30.6 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Wanita pun Suka Batu

DANIL SIREGAR/SUMUT POS -  KOLEKSI: Seorang wanita memperlihatkan koleksi batu akik yang dimilikinya. Saat ini semakin banyak wanita yang menggandrungi batu akik.
DANIL SIREGAR/SUMUT POS – KOLEKSI: Seorang wanita memperlihatkan koleksi batu akik yang dimilikinya. Saat ini semakin banyak wanita yang menggandrungi batu akik.

SUMUTPOS.CO- Benarkah penggunaan batu permata didominasi kaum Adam? Ternyata tidak. Dalam keseharian kita sering melihat masih cukup banyak kaum Hawa yang menggunakannya, baik dalam bentuk liontin maupun yang diikat dalam bentuk cincin.

Tak hanya itu, bahkan jika mau jujur, sesungguhnya kaum wanita terlihat lebih piawai memadupadankan penggunaan batu permata dengan pakaiannya sehari-hari. Tak pelak, hal ini membuat si pengguna terlihat lebih berkelas jika dibanding kaum pria pengguna batu permata.

Seperti yang terlihat dari Veronica Dwi Febriani (31), Human Resources Development (HRD) di salah satu perusahaan swasta Medan ini tampak terbiasa memadupadankan fashionnya dengan accesories yang berbau dengan batu.

Ketika bertemu Sumut Pos, kemarin (5/9), Veronica menggenakan kemeja hitam dengan jilbab hijau motif bunga, dipadu cincin, kalung, dan gelang Jamrud Kalimantan, yang semuanya didominasi warna hijau. Ini membuat penampilannya semakin mewah dan elegan.

Istri dari Yandi Irawan Sutisna ini mengaku jika koleksi batu permatanya sudah mencapai puluhan, baik berupa cincin, gelang maupun liontin. “Itu punya saya saja. Lain lagi punya suami. Kalau ditotal jumlah semuanya bias mencapai ratusan,” ujar wanita yang akrab disapa Veron ini kepada Sumut Pos yang bertandang ke kantornya di Jalan Danau Toba, Medan.

Dilanjutkannya bahwa awal ketertarikannya terhadap batu akik sudah muncul sejak tahun 2010. Batu yang pertama yang dimilikinya adalah Jamrud Kalimantan. “Pertama kali dikasih sama pacar (sekarang suami, Red). Itu tahun 2010, dan batunya Jamrud Kalimantan, warnanya hijau sangat cantik. Dari situlah, saya mulai jatuh cinta sama batu permata,” katanya sembari mengatakan Suaminya juga kolektor batu akik.

Kecintaan Veron kepada batu semakin membuncah ketika sang suami semakin sering menghadiahinya beragam batu, baik yang berbentuk gelang, cincin dan liontin. Hingga akhirnya, koleksi Veron pun bertambah banyak. Namun yang paling berkesan tentu saja ketika suami menghadiahinya berlian ketika merayakan ulang tahun, sekitar dua tahun lalu.

“Semua koleksi saya pemberian suami. Biasanya jika saya kepingin, saya tinggal bilang saja ke dia (suami, Red) karena dia yang paling tahu tentang batu. Paling saya hanya tinggal menyebutin warnanya saja,” kata Veronica.

Veronica mengungkapkan bahwa saat ini dirinya mengoleksi jamrud kalimantan, black star, blue safir, red calcedoni, blue oval kalimaya, bacan, biduri bulan, red borneo, blackjade, lavender, giok dan teratai. “Semua suami yang kasih,” katanya lagi sembari menunjukkan batu akik koleksinya yang kemarin sengaja dibawa ke kantor.

Dalam aktivitas sehari-hari, Veron mengaku sering menggunakan black star, lavender dan red calcedoni karena warna dan bentuknya menarik. “Saya suka pakai yang jenis ini. Kadang saya pakai kerja, keluar rumah, undangan dan lainnya, saya sesuaikan sama pakaian,” katanya.

