23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Cikal Komunitas Saxophonis Kota Medan

Ikatan Mahasiswa Etnomusikologi Gelar Mini Konser Saxophone

Konser dengan penampilan kelompok band bukanlah hal yang aneh bagi masyarakat Kota Medan. Namun, konser yang menampilkan musik instrumental menjadi sangat menarik. Seperti apa?

Indra Juli, Medan

Kemarin (5/4), ‘Mini Konser Saxophone’ digelar di alun-alun Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU). Tak tanggung-tanggung, kursi yang disediakan panitia tidak mampu menampung penonton yang meluber hingga ke Jalan Perpustakaan USU itu.

Diawali Markus Sirait SSn lewat ‘St Elmo’s Fire’ yang dibawakan dengan sofran saxophone, dilanjutkan dengan Tumpal Saragih dengan ‘Stupid Human’, ‘Janji Suci’, dan ‘How Do I Live’. ‘Lagu untuk Mama’, ‘The Power of Love’ dibawakan dengan baik oleh Daniel Sianturi.

Satu lagu ‘KKEB’ pun tak kalah baik saat dibawakan dengan baby saxophone.

Dilanjutkan dengan Nielson Sihombing yang membawakan ‘Bunda’, ‘First Love’, dan ‘Everybody Knew’. Nuansa berbeda berhasil ditampilkan Brian Harefa lewat penampilan single one pada ‘Spain’ dan ‘Kaulah Segalanya’, juga ‘Shine Me’ yang dibawakan dengan sopran saxophone. Soedarsono Malau pun seolah tak ingin kalah dengan membawakan lagu tradisional Batak ‘Marhappy-happy’ yang dilanjutkan dengan ‘Pelangi’, dan ‘Sonda Me’.
Masih dengan alto saxophone, Welly Simbolon SSn cukup sukses membawakan ‘I Swear’, ‘Ku Menunggu’, dan ‘Jenuh’. Batoan Sihotang yang membawakan ‘Dream of Heaven’ diiringi piano dilanjutkan dengan ‘Pilihlah Aku’ dan ‘Chareless Whisper’. Ketiga lagu tadi dibawakan dengan saxophone alto.

Di sesi kedua Markus Sirait SSn tampil dengan baby saxophone untuk membawakan ‘Together Again’ dan ‘Viva Jump’. Kegiatan pun ditutup dengan penampilan Rudi Silitonga lewat ‘You are Still The One’, ‘Leleng’, dan ‘Home’ yang disambut riuh aplaus dari penonton. Terlebih home band yang diisi Senovian (gitar), Saridin (perkusi), David (piano), Andre (drum), Wingka (bass), Rony (gitar elektrik), Agus (syntesizer), Daniel Zai (bass editional), Andre (keyboard), dan Sandro (drum) juga menjalankan perannya dengan baik.

Cerahnya sore hari itu pun kian lengkap dinikmati dengan iringan nada-nada lembut dari instrumen woodwin tersebut. Apalagi kegiatan dikemas dengan konsep out door yang membuat penonton lebih santai menikmati penampilan sembilan saxophonis muda Kota Medan tadi.
Meskipun ditujukan untuk mahasiswa dan alumni etnomusikologi, kegiatan juga menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat yang kebetulan singgah. Beberapa bahkan sampai menghentikan kendaraannya dan menurunkan jendela untuk mendengar dan melihat kegiatan dari jauh.

Kegiatan turut diramaikan penampilan mahasiswa Departemen Etnomusikologi yang mengambil praktek mata kuliah musik dunia dengan membawakan aransemen musik klasik. Begitu juga dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Nomensen, Fakultas Seni Universitas Negeri Medan (Unimed), dan Sekolah Medan Musik (SMM).

“Saya lihat ini sebuah semangat untuk maju dari kawan-kawan kita di Etnomusikologi. Apalagi memang kegiatan seperti ini sangat jarang digelar di Kota Medan. Sementara pecinta dan pemain saxophone sendiri cukup banyak dan belum menemukan rumahnya,” ucap mahasiswa Fakultas Seni Musik Unimed, David Siagian.

Markus Sirait SSn sebagai koordinator menjelaskan ‘Mini Konser Saxophone’ merupakan gawean Ikatan Alumni Etnomusikologi bekerjasama dengan Ikatan Mahasiswa Etnomusikologi (IME) sebagai wadah bagi pecinta instrumen saxophone. Selain menjadi ajang unjuk kebolehan, ‘Mini Konser Saxophone’ juga diharapkan menjadi cikal dari Komunitas Saxophonis Kota Medan.

“Kalau di Jakarta komunitas ini seperti Rumah Tiup Tina Saxophon sudah ada dan mereka tetap eksis. Jadi dari kegiatan ini kita coba berkordinasi dengan saxophonis yang ada untuk membentuk komunitas Saxophonis Kota Medan. Ke depan kegiatan ini akan kita gelar secara kontinue,” ucap Markus.

Terhadap kegiatan, Markus mengakui masih merasakan beberapa kekurangan. Hal itu mengingat waktu persiapan yang mepet dan kesibukan pengisi kegiatan itu sendiri. “Usai kegiatan ini kita akan evaluasi. Memang karena hanya dua minggu, banyak kekurangan pada materi kegiatan. Ke depan kita coba membawakan lagu-lagu klasik juga dalam kemasan kegiatan agar tidak membosankan,” tambahnya.

