31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

13 Ribu Warga Sumut Alami Gangguan Jiwa

ANDRI GINTING/SUMUT POS PASIEN: Sejumlah pasien di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Provinsi Sumatera Utara bersama para perawat. Sejumlah Mahasiswi Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) saat mewawancarai pasien yang mengalami gangguan kejiwaan yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Provinsi Sumatera Utara, Selasa (6/1).
ANDRI GINTING/SUMUT POS
PASIEN: Sejumlah pasien di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Provinsi Sumatera Utara bersama para perawat.

Jumlahnya Meningkat 100 Persen

MEDAN, SUMUTPOS.CO-Warga Sumatera Utara yang mengalami gangguang jiwa mengalami peningkatan jumlah dalam kurun waktu selama 2014. Hal ini terbukti dari  data pasien rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Provinsi Sumatera Utara. Terutama peningkatan pada pasien yang menggunakan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Berdasarkan data yang diperoleh, tahun 2014 sebanyak 13.015 pasien yang berkunjung di RSJ Daerah Provsu di Jalan Tali Air No 21 Medan. Dari jumlah 13.015 pasien yang berkunjung, rianciannya adalah 11.683 pasien dan rawat inap sebanyak 1.332 pasien. Jumlah data tersebut memperlihatkan terdapat kenaikan jumlah pasien di banding tahun 2013, hanya 7.907 pasien saja, yakni total dari  7.313 pasien rawat jalan dan 594 pasien rawat inap. Artinya, terjadi peningkatan 100 persen.

Wadir Pelayanan RSJ Provsu, dr Dapot Parulian Gultom mengatakan, pasien rawat jalan terbanyak ada pada bulan Juni, yakni sebanyak 1.272 pasien. Sementara pasien rawat inap terbanyak ada di bulan November, yakni sebanyak 186 pasien.”Di tahun 2013 pasien paling banyak menggunakan layanan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Askes, dan SKTM (surat keterangan tidak mampu). Nah, memasuki 2014 pemerintah mengesahkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan yang saat ini hampir seluruh-nya pasien menggunakan kartu BPJS Kesehatan ini,” katanya, Selasa (6/1) .

Sedangkan data pasien terbaru terhitung pada 1 Januari sampai 5 Januari 2015, lanjutnya, ada 380 pasien dengan gangguan jiwa yang sedang rawat inap, yakni pasien dengan BPJS Kesehatan, maupun pasien umum.”Sementara untuk pasien rawat jalan di rumah sakit ini rata-rata sebanyak 60 pasien per harinya,” sebut Dapot.

Dapot menuturkan, seluruh pasien mengisi 17 ruang rawat inap dengan 450 bed tempat tidur yang tersedia. Ruangan itu terdiri dari kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Di mana ruang rawat kelas 1 ada sebanyak 1 ruangan, ruang rawat kelas 2 sebanyak 4 ruangan, dan kelas 3 ruang rawatnya sebanyak 12 ruangan.

Dirut RSJ Provsu, dr Chandra Syafei SpOG mengatakan, dengan tingginya jumlah pasien, ia berencana membangun ruang rawat inap baru. “Recana anggaran yang kita ajukan untuk tahun 2015 ini sebesar Rp16 miliar, dan itu untuk semua kebutuhan pelayanan kita,” tandasnya.

Dokter ahli kejiwaan Dr.dr. Elmeida Effendy,M.Ked.K.J, Sp. KJ (K), yang juga Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa- FK USU menuturkan, faktor kasus gangguan jiwa berasal dari psikotik maupun non psikotik. Diagnosis yang sering dijumpai berupa skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan ansietas, gangguan tidur dan penyalahgunaan zat. (nit/ila)

“Kasus-kasus tersebut terkait dengan kebiasaan dan gaya hidup masyarakat Medan sendiri. Disamping, adannya peranan faktor genetik dan biologik. Salah satunya kasus yang sering dijumpai yakni Skizofrenia. Skizofrenia ini merupakan gangguan psikiatrik berat yang membawa dampak. Skizofrenia ini bukan hanya terserang pada individu saja namun juga terkena terhadap keluarga dan masyarakat luas,” urainya.

Gejala klinis yang dialami penderita skizofrenia sangat bervariasi. Secara umum mencakup gangguan pada proses pikir, alam perasaan, tingkah laku, persepsi dan kognitif. Namun, gejala yang paling sering dijumpai adalah timbulnya waham, yaitu berupa suatu keyakinan yang salah yang tidak dapat dikoreksi dengan alasan apapun.

“Misalnya yakin dirinya adalah nabi, yakin dirinya dapat menyembuhkan orang sakit, yakin dirinya hendak dicelakakan orang, diracuni orang, diguna-gunai orang, mendengar suara- suara bisikan yang tidak ada sumbernya, atau gejala berupa berdiam diri, mematung mempertahankan posisi tubuh tertentu. Maka, keluarga serta masyarakat yang seharusnya memberikan dukungan positif  kepada penderita jangan mengejek, mengucilkan, membuat stigma sehingga meningkatkan risiko terjadinya kekambuhan pada penderita. Rutinlah bawa penderita berobat ke rumah sakit,” pungkasnya. (nit/ila)

ANDRI GINTING/SUMUT POS PASIEN: Sejumlah pasien di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Provinsi Sumatera Utara bersama para perawat. Sejumlah Mahasiswi Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU) saat mewawancarai pasien yang mengalami gangguan kejiwaan yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Provinsi Sumatera Utara, Selasa (6/1).
ANDRI GINTING/SUMUT POS
PASIEN: Sejumlah pasien di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Provinsi Sumatera Utara bersama para perawat.