Veron menganggap koleksinya sudah cukup banyak, namun begitu Veron tak menampik jika dirinya masih mengingkan satu set perhiasan yang terbuat dari batu jamrud kalimantan. “Sudah lengkap dan cukup. Tapi kalau bisa, saya pengen yang zamrud Kalimantan. Tapi satu set lengkap, cincin, kalung, gelang serta antingnya,” katanya.

Saat ditanya, apakah Ia pernah merasa malu karena menggunakan batu cincin, Veron mengaku tidak pernah. “Gak perlu malu, yang penting pas di jari dan tangan kita. Kalau perempuan mau pakai, jangan terlalu besar, sedang saja atau sekalian kecil agar terlihat mewah. Pengikatnya juga dibuat sesederhana mungkin agar tidak terkesan norak. Hal terpenting saata memakai batu akik atau batu permata adalah rasa percaya diri,” katanya.

Hal sama juga disampaikan oleh Safrida (32), ibu dari satu orang anak ini juga mengaku suka koleksi batu akik karena suaminya. “Awalnya dikasih suami, abis itu jatuh cinta dan akhirnya ngoleksi sendiri,” katanya.

Promotion Supervisor Sumut di salah satu Perusahaan Swasta di Medan ini mengaku koleksinyaa juga sudah mencapai 30’an, bahkan bila digabung dengan koleksi anaknya yang masih duduk di bangku SD kelas 3, koleksinya sudah sampai 50’an. “Anak saya juga sangat suka, kalau digabungi koleksi kita sudah sampai 50’an. Kalau suami saya sih sudah ratusan,” katanya.

Koleksi Safrida diantaranya, Bacan Madina, Teratai, Blcak Jade, Cempaka Madu, dan lainnya. “Saya paling suka pakai Bacan dan Cempaka Madu. Cempaka Madunya itu dikasih sama almarhum mertua saya, sekitar 2 tahun lalu,” katanya.

Untuk membeli batu-batu ini, Safrida mengaku tidak perlu menghabiskan uang yang terlalu banyak, sebab ia lebih suka membeli bongkahan kemudian dibentuk sesuai dengan keinginannya. “Murah kok, kami kan lebih suka beli bongkahannya saja. Makanya, pintar cari batu bongkahannya, biar hasilnya maksimal,” katanya.

Di tempat terpisah, Murniwati Lubis (49) penduduk Jalan Intan Kelurahan Sungai Rengas II, Medan Area. Murniwati tertarik pada batu sejak masih duduk dibangku SMA, yakni tahun 80-an. Memang saat itu belum booming seperti sekarang, dimana semua kalangan memiliki batu.

“Saya tertarik dengan batu karena memang keindahannya, tidak menyangkut hal mistik. Apalagi kalau dirawat dan dikemas tentunya semakin cantik atau enak dilihat. Tidak mengandung mistik hanya keindahan,” kata Murniwati memulai perbicangaan saat ditemui di salah satu restoran di Palladium, Sabtu (5/9).

Diutarakannya, saat ini dirinya mengoleksi batu Bacan, Raflesia, Sungai Dareh, Panca Warna, Lumut Aceh dan lainnya. “Saya sampai tidak hafal jenis batunya karena beragam. Bahkan, kalau bisa jenis batu yang ada saya koleksi karena saya memang suka melihat keindahan dari beragam batu di Indonesia,” sebut perempuan yang menjabat sebagai Wakil Ketua Pramuka Medan ini.

Ia menuturkan, dari koleksi yang dimilikinya jenis batu yang paling disukai adalah Bacan. Karena, terus terang perubahannya cukup cepat dan kelihatan. “Batu ini (Bacan) sama seperti tanaman, asal tahu bagaimana merawat yang benar. Bila terawat pasti akan enak dilihat atau dipandang, sama seperti tanaman. Sebab, ini memiliki kepuasan batin tersendiri,” ungkap Murniwati.