Sementara Batoan Sihotang mengaku senang dengan terlaksananya kegiatan. “Senang sekali karena dari kegiatan ini kita bisa banyak belajar terutama dalam mental. Begitu juga sebagai pemacu untuk rajin berlatih,” ucapnya seraya berharap kegiatan berkelanjutan. (*)

Ikatan Mahasiswa Etnomusikologi Gelar Mini Konser Saxophone

Konser dengan penampilan kelompok band bukanlah hal yang aneh bagi masyarakat Kota Medan. Namun, konser yang menampilkan musik instrumental menjadi sangat menarik. Seperti apa?

Indra Juli, Medan

Kemarin (5/4), ‘Mini Konser Saxophone’ digelar di alun-alun Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU). Tak tanggung-tanggung, kursi yang disediakan panitia tidak mampu menampung penonton yang meluber hingga ke Jalan Perpustakaan USU itu.

Diawali Markus Sirait SSn lewat ‘St Elmo’s Fire’ yang dibawakan dengan sofran saxophone, dilanjutkan dengan Tumpal Saragih dengan ‘Stupid Human’, ‘Janji Suci’, dan ‘How Do I Live’. ‘Lagu untuk Mama’, ‘The Power of Love’ dibawakan dengan baik oleh Daniel Sianturi.

Satu lagu ‘KKEB’ pun tak kalah baik saat dibawakan dengan baby saxophone.

Dilanjutkan dengan Nielson Sihombing yang membawakan ‘Bunda’, ‘First Love’, dan ‘Everybody Knew’. Nuansa berbeda berhasil ditampilkan Brian Harefa lewat penampilan single one pada ‘Spain’ dan ‘Kaulah Segalanya’, juga ‘Shine Me’ yang dibawakan dengan sopran saxophone. Soedarsono Malau pun seolah tak ingin kalah dengan membawakan lagu tradisional Batak ‘Marhappy-happy’ yang dilanjutkan dengan ‘Pelangi’, dan ‘Sonda Me’.
Masih dengan alto saxophone, Welly Simbolon SSn cukup sukses membawakan ‘I Swear’, ‘Ku Menunggu’, dan ‘Jenuh’. Batoan Sihotang yang membawakan ‘Dream of Heaven’ diiringi piano dilanjutkan dengan ‘Pilihlah Aku’ dan ‘Chareless Whisper’. Ketiga lagu tadi dibawakan dengan saxophone alto.

Di sesi kedua Markus Sirait SSn tampil dengan baby saxophone untuk membawakan ‘Together Again’ dan ‘Viva Jump’. Kegiatan pun ditutup dengan penampilan Rudi Silitonga lewat ‘You are Still The One’, ‘Leleng’, dan ‘Home’ yang disambut riuh aplaus dari penonton. Terlebih home band yang diisi Senovian (gitar), Saridin (perkusi), David (piano), Andre (drum), Wingka (bass), Rony (gitar elektrik), Agus (syntesizer), Daniel Zai (bass editional), Andre (keyboard), dan Sandro (drum) juga menjalankan perannya dengan baik.

Cerahnya sore hari itu pun kian lengkap dinikmati dengan iringan nada-nada lembut dari instrumen woodwin tersebut. Apalagi kegiatan dikemas dengan konsep out door yang membuat penonton lebih santai menikmati penampilan sembilan saxophonis muda Kota Medan tadi.
Meskipun ditujukan untuk mahasiswa dan alumni etnomusikologi, kegiatan juga menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat yang kebetulan singgah. Beberapa bahkan sampai menghentikan kendaraannya dan menurunkan jendela untuk mendengar dan melihat kegiatan dari jauh.

Kegiatan turut diramaikan penampilan mahasiswa Departemen Etnomusikologi yang mengambil praktek mata kuliah musik dunia dengan membawakan aransemen musik klasik. Begitu juga dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Nomensen, Fakultas Seni Universitas Negeri Medan (Unimed), dan Sekolah Medan Musik (SMM).

“Saya lihat ini sebuah semangat untuk maju dari kawan-kawan kita di Etnomusikologi. Apalagi memang kegiatan seperti ini sangat jarang digelar di Kota Medan. Sementara pecinta dan pemain saxophone sendiri cukup banyak dan belum menemukan rumahnya,” ucap mahasiswa Fakultas Seni Musik Unimed, David Siagian.

Markus Sirait SSn sebagai koordinator menjelaskan ‘Mini Konser Saxophone’ merupakan gawean Ikatan Alumni Etnomusikologi bekerjasama dengan Ikatan Mahasiswa Etnomusikologi (IME) sebagai wadah bagi pecinta instrumen saxophone. Selain menjadi ajang unjuk kebolehan, ‘Mini Konser Saxophone’ juga diharapkan menjadi cikal dari Komunitas Saxophonis Kota Medan.

“Kalau di Jakarta komunitas ini seperti Rumah Tiup Tina Saxophon sudah ada dan mereka tetap eksis. Jadi dari kegiatan ini kita coba berkordinasi dengan saxophonis yang ada untuk membentuk komunitas Saxophonis Kota Medan. Ke depan kegiatan ini akan kita gelar secara kontinue,” ucap Markus.

Terhadap kegiatan, Markus mengakui masih merasakan beberapa kekurangan. Hal itu mengingat waktu persiapan yang mepet dan kesibukan pengisi kegiatan itu sendiri. “Usai kegiatan ini kita akan evaluasi. Memang karena hanya dua minggu, banyak kekurangan pada materi kegiatan. Ke depan kita coba membawakan lagu-lagu klasik juga dalam kemasan kegiatan agar tidak membosankan,” tambahnya.

Sementara Batoan Sihotang mengaku senang dengan terlaksananya kegiatan. “Senang sekali karena dari kegiatan ini kita bisa banyak belajar terutama dalam mental. Begitu juga sebagai pemacu untuk rajin berlatih,” ucapnya seraya berharap kegiatan berkelanjutan. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/