30 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Aksi Bajak Software di Indonesia 86 Persen

MEDAN-Maraknya aksi pembajakan karya di tanah air menyentuh berbagai produk. Terutama yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IT). Salah satunya software program-program perangkat komputer yang turut menjadi korban pembajakan. Tidak sedikit yang menggunakan CD Software yang bukan original. Hal ini menjadi perhatian pihak Microsoft Indonesia.

Bahkan menurut  Chrisma Albandjar, Corporate Affairs Director Microsoft Indonesia tingkat pembajakan di Indonesia mencapai 86 persen. “Dari penelitian yang kami baca tingkat pembajakan itu 86 persen. Bisa dibayangkan bagaimana hanya tersisa 14 persen bersih pembajakan. Pada umumnya pembajakan terjadi karena menginginkan yang murah,” katanya saat pelatihan Jurnalisme IT yang digelar Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Medan di Hotel Aryaduta, Jumat (2/11) kemarin.

Tingkat pembajakan yang tinggi menggambarkan di tanah air belum adanya penghargaan yang tinggi terhadap hak cipta. Apalagi hanya sedikit warga Indonesia yang memiliki karya intelektual namun tak mau mempatenkannya. “Coba tanyakan berapa banyak kekayaan intelektual yang didaftarkan? Pantas saja negara lain seperti Malaysia suka mempatenkan karya. Termasuk punya kita. Karena jika sudah dipatenkan harus membayar royalti,” katanya.

Selain itu meskipun harganya lebih murah para peminat bajakan tidak akan punya akses penuh dari barang yang  bukan original. “Misalnya CD software yang tidak original. Pasti kerugiannya tidak bisa diupdate programnya. Karena kalau diupdate bisa ketahuan ada pembajakan. Ini terus dipantau karena sudah masuk wilayah security,” tambahnya.

Reza Topobroto, Legal Affairs Director Microsoft Indonesia lewat materi HAKI, Inovasi dan daya saing mengatakan Indonesia termasuk ranking rendah negara yang menghargai hak cipta di ASEAN. “Bayangkan saja,  kita kalah dari Brunei Darussalam. Karena kita kurang menghargai hak cipta orang lain maupun kita sendiri. Jadi sekarang seenaknya mengcopy paste,’’ujarnya.  (don)

MEDAN-Maraknya aksi pembajakan karya di tanah air menyentuh berbagai produk. Terutama yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IT). Salah satunya software program-program perangkat komputer yang turut menjadi korban pembajakan. Tidak sedikit yang menggunakan CD Software yang bukan original. Hal ini menjadi perhatian pihak Microsoft Indonesia.

Bahkan menurut  Chrisma Albandjar, Corporate Affairs Director Microsoft Indonesia tingkat pembajakan di Indonesia mencapai 86 persen. “Dari penelitian yang kami baca tingkat pembajakan itu 86 persen. Bisa dibayangkan bagaimana hanya tersisa 14 persen bersih pembajakan. Pada umumnya pembajakan terjadi karena menginginkan yang murah,” katanya saat pelatihan Jurnalisme IT yang digelar Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Medan di Hotel Aryaduta, Jumat (2/11) kemarin.

Tingkat pembajakan yang tinggi menggambarkan di tanah air belum adanya penghargaan yang tinggi terhadap hak cipta. Apalagi hanya sedikit warga Indonesia yang memiliki karya intelektual namun tak mau mempatenkannya. “Coba tanyakan berapa banyak kekayaan intelektual yang didaftarkan? Pantas saja negara lain seperti Malaysia suka mempatenkan karya. Termasuk punya kita. Karena jika sudah dipatenkan harus membayar royalti,” katanya.

Selain itu meskipun harganya lebih murah para peminat bajakan tidak akan punya akses penuh dari barang yang  bukan original. “Misalnya CD software yang tidak original. Pasti kerugiannya tidak bisa diupdate programnya. Karena kalau diupdate bisa ketahuan ada pembajakan. Ini terus dipantau karena sudah masuk wilayah security,” tambahnya.

Reza Topobroto, Legal Affairs Director Microsoft Indonesia lewat materi HAKI, Inovasi dan daya saing mengatakan Indonesia termasuk ranking rendah negara yang menghargai hak cipta di ASEAN. “Bayangkan saja,  kita kalah dari Brunei Darussalam. Karena kita kurang menghargai hak cipta orang lain maupun kita sendiri. Jadi sekarang seenaknya mengcopy paste,’’ujarnya.  (don)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/