MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi nekat Sri Dewi (15) yang melompat dari lantai 2 rumah majikannya, di Jalan Denai, Lingkungan I, Kel. Tegal Sari Mandala I, Kec. Medan Denai, Jumat (5/12) sekira pukul 10.00 Wib kemarin, terjadi karena si pembantu merasa diperlakukan seperti budak.
Majikan Dewi bernama Sharmila (40) pun diboyong ke Mapolsek guna dimintai keterangan.
Ditemui di RS Muhammadiyah, Dewi mengatakan kalau dirinya nekat melarikan diri dan melompat dari lantai 2 rumah majikannya karena kerap dimaki dan dianiaya.
“Aku nggak tahan lagi di rumah Bu Mila. Macam budak aku dibuatnya. Kalau kerjaanku tidak sesuai dengan permintaannya, dia langsung memaki dan menjambakku sambil menghantamkan kepalaku ke dinding,” ungkapnya.
“Kalau ini (menunjuk wajahnya yang memar) karena dijedutkan ke dinding. Awalnya, aku bangun jam 5 pagi dan langsung masak air terus nyiapin air hangat buat mandi anak-anak majikanku. Karena terlambat, dia langsung marah dan menjambak rambutku sambil menghantamkan mukaku ke dinding,” bebernya.
Terkait aksi nekatnya, gadis asal Tanjung Tiram, Gang Singas, Kab. Batubara ini menyebutkan, pagi itu dia dikurung majikannya di kamar lantai 2. Takut sesuatu terjadi pada dirinya, Dewi pun mencari cara untuk kabur hingga akhirnya terlintas dipikirannya untuk keluar dari jendela kamar.
Tanpa memikirkan lagi risikonya, Dewi yang mengetahui majikannya akan pergi mengambil laundry, menunggu waktu yang tepat. Sesaat melihat sang majikan pergi, dia pun melompat dari jendela.
“Baru 4 hari kerja, aku sudah dimaki dan dicubit sampai lenganku biru. makanya pas dikurung, aku nekat kabur begitu melihat majikanku pergi,” akunya.
Ditambahkan Dewi, dua hari sebelum aksi nekatnya, dia sempat minta pulang ke kampung tapi tidak diperbolehkan. “Enak kali kau (maaf) lonte, udah koyak uangku (biaya transport, red) kau buat,” ujar Dewi mengulang ucapan majikannya.
Keterangan serupa disampaikan Dewi ketika dikunjungi Kapolsek Medan Area, AKP Yudi Sik SH di RS Muhamadiyah. “Alhamdulilah aku bebas. Aku mau pulang, aku rindu kampungku, Pak,” ujarnya kepada Yudi.
“Kamu nggak sakit kakinya? Yang mana yang sakit? Kamu kan tadi lompat dari gedung?” tanya Yudi. “Saya sehat, Pak, saya mau pulang,” jawab Dewi sambil menangis.
Dikisahkannya, dia sampai ke Medan karena ditawari kerja oleh seorang bernama Ayu. Begitu menerima tawaran itu, mereka pun berangkat ke Medan. “Pas sampai Medan, kami (Dewi dan Ayu) dijemput orang India naik mobil sedan,” imbuhnya.
Setelah itu, dia dititipkan di rumah seorang bernama Nai. “Aku seminggu di rumah bu Nai tanpa kerja. Tapi selama disana, aku ditakut-takuti. Katanya Kota Medan kejam. Kalau nggak kerja, nggak makan,” kenangnya sembari mengaku hanya diberi makan sehari sekali oleh Nai.
Oleh Nai, korban lalu diantarkan ke rumah Sharmila. “Ampun kali selama 14 hari di rumah Buk Sharmila. Aku macam budak. Kalau tidak mau membersihkan kotoran anaknya, aku dikurungnya di kamar mandi,” sedihnya.
Tak lama bercerita, pihak rumah sakit merujuk korban ke RSU Pirngadi Medan, karena kodisinya semakin lemah. “Nenek dan keluargaku di Batubara harus tau kalau aku susah disini. Bukannya uang kudapat, tapi makian dan siksaan,” pinta Dewi sebelum dibawa ke RSU Pirngadi Medan dengan menggunakan mobil ambulans.
Kepala Lingkungan I, Kel. Tegal Sari Mandala I, Kec. Medan Denai bernama Kamil (45) mengatakan, Sharmila baru setahun tinggal di sana. “Majikan korban membuka usaha kelontong. Terkait korban, majikannya belum ada melapor kepada kita,” ujarnya. (mri/sor/ras)