26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Cari Dukungan Masyarakat Peduli Sejarah

FESTIVAL: Aksi seorang relawan dari Komunitas Generasi dan Alumni Bersepeda Indonesia (GABI) mewarnai Festival Lapangan Merdeka untuk memerdekakan Lapangan Merdeka Medan, Minggu (14/12) siang.
FESTIVAL: Aksi seorang relawan dari Komunitas Generasi dan Alumni Bersepeda Indonesia (GABI) mewarnai Festival Lapangan Merdeka untuk memerdekakan Lapangan Merdeka Medan, Minggu (14/12) siang.

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Koalisi Masyarakat Sipil Kota Medan yang terdiri dari 40 komunitas lebih menggelar acara festival di Lapangan Merdeka, Minggu (14/12) siang. Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan aspirasi penolakan pembangunan lokasi pembangunan lokasi parkir dan kios pedagang buku di sisi Timur Lapangan Merdeka.

Dalam kegiatan ini, komunitas peduli sejarah itu juga membubuhkan tandatangan di atas kain putih sepajangan seribu meter.

“Ini bentuk penolakan kami mengenai rencana pembangunan di sisi Timur Lapangan Merdeka, yang sudah menghilangkan nilai historis (sejarah) dari Lapangan Merdeka,” jelas Panitia Pelaksana, Miduk Hutabarat.

Miduk menjelaskan, kegiatan ini diikuti lebih dari 500 mahasiswa dari berbagai universitas yang peduli dengan sejarah Lapangan Merdeka. Menurutnya, Lapangan Merdeka sejatinya, diperuntukkan sebagai museum terbuka untuk seluruh masyarakat Kota Medan. Namun, dengan bedirinya Merdeka Walk dan lokasi parker, maka fungsi sebenarnya dari lapangan yang memiliki tugu proklamasi itu sudah berubah.

“Lapangan Merdeka ini juga merupakan bagian dari ruang terbuka hijau (RTH), tapi kenyataannya sudah tidak seperti itu lagi,” sesalnya.

Sementara itu, mahasiswa yang hadir dalam festival budaya ini kompak menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan lagu “Maju Tak Gentar”.

“Pemko Medan, tidak punya hak merubah fungsi Lapangan Merdeka, tempat ini memiliki nilai sejarah yang patut dipertahankan dan dipelihara,” lanjut Ketua Komunitas Taman itu.

Miduk menambahkan, hasil kegiatan ini akan disampaikan atau diumumkan melalui media sosial. Sehingga, dapat mencari dukungan lebih banyak lagi dari masyarakat yang peduli akan sejarah Kota Medan.

“Kita akan petisi ini, kegiatan ini tidak akan berhenti sampai di sini. Suara-suara penolakan terus kita sampaikan, agar Pemko Medan membatalkan rencananya untuk membangun lokasi parkir serta kios pedagang buku yang menghilangkan nilai sejarah Lapangan Merdeka,” tukasnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim), Gunawan Surya Lubis mengatakan, keputusan untuk membatalkan pembangunan di sisi Timur Lapangan Merdeka bukan berada di tangannya.

Pasalnya, Dinas Perkim hanya bertanggung jawab atas pembangunan yang menggunakan alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan Tahun Anggaran 2014.

Pembangunan itu, diakui Gunawan tidak akan menghilangkan nilai sejarah Lapangan Merdeka. “Tugu monumen nasional itu, tidak akan dirubah bentuknya,” kata Gunawan.

Gunawan menagatakan, pembangunan di sisi Timur Lapangan Merdeka merupakan niatan baik dari Pemko Medan kepada pedagang buku. “Semua tahu historis pedagang buku, bagaimana proses tarik ulur, dan relokasi yang berjalan cukup alot dan memakan waktu lebih dari satu tahun,” ucapnya.

Ketika pembangunan sudah hampir rampung, mengapa ada komunitas yang mengatasnamakan masyarakat peduli sejarah menolak pembangunan itu. Padahal, pedagang buku di sisi Timur Lapangan Merdeka sudah ada sejak puluhan tahun lalu.

“Tidak kita bangun kios, Pemko Medan diserang oleh pedagang buku. Ketika kios pedagang buku dibangun, Pemko Medan malah diserang komunitas peduli sejarah,” sesalnya.

Mantan Kadis PU Bina Marga itu menuturkan, pembangunan di sisi Timur Lapangan Merdeka sesuai kontrak perjanjian dengan pemenang tender berakhir pada 31 Desember mendatang.

Dimana perkembangan terakhir, kontraktor hanya tinggal melakukan pengecatan dan memasang pintu untuk kios para pedagang buku. “Kalau pintu itu sudah dibuat terlebih dahulu, jadi tinggal pasang,” ungkapnya.

Mengenai pengelolaan kios pedagang buku, Gunawan mengaku sampai saat ini belum ada pembicaraan yang khusus mengenai hal tersebut. Hanya saja, pasca pembangunan selesai, pihaknya akan melakukan serah terima kepada Bagian Aset dan Perlengkapan untuk di inventarisir.

