31 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Juara, Anak Jalanan Indonesia Jadi Inspirasi

Anak jalanan Indonesia berhasil menundukkan anak jalanan Brasil 3 gol tanpa balas dalam ajang Street Child World Cup (SCWC) 2014 di Brasil. Selain menjadi juara, tim Indonesia dikenal memiliki banyak keistimewaan. Apa saja?—

TATANG MAHARDIKA, Rio de Janeiro

PESERTA: Para peserta Street Child World Cup 2014 di Brasil saat mengikuti upacara penutupan.
PESERTA: Para peserta Street Child World Cup 2014 di Brasil saat mengikuti upacara penutupan.

NATHAN Erasmus tak mengerti sepatah kata pun bahasa Indonesia. Tapi, produser Gravy Media yang berayah Wales, beribu Afrika Selatan, dan kini tinggal di Brasil itu mengaku merinding ketika mengikuti langsung proses perekaman half time talk tim putra Indonesia saat melawan Brasil di Espaco Lonier, Vargem Pequena, Rio de Janeiro (1/4).

“Saya sampai merasa ikut terinspirasi melihat bagaimana pelatih kepala (Winaryo) membangkitkan motivasi para pemainnya dan bagaimana para pemain meresponsnya,” ujar Nathan.

Indonesia dan Brasil sama-sama gagal mencetak gol di 15 menit pertama duel yang berlangsung di “Stadion River Plate” tersebut. Tapi, Indonesia tampil menggila di babak kedua dan menghajar tuan rumah Street Child World Cup (SCWC) 2014 itu tiga gol tanpa balas.

“Melihat dari bagaimana pemain mereaksi motivational talk pelatih saja, saya sudah yakin bahwa Indonesia akan menang. Seolah mereka akan berangkat perang dan tak ada hal apa pun di dunia ini yang bisa menghalangi. Dari semua tim yang sudah diliput tim saya, Indonesia paling menarik,” kata Nathan yang dikontrak untuk membuat film dokumenter singkat tentang seluruh lawan yang dihadapi Brasil di SCWC 2014.

Bukan hanya Nathan yang mengakui daya tarik tim Indonesia putra dan putri di SCWC 2014. Garuda Baru “julukan tim SCWC 2014 Indonesia” bak magnet yang menarik berbagai media untuk datang mendekat. Tiap hari, sejak SCWC 2014 dimulai pada 28 Februari lalu, selalu ada sekitar 3-4 perwakilan media yang meminta waktu untuk wawancara dengan pemain atau pelatih. Atau, membuat profil tim.

Pertanyaan yang diajukan pun beragam. Kepada pelatih, pertanyaan yang diajukan umumnya berkaitan dengan taktik dan bagaimana meredam “keliaran” anak-anak jalanan dan menyatukannya dalam tim. Sedangkan kepada pemain, pertanyaan biasanya seputar awal mula menyukai sepak bola, pemain idola, kesan selama di Brasil, hingga prediksi siapa yang akan juara di Piala Dunia 2014.

“Karena saya suka (Andres) Iniesta, ya saya bilang saya jagoin Spanyol,” kata Suharja, penyerang andalan Indonesia yang terus terpilih sebagai player of the match dalam tiga laga Garuda Baru, seusai diwawancarai Gravy Media.

Perhatian media kepada SCWC 2014 yang berlangsung di Rio de Janeiro memang jauh lebih besar ketimbang SCWC 2010 di Durban, Afsel. Berbagai media besar dunia seperti BBC, AFP, Al Jazeera, dan Globo hadir. Dari Indonesia, Jawa Pos (Grup Sumut Pos) satu-satunya yang mengirimkan wakil. “Memang tim-tim lain juga diwawancarai. Tapi, setahu saya, tak ada yang sesering Indonesia,” kata Tommy Pratomo, koordinator sport activities tim Indonesia.

Tampilan gemilang tim putra sejak laga pertama melawan Afsel jadi salah satu penyebab. Apalagi, kemudian Mochammad Malik dkk sukses membungkam Brasil dan sebelumnya Liberia, semakin populerlah Garuda Baru. “Tiap saya tanya kepada pemain atau ofisial tim lain siapa tim favortit mereka, semua menjawab Indonesia,” kata Carolina Nakayama, reporter TV Global, Brasil.

