25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

2 Warga Medan Korban Petrus di Tebing Tinggi

Satu Tewas, Satu Sekarat

TEBING TINGGI- Peristiwa penembakan misterius yang terjadi di dekade 1980-an yang dikenal dengan sitilah ‘Petrus’ terjadi di Tebing Tinggi, Rabu (5/10). Dua warga Medan menjadi korbannya. Satu bernama Herman Basuki (48), warga Jalan Balai Desa No 44, Kecamatan Medan Sunggal, tewas setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Herna, Tebing Tinggin
Sedangkan Sugiarto alias Tiar (32) penduduk Pasar 6, Jalan Belawan, Medan Labuhan, sekarat dan kini dirawat intensif di Rumah Sakit Bhayangkara Medan.

Kasat Reskrim Polres Tebing Tinggi, AKP Lili Astono, menduga kedua korban ditembak di sebuah café di belakang kantor PDIP di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, sekitar pukul 08.30 WIB. AKP Lili Astono masih belum bias menyimpulkan motif penembakan. “Kita masih mendalami kasus ini, informasi masih simpang siur, namun kami tetap berkordinasi dengan Polres Serdang Bedagai,” kata Lili.

Sedangkan menurut seorang perwira di Mapolresta Tebing Tinggi yang ditemui di RSU Bayangkara Medan, Sugiarto bertemu seseorang di Terminal Terpadu Amplas. Orang tersebut mengajak Sugiarto kerja di Sei Rampah.

“Orang itu ngajak ada job sewa ke Sei Rampah. Di Sei Rampah ketemu Basuki di sebuah cafe. Dilokasi itu lah mereka ditembak. Kemudian kedua korban diantar ke RS Herna naik Inova oleh orang yang belum diketahui identitasnya,” ujar perwira tersebut.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Heru Prakoso juga mengaku pihak kepolisian belum mengetahui motif penembakan. “Seorang pengantar sudah terdeteksi, sekarang sedang dimintai keterangan. Infonya penembakan itu terjadi pukul 03.00 WIB dini hari,” kata Heru.

Hingga kemarin, penyidik sedang meminta keterangan dari istri Herman Basuki. Polisi juga mengaku belum bisa membuktikan jenis peluru yang dipakai pelaku.

Penyidik polisi membenarkan kalau Herman Basuki adalah residivis yang pernah menjalani penahanan di Polres Belawan dan Lembaga Permasyarakatan (LP) di Belawan selama beberapa bulan pada
2004.

“Sugiarto  yang masih menjalani perawatan medis di rumah sakit Bhayangkara di Kota Medan menjadi saksi kunci penembakan,” kata AKP Lili.

Informasi yang berhasil dikumpulkan, Herman Basuki tewas setelah peluru menembus perut sebelah kanan. Jenazahnya divisum di RSUD Dr Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi.

Sedangkan korban sekarat, Sugiarto  mengalami luka tembak di sebelah kanan bawah dada. Menurut petugas medis Rumah Sakit Herna Tebing Tinggi, peluru bersarang di dekat paru-paru sehingga paru-paru sebelah kanan tertutup darah.

Menurut keterangan dokter jaga di Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit Herna, dr Samsul, kedua pasien diantar Bidan Anita Situmorang yang buka praktik di Jalan Cemara, Kota Tebing Tinggi. “Bidan itu mengantar dua pasien dengan luka tembak dalam keadaan luka parah, sekitar jam sembilan pagi. Sayang satu pasien meninggal sekitar jam 10,” ucap Samsul.

Korban tewas selanjutnya dibawah ke Rumah Sakit Bhayangkara Kota Tebing Tinggi, sedangkan korban yang masih sekarat langsung dilarikan pihak kepolisian ke Rumah Sakit Bahayangkara Medan.

Bidan Anita Situmorang yang ditemui di Jalan Cemara, Tebing Tinggi, mengaku menerima telepon dari Agus, pemilik balai pengobatan tradisional di Kota Tanjung Morawa, Deli Serdang. Menurut Agus, ada pasien dengan luka tembak yang akan diantar ke tempat pratek Bidan Anita. “Katanya mereka pelaku rampok. Itulah kata si Agus. Dia meminta tolong untuk merawat dua pasien luka tembak,” kata Anita.

Pukul 08.00, Bidan Anita menerima kedua pasien dengan luka tembak dibagian perut. Melihat luka yang dialami keduanya, Bidan Anita mengaku tidak mampu memberikan pertolongan. “Langsung saja kubawah ke Rumah Sakit Herna untuk dirawat,” kata Anita sambil menutup pintu.

Sementara dokter UGD di Rumah Sakit Bahyangkara Kota Tebing Tinggi belum bisa menyimpulkan jenis peluru yang digunakan pelaku. “Kami tidak berani memberikan komentar, itu seharusnya ada pemeriksaan tim forensik terlebih dahulu,” ujar dokter di sana.

