SUMUTPOS.CO – Banjir bandang menerjang Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang tepatnya di Medan Sunggal dan Sunggal-Deliserdang, Jumat (4/12) dinihari sekira pukul pukul 00.30 WIB. Tinggi air mencapai 3 meter dengan arus yang sangat deras, hingga merendam atap rumah sebagian warga. Akibatnya, 11 orang terseret arus banjir. Lima di antaranya ditemukan tewas, dan 6 orang lagi masih hilang. Kota Binjai juga ikut terendam banjir.
INFORMASI dihimpun Sumut Pos di lapangan, banjir terjadi akibat hujan deras sejak Kamis (3/12) malam hingga Jumat (4/12) dinihari, menyebabkan permukaan sejumlah sungai, yakni Sungai Sunggal, Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Denai, naik. Kenaikan permukaan air ini menyebabkan tanggul PDAM di kawasan Medan Sunggal meluap dan akhirnya jebol. Tanggul jebol ini menyebabkan banjir bandang tiba-tiba menerjang pemukiman warga Medan Sunggal, khususnya warga Perumahan De Flamboyan Desa Tanjung Selamat, Medan Tuntungan.
Tokoh masyarakat Medan Sunggal, Andra Juniaris, mengatakan, Komplek De Flamboyan adalah wilayah di Medan Sunggal yang terparah ditimpa banjir bandang. Korban hanyut sebanyak 11 orang, yang baru ditemukan 5 orang dan sisanya masih dalam pencarian. “Sebagian besar orang tua dan anak-anak. Seorang korban tewas adalah orang tua yang lumpuh,” katanya.
Banjir bandang, kata dia, mencapai ketinggian hingga 3 meter, dan baru surut total sekira pukul 07.00 WIB pagi. Wilayah yang terkena banjir di Medan Sunggal, yaitu Gang Sejati (PTPN 3), Gg Bata, Gg Kemuning 11, Komplek Flamboyan Deli (D’ Flamboyan) Medan Sunggal, Deliserdang. “Ada 5 posko yang dibuka untuk warga yang mengungsi, yakni PKS, dari SAR, Arhanud, Puskesmas Tanjung Selamat Medan Sunggal, dan Asrama Arhanud,” terangnya.
Adapun petugas yang turun tangan mencari korban hanyut sekira 150 unit, yakni dari Babinsa, Kepolisian, Arhanud dan pemuda setempat. Sedangkan kerugian material masih didata. Yang apsti mencapai ratusan juta rupiah.
“Saat ini sebanyak 500 KK warga mengungsi sebab wilayah ini yang paling parah. Sedih rasanya. Saat itu sulit menolong. Selain air tinggi, juga arusnya deras,” kata dia.
Rahman (36), warga Komplek Flamboyan Deli (De Flamboyan) Medan Sunggal, Deliserdang menuturkan kejadian pilu yang menimpa salahseorang temannya. Ia menjadi saksi atas peristiwa tersebut.
“Kejadiannya tepat di depan mata saya. Sekira tengah malam lewat, saya baru pulang pengajian menuju jembatan Komplek De Flamboyan. Air tiba-tiba deras dan semakin naik dari hulu menuju hilir. Mobil teman saya itu tepat di depan saya. Ia bersama anaknya dan adiknya. Mobilnya terjebak di jembatan. Saat mau putar balik, sudah tidak bisa. Saat membuka pintu mobil, tangan si ibu teman saya itu dan tangan anaknya terlepas. Setelah itu, saya melihat mereka bertiga hanyut. Saya dan lainnya tidak bisa menolong, karena posisi kami juga dalam keadaan terjebak banjir,” ujarnya kepada Sumut Pos, saat ditemui di lokasi korban banjir.
Saat ini, lanjutnya, jenazah anak temannya sudah ditemukan, sementara jenazah si ibu dan adiknya masih dalam pencarian.
“Mobil saya juga menjadi korban dalam keadaan terbalik. Roda mobil di atas dan atap mobil di bawah, dengan kondisi di atas pagar. Tiga unit sepeda motor saya juga sudah ringsek. Mati total akibat diterjang banjir,” ucapnya. Kerugian yang dialaminya ditaksir berkisar ratusan juta.