Jumlahnya Meningkat 100 Persen

MEDAN, SUMUTPOS.CO-Warga Sumatera Utara yang mengalami gangguang jiwa mengalami peningkatan jumlah dalam kurun waktu selama 2014. Hal ini terbukti dari  data pasien rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Daerah Provinsi Sumatera Utara. Terutama peningkatan pada pasien yang menggunakan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Berdasarkan data yang diperoleh, tahun 2014 sebanyak 13.015 pasien yang berkunjung di RSJ Daerah Provsu di Jalan Tali Air No 21 Medan. Dari jumlah 13.015 pasien yang berkunjung, rianciannya adalah 11.683 pasien dan rawat inap sebanyak 1.332 pasien. Jumlah data tersebut memperlihatkan terdapat kenaikan jumlah pasien di banding tahun 2013, hanya 7.907 pasien saja, yakni total dari  7.313 pasien rawat jalan dan 594 pasien rawat inap. Artinya, terjadi peningkatan 100 persen.

Wadir Pelayanan RSJ Provsu, dr Dapot Parulian Gultom mengatakan, pasien rawat jalan terbanyak ada pada bulan Juni, yakni sebanyak 1.272 pasien. Sementara pasien rawat inap terbanyak ada di bulan November, yakni sebanyak 186 pasien.”Di tahun 2013 pasien paling banyak menggunakan layanan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Askes, dan SKTM (surat keterangan tidak mampu). Nah, memasuki 2014 pemerintah mengesahkan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan yang saat ini hampir seluruh-nya pasien menggunakan kartu BPJS Kesehatan ini,” katanya, Selasa (6/1) .

Sedangkan data pasien terbaru terhitung pada 1 Januari sampai 5 Januari 2015, lanjutnya, ada 380 pasien dengan gangguan jiwa yang sedang rawat inap, yakni pasien dengan BPJS Kesehatan, maupun pasien umum.”Sementara untuk pasien rawat jalan di rumah sakit ini rata-rata sebanyak 60 pasien per harinya,” sebut Dapot.

Dapot menuturkan, seluruh pasien mengisi 17 ruang rawat inap dengan 450 bed tempat tidur yang tersedia. Ruangan itu terdiri dari kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Di mana ruang rawat kelas 1 ada sebanyak 1 ruangan, ruang rawat kelas 2 sebanyak 4 ruangan, dan kelas 3 ruang rawatnya sebanyak 12 ruangan.

Dirut RSJ Provsu, dr Chandra Syafei SpOG mengatakan, dengan tingginya jumlah pasien, ia berencana membangun ruang rawat inap baru. “Recana anggaran yang kita ajukan untuk tahun 2015 ini sebesar Rp16 miliar, dan itu untuk semua kebutuhan pelayanan kita,” tandasnya.

Dokter ahli kejiwaan Dr.dr. Elmeida Effendy,M.Ked.K.J, Sp. KJ (K), yang juga Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa- FK USU menuturkan, faktor kasus gangguan jiwa berasal dari psikotik maupun non psikotik. Diagnosis yang sering dijumpai berupa skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan ansietas, gangguan tidur dan penyalahgunaan zat. (nit/ila)

“Kasus-kasus tersebut terkait dengan kebiasaan dan gaya hidup masyarakat Medan sendiri. Disamping, adannya peranan faktor genetik dan biologik. Salah satunya kasus yang sering dijumpai yakni Skizofrenia. Skizofrenia ini merupakan gangguan psikiatrik berat yang membawa dampak. Skizofrenia ini bukan hanya terserang pada individu saja namun juga terkena terhadap keluarga dan masyarakat luas,” urainya.

Gejala klinis yang dialami penderita skizofrenia sangat bervariasi. Secara umum mencakup gangguan pada proses pikir, alam perasaan, tingkah laku, persepsi dan kognitif. Namun, gejala yang paling sering dijumpai adalah timbulnya waham, yaitu berupa suatu keyakinan yang salah yang tidak dapat dikoreksi dengan alasan apapun.

“Misalnya yakin dirinya adalah nabi, yakin dirinya dapat menyembuhkan orang sakit, yakin dirinya hendak dicelakakan orang, diracuni orang, diguna-gunai orang, mendengar suara- suara bisikan yang tidak ada sumbernya, atau gejala berupa berdiam diri, mematung mempertahankan posisi tubuh tertentu. Maka, keluarga serta masyarakat yang seharusnya memberikan dukungan positif  kepada penderita jangan mengejek, mengucilkan, membuat stigma sehingga meningkatkan risiko terjadinya kekambuhan pada penderita. Rutinlah bawa penderita berobat ke rumah sakit,” pungkasnya. (nit/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/