Hal yang sama diucapkan pihak manajemen RSUD Dr Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi.

Istri Herman Basuki, Dariami alias Ani (43), mengetahui suaminya tewas dari suadaranya yang berada di Tebing Tinggi. Menurut Ani  yang ditemui di Mapolres Tebing Tinggi, dirinya tidak bertemu dengan suaminya sejak Minggu (2/10) lalu sekira pukul 17.00 WIB. “Sore itu, Herman pamitan pergi bekerja. Katanya dia mau berangkat ke Sidikalang membawa mobil kanvas untuk berjualan rokok,” aku Dariami.

“Dia langsung naik mobil angkot nomor 99 jurusan Pula Brayan-Sunggal. Itulah terakhir bertemu dengannya,” kata istrinya Dariami yang terus menangis.

Ani mengetahui suaminya bekerja serabutan sebagai sopir di Medan. Kalau sudah bekerja, suaminya jarang pulang.
Dariami berharap kepada kepolisian segera menangkap pelaku pembunuh suaminya dan mengungkap motif penembakan. “Saya meminta pihak kepolisian segera menangkap pelaku pembunuhnya dan diadili secara tegas,” pinta Dariami.

Sementara itu, Jumin (58), ayah Sugiarto,  mengetahui anak  ditembak dari pihak RSU Bayangkara Medan. “Sampai saya disini (RSU Bayangkara Medan), saya melihat anak saya terkulai karena ditembak orang,” ungkapnya.
Jumin yakin, anak pertamanya dari empat bersaudara tersebut tidak memiliki masalah dengan orang lain. Tetapi dirinya tidak mengetahui anaknya yang telah memberinya empat cucu itu berada Sei Rampah serta atas keperluan apa.
Sepengetahuan Jumin, anaknya bekerja sebagai sopir angkot Medan Bus 135 jurusan Martubung-Amplas.
“Saya meminta pihak kepolisian agar mengusut pelaku penembak anak saya,” pintanya.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Tebing, Iptu Pandu, mengaku belum mengetahui kronolagis maupun motif kejadian. Korban sendiri menurutnya belum bisa dimintai keterangan.
“Aku juga belum tau ini. Tadi korban ada di rumah sakit Herna, dan dirujuk kemari. Dia (korban.red) belum bisa dimintai keterangan,” ujarnya.(mag-3/mag-7/ari)

Satu Tewas, Satu Sekarat

TEBING TINGGI- Peristiwa penembakan misterius yang terjadi di dekade 1980-an yang dikenal dengan sitilah ‘Petrus’ terjadi di Tebing Tinggi, Rabu (5/10). Dua warga Medan menjadi korbannya. Satu bernama Herman Basuki (48), warga Jalan Balai Desa No 44, Kecamatan Medan Sunggal, tewas setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Herna, Tebing Tinggin
Sedangkan Sugiarto alias Tiar (32) penduduk Pasar 6, Jalan Belawan, Medan Labuhan, sekarat dan kini dirawat intensif di Rumah Sakit Bhayangkara Medan.

Kasat Reskrim Polres Tebing Tinggi, AKP Lili Astono, menduga kedua korban ditembak di sebuah café di belakang kantor PDIP di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban, sekitar pukul 08.30 WIB. AKP Lili Astono masih belum bias menyimpulkan motif penembakan. “Kita masih mendalami kasus ini, informasi masih simpang siur, namun kami tetap berkordinasi dengan Polres Serdang Bedagai,” kata Lili.

Sedangkan menurut seorang perwira di Mapolresta Tebing Tinggi yang ditemui di RSU Bayangkara Medan, Sugiarto bertemu seseorang di Terminal Terpadu Amplas. Orang tersebut mengajak Sugiarto kerja di Sei Rampah.

“Orang itu ngajak ada job sewa ke Sei Rampah. Di Sei Rampah ketemu Basuki di sebuah cafe. Dilokasi itu lah mereka ditembak. Kemudian kedua korban diantar ke RS Herna naik Inova oleh orang yang belum diketahui identitasnya,” ujar perwira tersebut.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Heru Prakoso juga mengaku pihak kepolisian belum mengetahui motif penembakan. “Seorang pengantar sudah terdeteksi, sekarang sedang dimintai keterangan. Infonya penembakan itu terjadi pukul 03.00 WIB dini hari,” kata Heru.

Hingga kemarin, penyidik sedang meminta keterangan dari istri Herman Basuki. Polisi juga mengaku belum bisa membuktikan jenis peluru yang dipakai pelaku.

Penyidik polisi membenarkan kalau Herman Basuki adalah residivis yang pernah menjalani penahanan di Polres Belawan dan Lembaga Permasyarakatan (LP) di Belawan selama beberapa bulan pada
2004.