Rahman mengaku trauma atas kejadian tersebut. Apalagi peristiwa tanggul jebol di wilayah itu sudah terjadi tiga kali. Ia berniat pindah tempat tinggal. “Kapok saya tinggal di sini (Komplek De Flamboyan, Red). Saya mau pindah aja. Mana nggak ada perhatian lagi dari pemerintah setempat. Mana kawan saya tewas di depan mata saya. Sedih saya,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Penemuan Korban Tewas
Pada Jumat pagi sekitar pukul 06.20 WIB, Tim Basarnas menemukan satu pria meninggal di Perumahan Griya Nusa III Tanjung Selamat, Medan Tuntungan. Korban diperkirakan berumur 50 tahun dengan bertubuh gempal.
Berikutnya, tim menemukan sesosok mayat wanita berusia 30-an tahun dengan pakaian berkerudung hitam dan baju lengan panjang merah. Posisi korban berada di dekat aliran Sungai Pantai Bokek.
Tak lama berselang, petugas kembali melihat sesosok mayat pria 20-an tahun yang sudah meninggal, dalam kondisi kaku. Jenazah mengenakan jaket kuning dan jelana jeans.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan, Nurli, mengatakan informasi diterima pihaknya, terdapat 6 orang yang masih dinyatakan hilang. Lima orang di antaranya dewasa dan 1 balita.
Dijelaskan Nurli, Kota Medan diguyur hujan sejak Kamis (3/12) malam pukul 21.00 WIB dan ditambah debit air yang cukup besar dari hulu, yang mengakibatkan kenaikan Tinggi Muka Air Daerah Aliran Sungai (TMA-DAS) di beberapa ruas sungai di kota Medan. Antara lain Sungai Sunggal, Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Denai.
Kondisi diperparah dengan hujan lebat pada pukul 22.30 Wib hingga dini hari sehingga mengakibatkan ketinggian TMA-DAS mengalami kenaikan antara 3 sampai 5 Meter.
Pantauan hingga Jumat siang, air belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. TRC BPBD Kota Medan terus melakukan beberapa evakuasi di empat kecamatan di Kota Medan dengan tingkat banjir paling parah. Antara lain Medan Johor, Medan Maimun, Medan Sunggal, dan Medan Tuntungan.
“Sebanyak 181 jiwa sudah berhasil dievakuasi, dengan rincian anak-anak 50 jiwa, balita 38 jiwa, dewasa 67 jiwa dan lansia 26 jiwa. Saat ini personil mulai bergerak untuk menyisir banjir di Kecamatan Medan Helvetia yang terimbas dari luapan sungai Sunggal,” jelasnya.
Sungai Bingai dan Mencirim Meluap
Tak hanya Sungai Sunggal, Sungai Bingai dan Mencirim juga meluap, Jumat (4/12) dinihari. Akibatnya, sekitar 2.000-an lebih rumah di Kota Binjai terdampak. Perumahan Berngam di Binjai Kota adalah yang pertama kena banjir.
Informasi dirangkum, mengalirnya air di kedua sungai ini diatur oleh pintu yang dijaga oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Binjai di daerah Namoukur, Seibingai.
Pintu air diduga tak sanggup menahan banjir kiriman yang sudah meluap. Tak ayal, pintu air pun dibuka, yang kemudian mengalir ke Sungai Bingai.
Akibatnya, seribuan rumah di Perumnas Berngam terkepung banjir. Penghuni tidak dapat mengungsi, lantaran air Sungai Bingai meluap ketika waktu tengah tidur nyenyak.
“Sampai leher orang dewasa tinggi air di Berngam. Om-ku tinggal di sana (Berngam). Begitu dapat kabar, ke sanalah aku bantu-bantu,” kata warga Binjai, Rendy.
Menurut seorang warga lain, banjir tahun ini adalah yang paling parah terjadi di Kelurahan Berngam, Binjai Kota. “Habis semua barang-barang terendam banjir. Sudah keliling banjirnya, warga payah keluar,” tambah warga Dwiki.
Fasilitas umum seperti Pasar Tavip di Binjai Kota pun terdampak. Sebab, aliran Sungai Bingai mengalir melintasi pasar yang akrab disebut Pajak Bawah hingga bermuara ke sungai di belakang daerah Percukaian, Kelurahan Pahlawan, Binjai Utara.
Menjelang subuh, giliran rumah di sepanjang aliran Sungai Mencirim terdampak. Ketinggian air mencapai dua meter. Bahkan salahsatu warga Bonjol, Kelurahan Setia, Binjai Kota ditaksir berusia 19 tahun, nyaris tewas. “Awalnya main-main air. Sudah sering kalau banjir gini anak-anak atau remaja tanggung lompat dari Titi Mencirim. Tapi entah bagaimana, ia hampir terhanyut. Selip anak itu karena pakai celana panjang,” ujar warga Kelurahan Mencirim, Binjai Timur.
