MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jalur layang kereta api pertama di Sumatera Utara (Sumut), diresmikan Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, Sabtu (4/1). Jalur layang sepanjang 10,8 kilometer ini menghubungkan Stasiun Besar Kereta Api Medan dengan Kualanamu Internasional Airport (KNIA) di Kabupaten Deliserdang.
Budi Karya berharap, pengoperasian jalur layang kereta api ini dapat memberikan pelayanan terbaik, kenyamanan dan keamanan kepada masyarakat secara profesional. “Jangan sampai kita membangun transportasi massa, tetapi tidak maksimal,” kata Budi Karya kepada wartawan usai meresmikan jalur layang kereta api di Stasiun Besar Kota Medan, Sabtu (4/1).
Lanjut Budi mengatakan, Kota Medan sebagai kota megametropolitan harus memiliki transportasi modern. Ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan yang kerap terjadi di kota terbesar ketiga di Indonesia ini. “Supaya Medan tidak macet. Jika semua ke bandara menggunakan kereta api, maka kemacetan akan berkurang. Kita harap, jalur layang ini memberikan kenyamanan kepada masyarakat dalam menggunakan kereta api,” sebut Menhub.
Namun sayangnya, sejak dioperasikan jalur layang yang menghabiskan dana APBN sebesar Rp2,86 triliun ini pada 1 Desember 2019 lalu, jumlah penumpang hanya mengalami kenaikan sekitar 10 persen. Jumlah itu, kata Budi, tentunya belum maksimal, meski menunjukan hasil positif. “Belum optimal. Perlu dipikirkan penambahan stasiun dan opsi lainnya, agar penumpang yang naik bisa lebih banyak,” pintanya.
Menhub juga menyampaikan akan menginventarisasi kembali aset kereta api, terkait permintaan pengaktifan kembali jalur kereta api lama yang sudah ada. “Kami juga menginginkan Jalan Layang Kereta Api ibu bisa diteruskan hingga Binjai, kalau bisa pun nanti bapak Presiden yang meresmikan, namun untuk itu akan kita pelajari lebih lanjut, termasuk ide pengaktifkan kembali jalur ke Delitua dan Pancurbatu,” tutup Budi.
Sebelumnya, usulan pengaktifan kembali jalur kereta api Medan-Delitua-Pancurbatu ini disampaikan Wakil Gubernur Sumut (Wagubsu) Musa Rajekshah kepada Menhub dalam Diskusi Panel Pembangunan Jalan Layang Kereta Api Medan-Kualanamu, di Railink Stasiun Kereta Api, Jalan Stasiun Kereta, Medan, Sabtu (4/1). Hadir dalam diskusi itu Menhub Budi Karya Sumadi, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri, dan Plt Walikota Medan Akhyar Nasution, serta undangan lainnya.
Dalam kesempatan itu, Wagubsu yang akrab disapa Ijeck ini menyampaikan beberapa usulan untuk mengatasi persoalan lalu lintas di Kota Medan dan sekitarnya. Selain mengatasi kemacetan, juga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang transportasi, Wagubsu mengusulkan agar jalur lama kereta api diaktifkan kembali.
“Berhubung ada Pak Menteri di sini, saya ingin sampaikan bahwa di Sumut ada jalur kereta api yang sudah lama ada namun tidak aktif, seperti Medan-Delitua-Pancurbatu, semoga ke depanya bisa difungsikan kembali mengingat di wilayah tersebut tergolong padat penduduk, sehingga akan sangat terbantu bila dibuka kembali,” ujarnya.
Ijeck juga mengapresiasi pengoperasian jalan layang kereta api yang diyakini mampu mendorong percepatan pembangunan di Sumut. “Banyak jalur kereta api yang melewati persimpangan jalan, sehingga menimbulkan kemacetan di jalan, dengan adanya jalan layang kereta api ini kiranya dapat membantu mengatasi itu,” ujar Ijeck.
Ke depan, Wagub juga berharap, agar bisa jalan layang kereta api ini bisa dilanjutkan hingga ke Binjai. Sehingga nantinya akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kota Medan dan sekitarnya.
Wagub Juga mengharapkan dukungan dalam pembangunan angkutan umum massal di Sumut. “Kita juga punya rencana untuk membangun LRT dan BRT Mebidangro, dalam rangka mendukung kawasan strategis nasional (KSN) Mebidangro, yang juga sebagai salah satu infrastruktur pendukung dalam pelaksanaan PON 2024 di Sumut.
Kemudian juga ada pembangunan jalur kereta api Siantar-Parapat, dalam rangka pengembangan kawasan Danau Toba, dan juga kami mengharapkan reaktivasi pengoperasian kereta api penumpang lintas Medan-Belawan, sebagai angkutan kereta api perintis, dalam rangka mendukung konektivitas antar moda kereta api,” ucapnya.