Dilanjutkannya, batu tidak hanya dikoleksi saja tetapi perlu perawatan. Jika, tidak dirawat dengan benar nantinya akan rusak dan tentunya nilai keindahannya hilang.

Menurut Murniwati, batu Indonesia tidak kalah saing dengan yang ada di luar negeri. Tinggal, bagaimana mengemasnya supaya cantik dan enak dilihat. “Saya punya keinginan agar batu kita itu bisa mendunia. Misalkan, batu kita digunakan pada mahkota kerajaan dan dipakai oleh ratu di negara lain. Tentunya, ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita,” bilang Murniwati.

“Dibutuhkan perhatian dan peran pemerintah agar batu-batu dari Indonesia bisa berbicara di dunia internasional. Apalagi sampai saat ini belum ada lembaga resmi pemerintah yang mengurusi batu-batu akik ini. Padahal jika lembaga itu ada, saya yakin batu-batu dari Indonesia semakin mendunia.

Menyikapi hal itu. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengatakan bahwa sudah saatnya batu akik dari Indonesia dilestarikan sehingga tidak dikuasai pihak asing.

“Jangan sampai ke depan sumber daya alam batu akik, mulia, akan hilang dan anak cucu kita tak bisa menikmati dan memiliki batu yang kini kita miliki,” ujar Puan Maharani kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos), beberapa hri lalu.

Cucu proklamator Bung Karno itu mengajak untuk menjaga, mempromosikan kekayaan batu akik Indonesia. “Tapi kita harus ingat, semua sumber daya yang ada merupakan milik anak cucu kita dan untuk masa depan Indonesia,” ungkap Puan.

Dia pun meminta kementeiran terkait untuk memback up supaya fenomena batu akik tak cuma sesaat. Dia berharap bisa menopang perekonomian rakyat. “Sehingga tetap bisa tetap menghasilkan di tengah kondisi saat ini,” tuntas Puan. (boy/put/ris/ije/jpnn)

DANIL SIREGAR/SUMUT POS -  KOLEKSI: Seorang wanita memperlihatkan koleksi batu akik yang dimilikinya. Saat ini semakin banyak wanita yang menggandrungi batu akik.
DANIL SIREGAR/SUMUT POS – KOLEKSI: Seorang wanita memperlihatkan koleksi batu akik yang dimilikinya. Saat ini semakin banyak wanita yang menggandrungi batu akik.

SUMUTPOS.CO- Benarkah penggunaan batu permata didominasi kaum Adam? Ternyata tidak. Dalam keseharian kita sering melihat masih cukup banyak kaum Hawa yang menggunakannya, baik dalam bentuk liontin maupun yang diikat dalam bentuk cincin.

Tak hanya itu, bahkan jika mau jujur, sesungguhnya kaum wanita terlihat lebih piawai memadupadankan penggunaan batu permata dengan pakaiannya sehari-hari. Tak pelak, hal ini membuat si pengguna terlihat lebih berkelas jika dibanding kaum pria pengguna batu permata.

Seperti yang terlihat dari Veronica Dwi Febriani (31), Human Resources Development (HRD) di salah satu perusahaan swasta Medan ini tampak terbiasa memadupadankan fashionnya dengan accesories yang berbau dengan batu.

Ketika bertemu Sumut Pos, kemarin (5/9), Veronica menggenakan kemeja hitam dengan jilbab hijau motif bunga, dipadu cincin, kalung, dan gelang Jamrud Kalimantan, yang semuanya didominasi warna hijau. Ini membuat penampilannya semakin mewah dan elegan.

Istri dari Yandi Irawan Sutisna ini mengaku jika koleksi batu permatanya sudah mencapai puluhan, baik berupa cincin, gelang maupun liontin. “Itu punya saya saja. Lain lagi punya suami. Kalau ditotal jumlah semuanya bias mencapai ratusan,” ujar wanita yang akrab disapa Veron ini kepada Sumut Pos yang bertandang ke kantornya di Jalan Danau Toba, Medan.