Beruntung, remaja bernama Reza dapat diselamatkan temannya yang ketepatan ikut lompat dari Titi Mencirim.
“Lima kecamatan di Kota Binjai, terdampak banjir kiriman ini. Dari lima kecamatan, ada 16 kelurahan yang terdampak,” kata Koordinator Tim Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Kota Binjai, Surya.
“Sekitar dua ribuan jiwa terdampak dan tiga ribuan KK. Titi gantung di Limau Sundai aman. Datanya masih direkap ini, belum dapat totalnya,” sambung dia.
Wali Kota Binjai, H Muhammad Idaham sudah meninjau lokasi yang terdampak banjir di Perumnas Berngam, Jum’at (4/12) pagi. BPBD Kota Binjai pun sudah mendirikan posko penanggulangan bencana alam.
“Kita akan segera memberikan bantuan kepada masyarakat, karena saat ini masyarakat sulit beraktivitas. Obat-obatan juga akan kita beri karena banjir rawan penyebaran penyakitt,” ujar Idaham.
“Di tengah-tengah pandemi ini, jaga kesehatan ya bapak dan ibu. Saya berharap kita saling bahu-membahu dalam menanggulangi bencana ini,” tandas Idaham.
Ribuan Rumah Terdampak
Data sementara dihimpun BPBD Sumut, korban banjir di Kota Medan menyebabkan ribuan rumah terendam, dengan total 2.773 unit. Warga terdampak mencapai 1.983 KK dan 5.965 jiwa, yang tersebar di 7 kecamatan dan 13 kelurahan. Antara lain Kecamatan Medan Maimun, Medan Johor, Medan Selayang, Medan Tuntungan, Medan Baru, Medan Petisah dan Medan Polonia.
Untuk Kabupaten Deliserdang, banjir menimpa Desa Tanjungselamat dengan jumlah 500 rumah yang terendam banjir. Air juga merendam 400 rumah di Desa Sejarahbaru, Kecamatan Delitua, dengan ketinggian air mencapai 4-6 meter.
Di Kota Binjai, sebanyak 3.374 KK di 5 Kecamatan 16 Kelurahan yang terdampak banjir tersebut. Hujan dengan intesitas lebat yang terjadi pada kamis sore hingga malam mengakibatkan meluapnya DAS Bingai dan DAS Mencirim dan merendam ribuan rumah yang berada di sekitaran bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Binjai.
Jalur Medan-Binjai Terputus
Banjir mengakibatkan lumpuhnya aktivitas sejumlah masyarakat di Kota Medan. Tak hanya karena rumah terendam banjir, tapi akses jalan juga terputus karena ketinggian air mencapai 50 cm.
Salahsatunya di Jalan Medan-Binjai, tepatnya di depan Komplek Abdul Hamid, tak jauh dari Kelurahan Lalang Kecamatan Medan Sunggal.
Pantauan Sumut Pos, Jumat (4/12) pagi sekitar pukul 09.00 WIB, ratusan pengemudi sepeda motor dari arah Binjai menuju Medan tak berani melanjutkan perjalanan, karena sepeda motor mereka tidak mampu menerjang banjir yang menghadang.
“Sudah dari jam 7 aku berhenti, Bang. Sudah dua jam aku nunggu di sini, padahal masuk kantor jam 8. Kantorku di Jalan Gaharu. Tadi malam katanya sepinggang, ini sudah mulai surut. Tapi mulai surut pun ya selutut juga. Kayak mana mau lewat? Nggak tahu mau sampai jam berapa ini ditunggu biar bisa lewat,” ujar Wahyu kepada Sumut Pos.
Beberapa pengemudi sepeda motor yang nekat menerjang banjir, sebagian besar terpaksa berbalik dengan mendorong sepeda motornya yang mogok karena terendam air. “Mogoklah ini, jadi kerjaan. Tadi coba-coba mana tahu bisa lewat. Sampai di tengah, rupanya makin dalam banjirnya. Matilah mesinnya,” ujar salahseorang pengendara.
Sebagian besar pengendara memilih balik kanan dan tidak melanjutkan perjalanan.
Akibat banjir yang mengepung Kota Medan, sejumlah sepeda motor diizinkan masuk ke dalam jalan tol melalui pintu tol Sei Semayang di Jalan Medan-Binjai Km12,5, menuju Kota Medan. (mag-01/ted/prn)