Padahal, prestasi dua tim Garuda Baru tak imbang. Tim putri terus kalah dengan skor telak di dua laga grup 1. Tapi, toh setelah kekalahan kedua dari Zimbabwe Rabu lalu (2/4), Globo “kelompok media terbesar di Brasil yang memiliki 122 stasiun televisi dan pendapatan tahunannya nomor dua terbesar di dunia itu” tetap tertarik membuat liputan khusus.

“Mereka berencana mengirim kru ke Indonesia untuk melakukan liputan langsung tentang asal para pemain dan bagaimana proses kami dulu membentuk tim,” kata Ade M Lubis, asisten pelatih Indonesia.

Daya tarik tim putri Indonesia terletak pada sportivitas dan cara mereka menyikapi kekalahan. Mereka dianggap tim yang paling bisa merepresentasikan slogan SCWC 2014: more than a game. Baik ketika dikalahkan Brasil 0-14 maupun saat ditundukkan Zimbabwe 2-8, mereka tetap riang, ramah, dan bersahabat. Bahkan, saat melawan Zimbabwe, tiap gol yang lahir ke gawang Kurnia, para pemain Indonesia juga turut merayakan.

Karena itu, ketika Jessica Hutting, pendamping tim putri, meneruskan tawaran wawancara dari Jornal do Brasil seusai pertandingan, hampir seluruh pemain mengacungkan tangan tanda bersedia. Saking larisnya Garuda Baru, dua televisi (satu mewakili sponsor dan satunya lagi mewakili panitia penyelenggara) sampai berebut untuk mewawancarai terlebih dulu Suharja. Pasalnya, pemulung asal Jakarta tersebut menjadi player of the match dalam pertandingan melawan Afsel (30/3).

“Saya sampai bingung. Akhirnya dua perwakilan televisi itu saya suruh rundingan sendiri,” kata Aiken Setiawan, asisten pelatih Indonesia, yang menjadi penerjemah bagi Suharja. (*/c10/ca/jpnn)

Anak jalanan Indonesia berhasil menundukkan anak jalanan Brasil 3 gol tanpa balas dalam ajang Street Child World Cup (SCWC) 2014 di Brasil. Selain menjadi juara, tim Indonesia dikenal memiliki banyak keistimewaan. Apa saja?—

TATANG MAHARDIKA, Rio de Janeiro

PESERTA: Para peserta Street Child World Cup 2014 di Brasil saat mengikuti upacara penutupan.
PESERTA: Para peserta Street Child World Cup 2014 di Brasil saat mengikuti upacara penutupan.

NATHAN Erasmus tak mengerti sepatah kata pun bahasa Indonesia. Tapi, produser Gravy Media yang berayah Wales, beribu Afrika Selatan, dan kini tinggal di Brasil itu mengaku merinding ketika mengikuti langsung proses perekaman half time talk tim putra Indonesia saat melawan Brasil di Espaco Lonier, Vargem Pequena, Rio de Janeiro (1/4).

“Saya sampai merasa ikut terinspirasi melihat bagaimana pelatih kepala (Winaryo) membangkitkan motivasi para pemainnya dan bagaimana para pemain meresponsnya,” ujar Nathan.

Indonesia dan Brasil sama-sama gagal mencetak gol di 15 menit pertama duel yang berlangsung di “Stadion River Plate” tersebut. Tapi, Indonesia tampil menggila di babak kedua dan menghajar tuan rumah Street Child World Cup (SCWC) 2014 itu tiga gol tanpa balas.

“Melihat dari bagaimana pemain mereaksi motivational talk pelatih saja, saya sudah yakin bahwa Indonesia akan menang. Seolah mereka akan berangkat perang dan tak ada hal apa pun di dunia ini yang bisa menghalangi. Dari semua tim yang sudah diliput tim saya, Indonesia paling menarik,” kata Nathan yang dikontrak untuk membuat film dokumenter singkat tentang seluruh lawan yang dihadapi Brasil di SCWC 2014.