Dilanjutkannya bahwa awal ketertarikannya terhadap batu akik sudah muncul sejak tahun 2010. Batu yang pertama yang dimilikinya adalah Jamrud Kalimantan. “Pertama kali dikasih sama pacar (sekarang suami, Red). Itu tahun 2010, dan batunya Jamrud Kalimantan, warnanya hijau sangat cantik. Dari situlah, saya mulai jatuh cinta sama batu permata,” katanya sembari mengatakan Suaminya juga kolektor batu akik.

Kecintaan Veron kepada batu semakin membuncah ketika sang suami semakin sering menghadiahinya beragam batu, baik yang berbentuk gelang, cincin dan liontin. Hingga akhirnya, koleksi Veron pun bertambah banyak. Namun yang paling berkesan tentu saja ketika suami menghadiahinya berlian ketika merayakan ulang tahun, sekitar dua tahun lalu.

“Semua koleksi saya pemberian suami. Biasanya jika saya kepingin, saya tinggal bilang saja ke dia (suami, Red) karena dia yang paling tahu tentang batu. Paling saya hanya tinggal menyebutin warnanya saja,” kata Veronica.

Veronica mengungkapkan bahwa saat ini dirinya mengoleksi jamrud kalimantan, black star, blue safir, red calcedoni, blue oval kalimaya, bacan, biduri bulan, red borneo, blackjade, lavender, giok dan teratai. “Semua suami yang kasih,” katanya lagi sembari menunjukkan batu akik koleksinya yang kemarin sengaja dibawa ke kantor.

Dalam aktivitas sehari-hari, Veron mengaku sering menggunakan black star, lavender dan red calcedoni karena warna dan bentuknya menarik. “Saya suka pakai yang jenis ini. Kadang saya pakai kerja, keluar rumah, undangan dan lainnya, saya sesuaikan sama pakaian,” katanya.

Veron menganggap koleksinya sudah cukup banyak, namun begitu Veron tak menampik jika dirinya masih mengingkan satu set perhiasan yang terbuat dari batu jamrud kalimantan. “Sudah lengkap dan cukup. Tapi kalau bisa, saya pengen yang zamrud Kalimantan. Tapi satu set lengkap, cincin, kalung, gelang serta antingnya,” katanya.

Saat ditanya, apakah Ia pernah merasa malu karena menggunakan batu cincin, Veron mengaku tidak pernah. “Gak perlu malu, yang penting pas di jari dan tangan kita. Kalau perempuan mau pakai, jangan terlalu besar, sedang saja atau sekalian kecil agar terlihat mewah. Pengikatnya juga dibuat sesederhana mungkin agar tidak terkesan norak. Hal terpenting saata memakai batu akik atau batu permata adalah rasa percaya diri,” katanya.

Hal sama juga disampaikan oleh Safrida (32), ibu dari satu orang anak ini juga mengaku suka koleksi batu akik karena suaminya. “Awalnya dikasih suami, abis itu jatuh cinta dan akhirnya ngoleksi sendiri,” katanya.

Promotion Supervisor Sumut di salah satu Perusahaan Swasta di Medan ini mengaku koleksinyaa juga sudah mencapai 30’an, bahkan bila digabung dengan koleksi anaknya yang masih duduk di bangku SD kelas 3, koleksinya sudah sampai 50’an. “Anak saya juga sangat suka, kalau digabungi koleksi kita sudah sampai 50’an. Kalau suami saya sih sudah ratusan,” katanya.

Koleksi Safrida diantaranya, Bacan Madina, Teratai, Blcak Jade, Cempaka Madu, dan lainnya. “Saya paling suka pakai Bacan dan Cempaka Madu. Cempaka Madunya itu dikasih sama almarhum mertua saya, sekitar 2 tahun lalu,” katanya.

