30 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

RE Harap Gubsu Pertimbangkan Laporan ke Polisi

RE Nainggolan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tokoh masyarakat Sumatera Utara, Rustan Effendi (RE) Nainggolan mengatakan persoalan antara Gubsu Edy Rahmayadi dan sejumlah mahasiswa Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sebaiknya dipandang sebagai dinamika antara bapak dan anaknya sendiri.

“Pak Gubsu kan pemimpin kita, orang tua kita, bapak dari adik-adik GMKI itu. Jadi, memang sebaiknya tidak perlu harus sampai berlanjut menjadi persoalan hukum. Semua pihak, terutama adik-adik GMKI akan bisa mengambil pelajaran dari persoalan yang telah terjadi,” ujarnya kepada wartawan akhir pekan kemarin.

Dikatakannya, penghormatan kepada orang tua merupakan ajaran pokok semua agama, bagian dari budaya luhur sebagai bangsa. Di sisi lain, orang tua juga diajarkan untuk mengayomi dan menyayangi anak-anaknya. Anak-anak muda ini, karena demikian semangatnya barangkali saat menyampaikan aspirasi mereka terkait Danau Toba, hemat RE Nainggolan, sampai terjadi kerusakan pagar kantor gubernur.

“Pak Gubsu sendiri mengambil langkah tegas membawa persoalan itu ke ranah hukum, dengan membuat pengaduan ke polisi. Tentu tidak ada yang salah dengan langkah-langkah hukum. Hukum adalah penglima kita. Akan tetapi, kita yakin Pak Gubsu juga punya kearifan, dengan hati yang dingin bisa mengambil pendekatan lain terhadap anak-anak beliau di GMKI,” katanya.

Kesempatan itu, mantan Sekda Provinsi Sumut mengingatkan agar jangan sampai dinamika antara Gubsu dan GMKI membuat masyarakat terdiskresi dari persoalan pencemaran di Danau Toba, yang merupakan isu yang sesungguhnya.

“Kita yakin dan sudah lihat sendiri, Pak Gubsu seiring sejalan dengan pemerintah pusat dalam memberi prioritas dan perhatian terhadap kawasan kebanggaan Sumut ini. Biarlah riak-riak itu sebagai bagian dari dinamika antara seorang bapak yang punya kearifan dan anak-anaknya yang kadang-kadang terbakar semangat,” katanya yang berharap GMKI termasuk melalui para seniornya, juga tidak perlu merespons dengan pengaduan balik.

“Itu hanya akan menjauhkan kita dari tujuan-tujuan awal kita yang baik. Bila bapak dan anak ini malah terjebak makin jauh ke dalam konflik, yang senang nanti ya, para perusak Danau Toba itu, dan juga orang-orang yang ingin membuat Sumut tidak nyaman, tidak bermartabat dan orang yang ingin memecah belah,” katanya.

RE berharap dan yakin, Gubsu akan mempertimbangkan ulang pengaduan tersebut karena ia memang seorang pemimpin yang arif, yang menempatkan diri di atas semua golongan. “Di sisi lain, ini juga pelajaran berharga bagi adik-adik kita di GMKI, dan mahasiswa Sumut secara umum, agar lebih bisa mengendalikan diri tidak terpancing emosi saat menyalurkan aspirasi,” pungkasnya. (prn/azw)

RE Nainggolan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tokoh masyarakat Sumatera Utara, Rustan Effendi (RE) Nainggolan mengatakan persoalan antara Gubsu Edy Rahmayadi dan sejumlah mahasiswa Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sebaiknya dipandang sebagai dinamika antara bapak dan anaknya sendiri.

“Pak Gubsu kan pemimpin kita, orang tua kita, bapak dari adik-adik GMKI itu. Jadi, memang sebaiknya tidak perlu harus sampai berlanjut menjadi persoalan hukum. Semua pihak, terutama adik-adik GMKI akan bisa mengambil pelajaran dari persoalan yang telah terjadi,” ujarnya kepada wartawan akhir pekan kemarin.

Dikatakannya, penghormatan kepada orang tua merupakan ajaran pokok semua agama, bagian dari budaya luhur sebagai bangsa. Di sisi lain, orang tua juga diajarkan untuk mengayomi dan menyayangi anak-anaknya. Anak-anak muda ini, karena demikian semangatnya barangkali saat menyampaikan aspirasi mereka terkait Danau Toba, hemat RE Nainggolan, sampai terjadi kerusakan pagar kantor gubernur.

“Pak Gubsu sendiri mengambil langkah tegas membawa persoalan itu ke ranah hukum, dengan membuat pengaduan ke polisi. Tentu tidak ada yang salah dengan langkah-langkah hukum. Hukum adalah penglima kita. Akan tetapi, kita yakin Pak Gubsu juga punya kearifan, dengan hati yang dingin bisa mengambil pendekatan lain terhadap anak-anak beliau di GMKI,” katanya.

Kesempatan itu, mantan Sekda Provinsi Sumut mengingatkan agar jangan sampai dinamika antara Gubsu dan GMKI membuat masyarakat terdiskresi dari persoalan pencemaran di Danau Toba, yang merupakan isu yang sesungguhnya.

“Kita yakin dan sudah lihat sendiri, Pak Gubsu seiring sejalan dengan pemerintah pusat dalam memberi prioritas dan perhatian terhadap kawasan kebanggaan Sumut ini. Biarlah riak-riak itu sebagai bagian dari dinamika antara seorang bapak yang punya kearifan dan anak-anaknya yang kadang-kadang terbakar semangat,” katanya yang berharap GMKI termasuk melalui para seniornya, juga tidak perlu merespons dengan pengaduan balik.

“Itu hanya akan menjauhkan kita dari tujuan-tujuan awal kita yang baik. Bila bapak dan anak ini malah terjebak makin jauh ke dalam konflik, yang senang nanti ya, para perusak Danau Toba itu, dan juga orang-orang yang ingin membuat Sumut tidak nyaman, tidak bermartabat dan orang yang ingin memecah belah,” katanya.

RE berharap dan yakin, Gubsu akan mempertimbangkan ulang pengaduan tersebut karena ia memang seorang pemimpin yang arif, yang menempatkan diri di atas semua golongan. “Di sisi lain, ini juga pelajaran berharga bagi adik-adik kita di GMKI, dan mahasiswa Sumut secara umum, agar lebih bisa mengendalikan diri tidak terpancing emosi saat menyalurkan aspirasi,” pungkasnya. (prn/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/