“Sugiarto  yang masih menjalani perawatan medis di rumah sakit Bhayangkara di Kota Medan menjadi saksi kunci penembakan,” kata AKP Lili.

Informasi yang berhasil dikumpulkan, Herman Basuki tewas setelah peluru menembus perut sebelah kanan. Jenazahnya divisum di RSUD Dr Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi.

Sedangkan korban sekarat, Sugiarto  mengalami luka tembak di sebelah kanan bawah dada. Menurut petugas medis Rumah Sakit Herna Tebing Tinggi, peluru bersarang di dekat paru-paru sehingga paru-paru sebelah kanan tertutup darah.

Menurut keterangan dokter jaga di Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit Herna, dr Samsul, kedua pasien diantar Bidan Anita Situmorang yang buka praktik di Jalan Cemara, Kota Tebing Tinggi. “Bidan itu mengantar dua pasien dengan luka tembak dalam keadaan luka parah, sekitar jam sembilan pagi. Sayang satu pasien meninggal sekitar jam 10,” ucap Samsul.

Korban tewas selanjutnya dibawah ke Rumah Sakit Bhayangkara Kota Tebing Tinggi, sedangkan korban yang masih sekarat langsung dilarikan pihak kepolisian ke Rumah Sakit Bahayangkara Medan.

Bidan Anita Situmorang yang ditemui di Jalan Cemara, Tebing Tinggi, mengaku menerima telepon dari Agus, pemilik balai pengobatan tradisional di Kota Tanjung Morawa, Deli Serdang. Menurut Agus, ada pasien dengan luka tembak yang akan diantar ke tempat pratek Bidan Anita. “Katanya mereka pelaku rampok. Itulah kata si Agus. Dia meminta tolong untuk merawat dua pasien luka tembak,” kata Anita.

Pukul 08.00, Bidan Anita menerima kedua pasien dengan luka tembak dibagian perut. Melihat luka yang dialami keduanya, Bidan Anita mengaku tidak mampu memberikan pertolongan. “Langsung saja kubawah ke Rumah Sakit Herna untuk dirawat,” kata Anita sambil menutup pintu.

Sementara dokter UGD di Rumah Sakit Bahyangkara Kota Tebing Tinggi belum bisa menyimpulkan jenis peluru yang digunakan pelaku. “Kami tidak berani memberikan komentar, itu seharusnya ada pemeriksaan tim forensik terlebih dahulu,” ujar dokter di sana.

Hal yang sama diucapkan pihak manajemen RSUD Dr Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi.

Istri Herman Basuki, Dariami alias Ani (43), mengetahui suaminya tewas dari suadaranya yang berada di Tebing Tinggi. Menurut Ani  yang ditemui di Mapolres Tebing Tinggi, dirinya tidak bertemu dengan suaminya sejak Minggu (2/10) lalu sekira pukul 17.00 WIB. “Sore itu, Herman pamitan pergi bekerja. Katanya dia mau berangkat ke Sidikalang membawa mobil kanvas untuk berjualan rokok,” aku Dariami.

“Dia langsung naik mobil angkot nomor 99 jurusan Pula Brayan-Sunggal. Itulah terakhir bertemu dengannya,” kata istrinya Dariami yang terus menangis.

Ani mengetahui suaminya bekerja serabutan sebagai sopir di Medan. Kalau sudah bekerja, suaminya jarang pulang.
Dariami berharap kepada kepolisian segera menangkap pelaku pembunuh suaminya dan mengungkap motif penembakan. “Saya meminta pihak kepolisian segera menangkap pelaku pembunuhnya dan diadili secara tegas,” pinta Dariami.

Sementara itu, Jumin (58), ayah Sugiarto,  mengetahui anak  ditembak dari pihak RSU Bayangkara Medan. “Sampai saya disini (RSU Bayangkara Medan), saya melihat anak saya terkulai karena ditembak orang,” ungkapnya.
Jumin yakin, anak pertamanya dari empat bersaudara tersebut tidak memiliki masalah dengan orang lain. Tetapi dirinya tidak mengetahui anaknya yang telah memberinya empat cucu itu berada Sei Rampah serta atas keperluan apa.
Sepengetahuan Jumin, anaknya bekerja sebagai sopir angkot Medan Bus 135 jurusan Martubung-Amplas.
“Saya meminta pihak kepolisian agar mengusut pelaku penembak anak saya,” pintanya.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Tebing, Iptu Pandu, mengaku belum mengetahui kronolagis maupun motif kejadian. Korban sendiri menurutnya belum bisa dimintai keterangan.
“Aku juga belum tau ini. Tadi korban ada di rumah sakit Herna, dan dirujuk kemari. Dia (korban.red) belum bisa dimintai keterangan,” ujarnya.(mag-3/mag-7/ari)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/