MEDAN-Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2010 dari 240 depot air isi ulang yang mendapatkan rekomendasi Dinkes Medan, 48 di antaranya atau sekitar 20 persen airnya terkontaminasi bakteri Essester Coli (E-Coli). Hal ini disampaikan Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Medan, Oden Tara Sembiring dalam pelatihan jurnalistik hygiene dan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di Horison Hotel, Berastagi, Jumat (5/10).
“Dari hasil pemeriksaan yang kita lakukan, masih banyak depot air minum yang mengandung bakteri E-Coli yakni bakteri dari pencemaran tinja, yang berada di dalam usus hewan dan manusia,”ujarnya.
Hanya saja menurut pengakuan Oden, pada 2011 Dinkes tidak melakukan pemeriksaan dikarenakan ketiadaan anggaran melalui program kerja yang diusulkan. Sementara itu, untuk tahun 2012, Oden menyebutkan jika pihaknya melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah depot air minum isi ulang.
Hanya saja jumlahnya lebih sedikit, yakni terhadap 35 depot air minum, dan 10 diantaranya airnya terkontaminasi bakteri E-Coli.
“Sebenarnya pemeriksaan terkait kualitas kebersihan dan keamanan air di depot air minum isi ulang ini mau diperluas. Namun karena pengambil kebijakan tidak memprioritaskan hal yang menyangkut masyarakat, tentu saja tidak bisa dilakukan karena keterbatasan anggaran,”terangnya.
Oden tidak menampik jika pengambil kebijakan lebih memprioritaskan kepada anggaran pengadaan barang ketimbang kepentingan masyarakat.
“Fakta yang ada tahun 2011, dari 15 program yang menyangkut kepentingan masyarakat ketika diajukan, hanya 11 saja yang disetujui. Bahkan pada 2012 dari 10 pengajuan hanya empat yang disetujui,”ucapnya lagi.
Disinggung mengenai peranan Dinkes dalam perizinan, menurut Oden hanya sebatas memberikan rekomendasi.
Sedangkan izinnya dikeluarkan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Medan.
“Sebelum dikeluarkan izin oleh BPTSP, Dinkes Medan melakukan tinjauan terlebih dahulu untuk mengeluarkan rekomendasinya. Dalam hal ini Dinkes Medan juga tidak bisa melakukan penindakan jika masih banyak depot yang mengandung bakteri E-coli, karena hanya sebatas pembinaan dan sosialisasi,”tegasnya.
Disisi lain, Oden juga menilai, pemahaman masyarakat masih rendah mengenai hidup bersih.
Ditambah pola pengelolaan sampah yang belum baik, menjadi alasan mengapa Medan masih sulit menjadi kota yang hygiene. Rendahnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang sanitasi ditandai dengan masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki jamban dan masih adanya pola kebiasaan membuang sampah dan buang air besar sembarangan (BABS).
“Buruknya sanitasi ini, oleh Dinas Kesehatan Kota Medan sebagai pemicu tingginya diare dikota medan. Bahkan berdasarkan data, kasus diare dalam 2 tahun terakhir mencapai 32.391 pada tahun 2010 dan 30.380 pada tahun 2011,” terangnya.
Pemerintah sendiri, sambungnya, terus berupaya menekan angka ini dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti media massa dan juga lembaga swadaya masyarakat. (uma)
Hasil Pemeriksaan Tahun ke Tahun
- Tahun 2010 dari 240 depot air isi ulang yang mendapatkan rekomendasi Dinkes Medan 48 di antaranya airnya terkontaminasi bakteri Essester Coli (E-Coli).
- Tahun 2011 Dinkes tidak melakukan pemeriksaan dikarenakan ketiadaan anggaran melalui program kerja yang diusulkan.
- Tahun 2012 dari 35 depot air minum yang diperiksa 10 depot diantaranya airnya terkontaminasi bakteri E-Coli.
- Tahun 2011 dari 15 yang mengajukan rekomendasi hanya 11 depot yang disetujui.
- Tahun 2012 dari 10 depot yang mengajukan rekomendasi hanya 4 depot yang disetujui.
Sumber: Data Dinas Kesehatan Kota Medan