itu, beberapa orang yang tinggal di kawasan belakang komplek CBD, yaitu Jalan Perjuangan Kelurahan Sarirejo Kecamatan Medan Polonia menyebut kalau sebelum kejadian, sempat terdengar suara keras, seperti benturan dan ledakan. Setelah suara keras itu, beberapa warga sekitar itu mengaku terdengar suara gemuruh yang ternyata suara bangunan yang runtuh. Kemudian, beberapa warga sekitar itu menyebut kalau teriakan minta tolong dari para korban, seketika menggema dari gedung tersebut.

“Dulu sebelum proyek di sini dibangun, sempat juga kami dengar suara ledakan. Tapi sampai sekarang kami belum tahu suara ledakan itu apa. Tadi pun, sebelum runtuh, kami dengar suara ledakan,” ujar seorang wanita mengaku bernama Liana, saat diwawancarai di lokasi kejadian.

Lebih lanjut, wanita yang saat itu datang ke lokasi kejadian dengan mengendarai sepeda motor Honda Beat itu menyebut kalau dirinya bersama warga lainnya, juga sempat panik. Disebutnya, hal itu karena sebahagian reruntuhan, jatuh ke pekarangan rumah warga yang berada sangat dekat dari gedung yang rubuh itu. Oleh karena itu, disebutnya kalau dirinya bersama warga lainnya, juga sempat mencoba menyelamatkan diri dengan keluar dari dalam rumah.

“Sempat juga warga sini membantu mengevakuasi pekerja yang tertimbun reruntuhan itu, “ ujar wanita berambut pendek itu.

Seorang pekerja yang menjadi korban kejadian itu, Abdullah Yoga mengaku kalau sebelum kejadian dirinya mendengar suara ledakan. Disebutnya kalau suara ledakan itu, seperti suara bambu yang pecah. Belum sempat melihat sumber suara itu, disebutnya kalau lantai 3 gedung tempatnya bekerja, sudah rubuh, sehingga membuatnya tidak tahu cara menyelamatkan dirinya.

“Saya hanya diam, sembari menutup kepala saya dengan tangan. Namun, saya terpental berulang kali karena saya terkena pukulan besi yang lepas. Seperti per besi itu saat itu, “ ungkap pria berusia 56 tahun itu singkat.

Akibat hal tersebut, kakek 11 cucu itu mengaku tidak dapat menggerakan pinggangnya. Bahkan, untuk duduk saja, diakuinya dirinya sudah tidak mampu. Terlebih, disebutnya kalau tangan dan kakinya luka. Disebutnya, dirinya baru kali pertama bekerja di pembangunan gedung yang rubuh itu. Dia bekerja di gedung yang rubuh itu karena diajak oleh seorang tetangganya di Dusun I Desa Seitua Kecamatan Pantai Labu yang juga bekerja di situ.

Pantauan Sumut Pos di lokasi kejadian, terlihat kayu, besi dan beton bangunan yang rubuh itu masih menumpuk di lantai 2 gedung. Sementera sebahagian, terlihat masih menggantung. Oleh karena itu, terlihat pengerjaan pembangunan gedung itu seketika dihentikan. Termasuk alat berat yang biasanya digunakan untuk pengerjaan pembanunan gedung itu juga berhenti beroperasi.

Sekitar 1 jam dari kejadian, terlihat puluhan personel polisi dari Satuan Sabhara dan Brimob, datang ke lokasi kejadian. Bahkan, mobil Dalmas, Inafis dan SAR Korps Brimob juga disiagakan di lokasi kejadian. Begitu juga dengan Petugas Labfor Cabang Medan tampak datang ke lokasi kejadian. Tidak ketinggalan, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Medan, Kompol Aldi didampingi sejumlah anggotanya. “Intinya polisi masih mendalami insiden tersebut dan nantinya pihak-pihak terkait seperti CBD akan dipanggil guna dimintai keterangannya,” sebut Aldi.

Di rumah sakit sekitar pukul 14.30, sebanyak lima korban dirawat di Instalasi Gawat Darurat RSU Mitra Sejati, Jalan AH Nasution. Sedangkan empat orang lagi dirawat di klinik tak jauh dari Komplek CBD Polonia. Tiga dari lima korban tak sadarkan diri lantaran mengalami luka cukup parah. Ketiganya yakni Sukimin, Saiman, dan Andi Wahyudi.

Sekira pukul 15.15 WIB, empat korban yang dirawat di klinik dilarikan ke IGD RSU Mitra Sejati. Pasalnya, keempat korban mengalami luka cukup parah.

Toni, selaku pimpinan pengawas proyek mengakui terjadi insiden itu. “Kejadiannya pas lagi proses pengecoran. Mungkin, salah satu perancahnya patah sehingga ambruk dan pekerja jatuh,” aku Toni saat ditemui di lokasi.