Untuk membeli batu-batu ini, Safrida mengaku tidak perlu menghabiskan uang yang terlalu banyak, sebab ia lebih suka membeli bongkahan kemudian dibentuk sesuai dengan keinginannya. “Murah kok, kami kan lebih suka beli bongkahannya saja. Makanya, pintar cari batu bongkahannya, biar hasilnya maksimal,” katanya.

Di tempat terpisah, Murniwati Lubis (49) penduduk Jalan Intan Kelurahan Sungai Rengas II, Medan Area. Murniwati tertarik pada batu sejak masih duduk dibangku SMA, yakni tahun 80-an. Memang saat itu belum booming seperti sekarang, dimana semua kalangan memiliki batu.

“Saya tertarik dengan batu karena memang keindahannya, tidak menyangkut hal mistik. Apalagi kalau dirawat dan dikemas tentunya semakin cantik atau enak dilihat. Tidak mengandung mistik hanya keindahan,” kata Murniwati memulai perbicangaan saat ditemui di salah satu restoran di Palladium, Sabtu (5/9).

Diutarakannya, saat ini dirinya mengoleksi batu Bacan, Raflesia, Sungai Dareh, Panca Warna, Lumut Aceh dan lainnya. “Saya sampai tidak hafal jenis batunya karena beragam. Bahkan, kalau bisa jenis batu yang ada saya koleksi karena saya memang suka melihat keindahan dari beragam batu di Indonesia,” sebut perempuan yang menjabat sebagai Wakil Ketua Pramuka Medan ini.

Ia menuturkan, dari koleksi yang dimilikinya jenis batu yang paling disukai adalah Bacan. Karena, terus terang perubahannya cukup cepat dan kelihatan. “Batu ini (Bacan) sama seperti tanaman, asal tahu bagaimana merawat yang benar. Bila terawat pasti akan enak dilihat atau dipandang, sama seperti tanaman. Sebab, ini memiliki kepuasan batin tersendiri,” ungkap Murniwati.

Dilanjutkannya, batu tidak hanya dikoleksi saja tetapi perlu perawatan. Jika, tidak dirawat dengan benar nantinya akan rusak dan tentunya nilai keindahannya hilang.

Menurut Murniwati, batu Indonesia tidak kalah saing dengan yang ada di luar negeri. Tinggal, bagaimana mengemasnya supaya cantik dan enak dilihat. “Saya punya keinginan agar batu kita itu bisa mendunia. Misalkan, batu kita digunakan pada mahkota kerajaan dan dipakai oleh ratu di negara lain. Tentunya, ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita,” bilang Murniwati.

“Dibutuhkan perhatian dan peran pemerintah agar batu-batu dari Indonesia bisa berbicara di dunia internasional. Apalagi sampai saat ini belum ada lembaga resmi pemerintah yang mengurusi batu-batu akik ini. Padahal jika lembaga itu ada, saya yakin batu-batu dari Indonesia semakin mendunia.

Menyikapi hal itu. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani mengatakan bahwa sudah saatnya batu akik dari Indonesia dilestarikan sehingga tidak dikuasai pihak asing.

“Jangan sampai ke depan sumber daya alam batu akik, mulia, akan hilang dan anak cucu kita tak bisa menikmati dan memiliki batu yang kini kita miliki,” ujar Puan Maharani kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos), beberapa hri lalu.

Cucu proklamator Bung Karno itu mengajak untuk menjaga, mempromosikan kekayaan batu akik Indonesia. “Tapi kita harus ingat, semua sumber daya yang ada merupakan milik anak cucu kita dan untuk masa depan Indonesia,” ungkap Puan.

Dia pun meminta kementeiran terkait untuk memback up supaya fenomena batu akik tak cuma sesaat. Dia berharap bisa menopang perekonomian rakyat. “Sehingga tetap bisa tetap menghasilkan di tengah kondisi saat ini,” tuntas Puan. (boy/put/ris/ije/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/