Sementara, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, Zulfikri mengungkapkan, selain pembangunan jalur layang, dilakukan juga modernisasi Stasiun Medan, Pulau Brayan. Kemudian, pemasangan peralatan pendukung pelayanan di Stasiun Medan, pembangunan jalur ganda sepanjang 22 kilometer. Kemudian, juga pembangunan Stasiun Aras Kabu, Batangkuis, dan Bandar Khalipah.
“Dengan pembangunan elevated track itu telah menghilangkan 9 titik perlintasan sebidang. Waktu tempuh berkurang menjadi 28 menit dari 30 sapai 40 menit sebelumnya, serta jumlah perjalanan kereta bertambah dari 42 menjadi 50 per hari,” jelas Zulfikri.
Plt Wali Kota Medan, Akhyar Nasution mengungkapkan, dengan kehadiran jalur layang memberikan nuasa baru bagi transportasi di Kota Medan dan menekan kemacetan. “Kita mengapresiasi beroperasinya jalur layang kereta api ini. Semoga transportasi massal menjadi pilihan utama masyarakat,” kata Akhyar didampingi Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kota Medan Iswar Lubis.
Disampaikannya, Stasiun Besar Medan nantinya akan menjadi central hub atau pusat dari angkutan antar moda yang beroperasi di Kota Medan. Dengan begitu, transportasi massal menjadi angkutan utama dan pilihan bagi warga Medan dan sekitarnya. “Nantinya interchange angkutan massal antar moda di Kota Medan, adanya di sini. Sehingga, ini jadi jawaban kebutuhan angkutan massal kita,” tandas Akhyar.
Menyikapi usulan Wagubsu agar jalur kereta api Medan-Delitua dan Medan-Pancurbatu diaktifkan kembali, Anggota Komisi IV DPRD Medan, M Rizki Nugraha mendukung usulan itu. Namun, ia menyadari bahwa pengaktifan kembali jalur kereta tersebut bukanlah salah satu fokus pembangunan transportasi massal di 2020.
“Ya kita setuju-setuju saja, apabila ada angkutan massal dengan berbagai pilihan, termasuk kereta api. Tapi saya pikir saat ini fokusnya belum ke situ. Saat ini kita sedang mendorong pemerintah pusat agar fokus untuk segera membangun Terminal Amplas dan Pinangbaris menjadi terminal yang berkelas sesuai yang telah dijanjikan,” ucap Rizki kepada Sumut Pos, Minggu (5/1).
Selain itu, kata Rizki, ada beberapa program Pemko Medan lainnya yang saat ini sedang diperjuangkan untuk bisa terealisasi di tahun 2020. Salah satunya adalah dengan penerapan sistem transportasi buy the service yang disebut-sebut akan menjadi sistem transportasi yang dapat menekan angka penggunaan alat transportasi pribadi, khususnya kendaraan roda 4.
“Kalau terminal selesai dibangun, masyarakat pun mau masuk lagi ke dalam terminal dan pool bus liar bisa ditertibkan, ini saja akan memberikan pengaruh besar. Belum lagi kalau sistem buy the service tadi berhasil menekan angka penggunaan mobil pribadi, ini tentu akan sangat berdampak dalam menekan angka kemacetan di Kota Medan,” katanya.
Untuk itu, sebut Rizki, pihaknya akan berokus terlebih dahulu kepada hal-hal yang saat ini telah disepakati dengan pemerintah pusat yang dalam hal ini adalah Menteri Perhubungan. “Kita dorong pemerintah untuk fokus kepada dua hal ini dulu, supaya nanti programnya cepat terealisasi. Nanti bila sudah terlaksana, mungkin kita bisa fokus dengan rencana-rencana lainnya,” sebut Rizki.
Senada dengan Rizki, anggota Komisi IV lainnya, Dedy Aksyari Nasution juga mengatakan, pihaknya saat ini sedang fokus mendorong pemerintah pusat agar segera membangun Terminal Amplas dan Pinangbaris supaya dapay berfungsi kembali sebagaimana mestinya.
“Sudah berapa tahun kondisi terminal Amplas dan Pinangbaris itu begitu-begitu saja? Jadi kalau ada rencana untuk segera membangun, tentu itu yang harus jadi prioritas. Pool-pool bus liar itu juga harus segera ditertibkan kalau terminal sudah selesai,” terang Dedy.
Namun lanjut Dedy, bukan pihaknya tidak setuju dengan adanya wacana pengaktifan kembali jalur kereta api Medan-Delitua dan Medan-Pancurbatu. Akan tetapi, pengaktifan itu butuh pengkajian yang lebih jauh. (gus/prn)