“Setelah itu, tergantung pimpinan, mau menyerahkan pengelolaan tempat berjualan pedagang buku, apakah kepada PD Pembangunan, PD Pasar, atau dikembalikan ke Dinas Perkim,”tandasnya.(dik/adz)

FESTIVAL: Aksi seorang relawan dari Komunitas Generasi dan Alumni Bersepeda Indonesia (GABI) mewarnai Festival Lapangan Merdeka untuk memerdekakan Lapangan Merdeka Medan, Minggu (14/12) siang.
FESTIVAL: Aksi seorang relawan dari Komunitas Generasi dan Alumni Bersepeda Indonesia (GABI) mewarnai Festival Lapangan Merdeka untuk memerdekakan Lapangan Merdeka Medan, Minggu (14/12) siang.

MEDAN, SUMUTPOS.CO- Koalisi Masyarakat Sipil Kota Medan yang terdiri dari 40 komunitas lebih menggelar acara festival di Lapangan Merdeka, Minggu (14/12) siang. Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan aspirasi penolakan pembangunan lokasi pembangunan lokasi parkir dan kios pedagang buku di sisi Timur Lapangan Merdeka.

Dalam kegiatan ini, komunitas peduli sejarah itu juga membubuhkan tandatangan di atas kain putih sepajangan seribu meter.

“Ini bentuk penolakan kami mengenai rencana pembangunan di sisi Timur Lapangan Merdeka, yang sudah menghilangkan nilai historis (sejarah) dari Lapangan Merdeka,” jelas Panitia Pelaksana, Miduk Hutabarat.

Miduk menjelaskan, kegiatan ini diikuti lebih dari 500 mahasiswa dari berbagai universitas yang peduli dengan sejarah Lapangan Merdeka. Menurutnya, Lapangan Merdeka sejatinya, diperuntukkan sebagai museum terbuka untuk seluruh masyarakat Kota Medan. Namun, dengan bedirinya Merdeka Walk dan lokasi parker, maka fungsi sebenarnya dari lapangan yang memiliki tugu proklamasi itu sudah berubah.

“Lapangan Merdeka ini juga merupakan bagian dari ruang terbuka hijau (RTH), tapi kenyataannya sudah tidak seperti itu lagi,” sesalnya.

Sementara itu, mahasiswa yang hadir dalam festival budaya ini kompak menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan lagu “Maju Tak Gentar”.

“Pemko Medan, tidak punya hak merubah fungsi Lapangan Merdeka, tempat ini memiliki nilai sejarah yang patut dipertahankan dan dipelihara,” lanjut Ketua Komunitas Taman itu.

Miduk menambahkan, hasil kegiatan ini akan disampaikan atau diumumkan melalui media sosial. Sehingga, dapat mencari dukungan lebih banyak lagi dari masyarakat yang peduli akan sejarah Kota Medan.

“Kita akan petisi ini, kegiatan ini tidak akan berhenti sampai di sini. Suara-suara penolakan terus kita sampaikan, agar Pemko Medan membatalkan rencananya untuk membangun lokasi parkir serta kios pedagang buku yang menghilangkan nilai sejarah Lapangan Merdeka,” tukasnya.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim), Gunawan Surya Lubis mengatakan, keputusan untuk membatalkan pembangunan di sisi Timur Lapangan Merdeka bukan berada di tangannya.

Pasalnya, Dinas Perkim hanya bertanggung jawab atas pembangunan yang menggunakan alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Medan Tahun Anggaran 2014.

Pembangunan itu, diakui Gunawan tidak akan menghilangkan nilai sejarah Lapangan Merdeka. “Tugu monumen nasional itu, tidak akan dirubah bentuknya,” kata Gunawan.

Gunawan menagatakan, pembangunan di sisi Timur Lapangan Merdeka merupakan niatan baik dari Pemko Medan kepada pedagang buku. “Semua tahu historis pedagang buku, bagaimana proses tarik ulur, dan relokasi yang berjalan cukup alot dan memakan waktu lebih dari satu tahun,” ucapnya.

Ketika pembangunan sudah hampir rampung, mengapa ada komunitas yang mengatasnamakan masyarakat peduli sejarah menolak pembangunan itu. Padahal, pedagang buku di sisi Timur Lapangan Merdeka sudah ada sejak puluhan tahun lalu.

“Tidak kita bangun kios, Pemko Medan diserang oleh pedagang buku. Ketika kios pedagang buku dibangun, Pemko Medan malah diserang komunitas peduli sejarah,” sesalnya.

Mantan Kadis PU Bina Marga itu menuturkan, pembangunan di sisi Timur Lapangan Merdeka sesuai kontrak perjanjian dengan pemenang tender berakhir pada 31 Desember mendatang.

Dimana perkembangan terakhir, kontraktor hanya tinggal melakukan pengecatan dan memasang pintu untuk kios para pedagang buku. “Kalau pintu itu sudah dibuat terlebih dahulu, jadi tinggal pasang,” ungkapnya.

Mengenai pengelolaan kios pedagang buku, Gunawan mengaku sampai saat ini belum ada pembicaraan yang khusus mengenai hal tersebut. Hanya saja, pasca pembangunan selesai, pihaknya akan melakukan serah terima kepada Bagian Aset dan Perlengkapan untuk di inventarisir.

“Setelah itu, tergantung pimpinan, mau menyerahkan pengelolaan tempat berjualan pedagang buku, apakah kepada PD Pembangunan, PD Pasar, atau dikembalikan ke Dinas Perkim,”tandasnya.(dik/adz)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/