Bukan hanya Nathan yang mengakui daya tarik tim Indonesia putra dan putri di SCWC 2014. Garuda Baru “julukan tim SCWC 2014 Indonesia” bak magnet yang menarik berbagai media untuk datang mendekat. Tiap hari, sejak SCWC 2014 dimulai pada 28 Februari lalu, selalu ada sekitar 3-4 perwakilan media yang meminta waktu untuk wawancara dengan pemain atau pelatih. Atau, membuat profil tim.

Pertanyaan yang diajukan pun beragam. Kepada pelatih, pertanyaan yang diajukan umumnya berkaitan dengan taktik dan bagaimana meredam “keliaran” anak-anak jalanan dan menyatukannya dalam tim. Sedangkan kepada pemain, pertanyaan biasanya seputar awal mula menyukai sepak bola, pemain idola, kesan selama di Brasil, hingga prediksi siapa yang akan juara di Piala Dunia 2014.

“Karena saya suka (Andres) Iniesta, ya saya bilang saya jagoin Spanyol,” kata Suharja, penyerang andalan Indonesia yang terus terpilih sebagai player of the match dalam tiga laga Garuda Baru, seusai diwawancarai Gravy Media.

Perhatian media kepada SCWC 2014 yang berlangsung di Rio de Janeiro memang jauh lebih besar ketimbang SCWC 2010 di Durban, Afsel. Berbagai media besar dunia seperti BBC, AFP, Al Jazeera, dan Globo hadir. Dari Indonesia, Jawa Pos (Grup Sumut Pos) satu-satunya yang mengirimkan wakil. “Memang tim-tim lain juga diwawancarai. Tapi, setahu saya, tak ada yang sesering Indonesia,” kata Tommy Pratomo, koordinator sport activities tim Indonesia.

Tampilan gemilang tim putra sejak laga pertama melawan Afsel jadi salah satu penyebab. Apalagi, kemudian Mochammad Malik dkk sukses membungkam Brasil dan sebelumnya Liberia, semakin populerlah Garuda Baru. “Tiap saya tanya kepada pemain atau ofisial tim lain siapa tim favortit mereka, semua menjawab Indonesia,” kata Carolina Nakayama, reporter TV Global, Brasil.

Padahal, prestasi dua tim Garuda Baru tak imbang. Tim putri terus kalah dengan skor telak di dua laga grup 1. Tapi, toh setelah kekalahan kedua dari Zimbabwe Rabu lalu (2/4), Globo “kelompok media terbesar di Brasil yang memiliki 122 stasiun televisi dan pendapatan tahunannya nomor dua terbesar di dunia itu” tetap tertarik membuat liputan khusus.

“Mereka berencana mengirim kru ke Indonesia untuk melakukan liputan langsung tentang asal para pemain dan bagaimana proses kami dulu membentuk tim,” kata Ade M Lubis, asisten pelatih Indonesia.

Daya tarik tim putri Indonesia terletak pada sportivitas dan cara mereka menyikapi kekalahan. Mereka dianggap tim yang paling bisa merepresentasikan slogan SCWC 2014: more than a game. Baik ketika dikalahkan Brasil 0-14 maupun saat ditundukkan Zimbabwe 2-8, mereka tetap riang, ramah, dan bersahabat. Bahkan, saat melawan Zimbabwe, tiap gol yang lahir ke gawang Kurnia, para pemain Indonesia juga turut merayakan.

Karena itu, ketika Jessica Hutting, pendamping tim putri, meneruskan tawaran wawancara dari Jornal do Brasil seusai pertandingan, hampir seluruh pemain mengacungkan tangan tanda bersedia. Saking larisnya Garuda Baru, dua televisi (satu mewakili sponsor dan satunya lagi mewakili panitia penyelenggara) sampai berebut untuk mewawancarai terlebih dulu Suharja. Pasalnya, pemulung asal Jakarta tersebut menjadi player of the match dalam pertandingan melawan Afsel (30/3).

“Saya sampai bingung. Akhirnya dua perwakilan televisi itu saya suruh rundingan sendiri,” kata Aiken Setiawan, asisten pelatih Indonesia, yang menjadi penerjemah bagi Suharja. (*/c10/ca/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/