Dikatakannya, ada sekitar 10 orang pekerja yang dirawat di rumah sakit. “Tidak ada yang meninggal dan hanya luka-luka saja. Ada sekitar 10 orang dan sudah dibawa ke rumah sakit,” katanya.

Toni menyatakan, pihaknya bakal menanggung seluruh biaya perobatan para korban hingga sembuh total dan bisa bekerja kembali seperti biasa. “Kita berkomitmen menanggung jawab atas kejadian ini. Kita pun sama sekali tidak mengharapkan peristiwa naas itu dan ini merupakan musibah,” ujarnya.

Sementara itu, Lurah Sukadamai Kecamatan Medan Polonia, Hari Agus Perdana saat ditemui di lokasi kejadian memiliki keterangan lain. “Jadi ada bangunan yang rubuh, akibatnya 27 orang pekerja terjatuh dari lantai 4 dan mengalami luka-luka. Dua di antaranya mengalami luka parah dan seluruh korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Mitra Sejati,” terangnya di lokasi kejadian, Kamis (4/6).

Sang lurah menjelaskan vihara di Komplek CBD Kecamatan Medan Polonia atas nama Yayasan Vihara Dharma Shanti Metta iru rubuh sekitar pukul 13.30 WIB. “Begitu dapat informasi, Kasi Trantib langsung saya instruksikan terjun melihat ke lokasi,” bilangnya.

Agus mengaku tidak tahu apakah vihara yang rubuh itu sudah memiliki IMB dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB). Hanya saja, dia menyebutkan permohonan IMB sudah pernah diajukan ke Dinas TRTB. “Permohonan sudah diajukan, apakah IMB sudah keluar, saya tidak tahu karena belum mendapatkan informasi lebih jauh,” tuturnya.

Lurah tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan operasional pembangunan vihara jika memang benar belum memiliki IMB.  Meski begitu, dirinya berencana untuk menyurati Dinas TRTB dan pihak kontraktor untuk menghentikan sementara proses pembangunan. “ Paling kita hanya bisa surati, sedangkan penindakan dan pengawasan bangunan itu ada di Dinas TRTB,” kilahnya.

Kepala Bidang Pengawasan Dinas TRTB Medan, Indra yang dikofirmasi mengaku belum mendengar adanya informasi tentang rubuhnya bangunan vihara di Komplek CBD Polonia.

“Waduh, kapan kejadiannya. Belum ada pula saya dapat informasi,”ujarnya ketika dihubungi.

Ditanya, apakah bangunan vihara telah memiliki IMB. Indra lagi-lagi belum bersedia memberikan komentar lebih jauh. “Coba nanti aku cek lagi,” tukasnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas TRTB Medan, Sampurno Pohan menegaskan bahwa pembangunan vihara di komplek CDB Polonia belum mengantongi IMB. Sampurno bahkan menyebutkan bahwa pihaknya sudah pernah menstanvaskan pembangunan vihara karena belum mengantongi IMB. “Permohonannya sudah masuk, tapi masih dalam proses karena harus ada perubahan peruntukan. Sudah kita minta pembangunan dihentikan, tapi tidak kunjung dilakukan,” jelasnya.

Atas insiden tersebut, Sampurno meminta agar pihak pengembang atau kontraktor bertanggung jawab penuh terhadap korban. “Karena izinnya belum ada, maka pengembang harus tanggung jawab penuh,”ungkapnya.

Melihat peristiwa ini, Sampurno mengaku akan kembali menyurati pihak pengembang untuk tidak melanjutkan pembangunan. “Kalau sudah begini, pembangunan harus dihentikan sampai IMB diterbitkan,” tegasnya.

Sekretaris Fraksi PKS DPRD Medan, Jumadi menyebutkan pihaknya sudah menjadwalkan kunjungan ke lapangan terhadap permohonan perubahan peruntukan tanah yang telah dijadwalkan sidang paripurnanya. “Kalau pembangunan sudah jalan untuk apa lagi ada perubahan peruntukan, tentu akan kita tolak permohonannya,”ujar Jumadi.

Melihat insiden kali ini, Jumadi mengaku Fraksi PKS dengan tegas akan menolak pengajuan perubahan peruntukan tanah untuk pembangunan vihara di komplek CBD Polonia atas nama Yayasan Vihara Dharma Shanti Metta.

“Fungsi pengawasan Dinas TRTB lemah, kenapa bisa pembangunan sudah berjalan meski IMB belum keluar. Tentu permohonan itu akan ditolak fraksi PKS,” pungkasnya. (dik/ain/ris/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/