SUMUTPOS.CO – Duka mendalam mendera keluarga Agnes Kristina Sitorus. Perempuan berusia 23 tahun itu, menjadi satu dari ribuan korban yang terdampak gempa dan tsunami di Kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9) lalu.
JENAZAH Agnes Kristina Sitorus tiba di Kargo Bandara Internasional Kualanamu, Kamis (4/10) sekira pukul 12.00 WIB. Jenazah Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Polisi Kehutanan yang bertugas di Taman Nasional Kepulauan Togean, Sulteng itu diangkut dengan pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID 6886 Jenazah langsung dijemput Wakapolres Deliserdang Kompol Arnis didampingi Kapolsek Beringin AKP Bambang Tarigan dan dari BKSDA Amenson Girsang serta beberapa pihak keluarga korban yang datang menjemput.
Setelah dilakukan serahterima peti jenazah dari pihak kargo ke keluarga korban, jenazah kemudian dibawa ke rumah duka di Jalan Aribawa Utama, Lembaga Permasyarakatan Komplek Bali Indah No 14 Medan dengan mobil ambulans yang sudah disediakan. “Dia pergi ke Palu karena dinas, dan pulangnya sudah menjadi mayat,”sebut sorang keluarga Agnes yang menjemput jenazah di Bandara Kualanamu.
Sesampainya jenazah di rumah duka, isak tangis pun pecah. Keluarga, kerabat dan tetangga yang menunggu di dalam rumah, tidak dapat membendung kesedihan. Begitu juga sejumlah teman sekolah almarhum Agnes Christina yang merupakan alumni SMP Santo Tomas 4 dan alumni SMA Santo Tomas 1 Medan serta sejumlah rekan kerja orangtuanya dari Permata Hijau Grup dan dari Badan Kepegawaian Negara yang datang untuk turut berduka yang duduk di kursi di luar rumah, terlihat juga tidak dapat menutupi kesedihan.
Begitu peti berisi jenazah Agnes Cristina diletakkan untuk disemayamkan, secara bergantian kerabat dan keluarga langsung datang untuk menyampaikan belasungkawa dan duka yang dirasa. Kemudian para pelayat memberi semangat pada Hotlan Sitorus dan Bintang Br Panggabean, orangtua Agnes Cristina Br Sitorus yang tetap duduk di samping peti jenazah, sambil memandangi foto putri kedua mereka yang telah kembali pada Sang Pencipta.
“Sudah hampir 1 tahun dia di sana. Tidak lama dia tamat kuliah dari UNDIP Semarang, dia berangkat ke sana untuk menjadi CPNS,” ujar Bintang Br Panggabean, ibu Agnes kepada Sumut Pos di rumah duka.
Diceritakan Bintang, dirinya tidak merasakan firasat tidak baik dengan putri keduanya itu. Begitu juga dengan mimpi atau yang lain. Namun, Bintang mengaku seketika tersentak begitu mendapat kabar gempa bumi mengguncang Palu.
Oleh karena itu, Bintang langsung menghubungi putrinya melalui telepon namun tidak dijawab dan akhirnya ponsel putrinya tidak lagi dapat dihubungi. “ Saya dapat kabar dari teman-temannya di sana kalau dia berada di Hotel Roa-roa. Mereka sedang ada tugas ke sana,” ujar tambah Bintang.
Namun setelah itu, disebut Bintang, putri sulungnya Yosi Br Sitorus yang berada di Nusa Tenggara yang berkomumikasi dan mencari informasi kabar putri keduanya. Begitu mendapat kabar putri keduanya turut menjadi korban, Bintang langsung berangkat menuju Palu. Begitu juga Yosi, berangkat dari Nusa Tenggara ke Palu, Senin (1/10).
Dikatakannya, selama di Palu, dia terus menunggui tim evakuasi yang melakukan pencarian korban di reruntuhan Hotel Roa-roa, hingga pada Rabu (3/10), jenazah putri keduanya ditemukan.
Sementara tetangga orangtua Agnse Christina Sitorus, Cristin Siregar saat ditanyai Sumut Pos menyebut Agnes semasa hidup merupakan sosok anak yang sangat baik. Oleh karena itu, dia mengatakan Agnes memiliki banyak teman. Termasuk dengan tetangga, dikatakannya Agnes juga ramah dan baik.
Dijelaskannya, Agnes Christina Sitorus merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara, Kakaknya bernama Yosi dan adiknya masih kelas 3 SD bernama Joselin. “ Cerita yang saya dengar, mereka itu ada tugas lapangan ke Palu. Katanya sudah check out mereka seharusnya dari hotel itu. Tapi entah bagaimana, dia masih di sana sama kawannya satu orang. Sebagian kawannya, sudah keluar dari hotel,” uncap Cristina Siregar kepada Sumut Pos.