2 Korban Kebakaran Pabrik Sarung Tangan Diotopsi di Pirngadi
MEDAN-Satu lagi jasad korban kebakaran pabrik sarung tangan di KIM 1 Mabar, Kamis malam (1/11) sekitar pukul 20.00 WIB lalu, kembali ditemukan di lokasi. Keluarga yakin jasad terakhir tersebut merupakan Siti Minarsih (25), warga Marelan Pasar 2 Barat, Gang Keluarga 3.
Menurut Herman (54), paman Siti Minarsih, saat ikut mengantarkan jasad korban yang telah menjadi abu saat meninggal dia (Siti) tidak mengenakan aksesoris apapun jadi agak susah memang menemukan jasadnya.
“Tapi kalau insting saya jasad yang ditemukan hari ini adalah keponakan saya. Karena paman Siti yang lain yakni Sholihin tadi malam bermimpi, mendapat tanda, jika jasad Siti berada tepat di lokasi penemuannya tadi,”ujar Herman.
Masih menurut Herman, sebelumnya keluarga selama dua hari penuh mencari keberadaan Siti di lokasi kejadian. Mereka berharap Siti ditemukan dalam kondisi masih bernyawa.
“Jika memang kenyataannya dia tidak bernyawa lagi, kami keluarg sudah pasrah dan merelakan kepergiannya,”ungkap Herman pilu.
Penemuan jasad yang diduga Siti tersebut tersebut selanjutnya dievakuasi ke RSUD dr Pirngadi Medan untuk menjalani otopsi.
Hingga kemarin, ada dua mayat masuk Instalasi Jenazah RSUD dr Pirngadi Medan, satu lagi diduga Abdul Zakaria (31), warga Tanjungbalai, yang berdomisili di Medan. Pengakuan abang korban M Yusuf (36) yang turut menghantarkan jasad, Minggu siang (4/11), awalnya keluarga sempat tak menyangka kalau serpihan tulang yang sebagian sudah menjadi abu. Namun begitu diperhatian, ternyata tulang yang sudah dalam kondisi hangus tersebut memang merupakan kerangka manusia.
Keyakinan keluarga, Zaka semakin kuat begitu melihat celana jeans lee yang gosong tersebut mirip dengan celana yang dipakai korban sebelum berangkat meninggalkan rumah di Jalan Manggaan II Lorong Pahlawan, Kecamatan Medan Deli.
Untuk memastikan jasad tersebut, M Yusuf membawa ibu kandung mereka Sarija Sinaga (62). Hanya saja Sarija tidak begitu yakin jika anaknya telah tewas terpanggang api. Namun, meskipun begitu dirinya telah mengikhlaskan jika memang jasad yang telah menjadi abu itu adalah anak kandungnya.
“Saya ikhlas untuk melepas kepergiannya (Abdul Zakaria) jika memang itu adalah anakku,”sembari mengaku akan tetap menunggu hasil tes DNA yang dilakukan oleh petugas instalasi jenazah RSUD dr Pirngadi Medan, demi mendapatkan kepastian. (uma)
Tunggu Abang di Rumah, Ini Hari Gajian
Kabar ditemukannya jasad Zaka membuat Rahmadani (25), istrinya tak kuasa menahan tangis. Wanita yang baru 31 hari lalu melahirkan anak kedua itu langsung berlinang air mata.
“Sebelum ini terjadi memang aku tidak merasakan tanda atau firasat apapun. Tapi beberapa hari sebelum kejadian suamiku itu lebih banyak diam dan melamun,” ujarnya.
Kalimat terakhir yang keluar dari mulut suaminya beberapa menit sebelum korban pergi meninggalkan rumah sekitar pukul 14.30 WIB, untuk menuju ke pabrik sarung tangan tempatnya mencari nafkah.
“Tunggu di rumah, ini hari abang gajian dan pulang kerja jam sebelas malam,” ungkap, Ramadani menirukan ucapan suaminya.
Sekitar pukul 20.30 WIB, Ramadani mendengar telepon selular suaminya yang ditinggal di rumah berdering. Saat diangkat terdengan suara seorang perempuan mengaku teman kerja, Zaka meminta aku untuk melihat suamiku.
“Bagitu ku angkat perempuan kawan kerjanya bilang, kak tolong lihat abang itu. Terus aku jawab kenapa, aku belum bisa keluar karena belum lepas dapur sehabis melahirkan. Nggak lama handphonenya mati,” tuturnya sedih.
Tidak berapa lama, handpone kembali berdering. Kali ini, M Yusuf teman kerja korban yang menghubunginya untuk memberikan kabar.
“Dia bilang pabrik terbakar, suamiku sekarang di rumah sakit karena mukanya ikut terbakar. Mendengar kabar itu aku langsung pergi ke rumah sakit, tapi setelah ku cek suamiku tak ada di rawat di RSU Mitra Medika,” ucapnya.
Belakangan, Ramadani menerima kabar kalau suaminya masih terjebak di dalam kobaran api yang membakar pabrik tempatnya bekerja. Setelah dilakukan upaya pencarian selama empat hari akhirnya keluarga menemukan tulang-tulang diperkirakan jasad, Zaka yang telah hangus terbakar.
“Sekarang aku harus sendiri membesarkan, Akbar dan adiknya yang masih berusia satu bulan. Dan putri bungsuku yang baru lahir ini akan kuberi nama, Zakia nantinya. Untuk mengenang ayahnya,” ungkap isteri korban.
Sejak peristiwa kebakaran di pabrik sarung tangan terjadi, hingga kini upah ratusan pekerjannya belum juga dibayar. Pihak menejemen PT Indoglove sendiri berjanji akan membayar pekerjanya hari ini, Senin (5/11).
“Tadi personalia perusahaan sudah memberitahukan, kalau besok (Senin, Red) gaji suamiku akan dibayar. Sedangkan soal biaya lain tak ada dibicarakan,” kata Rahmadani.
Menurut dia, suaminya, Zakaria bekerja di pabrik sarung tangan selama empat bulan. Korban bekerja sebagai buruh pabrik setelah berhenti dari pekerjaan lamanya sebagai Satpam di Universitas Nommensen Medan.
“Kalau jadi buruh pabrik dia baru kali ini, biasanya suamiku itu kerjaannya sehari-hari sebagai satpam dan terakhir satpam di Nommensen,” sebutnya.
Berhenti jadi satpam, tak membuat Zakaria menganggur lama. Setelah sempat beberapa hari menganggur di rumah, korban lalu dimasukkan sebagai buruh di PT Indoglove oleh tetangga di sekitar kediamannya.
“Yang masukan dia kerja di pabrik sarung tangan tetangga di sini, begitu lamaran kerja dibuat suamiku langsung diterima bekerja. Tapi empat belun bekerja dia langsung pergi meninggalkan kami semua,” ungkap Ramadani berurai air mata.(uma/mag-17)