25 C
Medan
Thursday, February 20, 2025

Debat Perdana Pilgubsu 2018 Kurang Greget

Jawaban DJOSS Mudah Dicerna

Terpisah, Ketua Tim Pemenangan Djoss Djumiran Abdi menilai, jawaban yang diberikan kedua jagoannya cukup sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat. “Mereka bisa memberikan jawaban yang cukup bagus. Dan yang penting, bisa dicerna oleh masyarakat. Jadi tidak terlalu tinggi bahasanya,” sebut Djumiran Abdi kepada Sumut Pos, Minggu (6/5).

Menurut Djumiran, jawaban yang diberikan oleh Djarot Saiful Hidayat mencerminkan pemahaman seseorang tentang tata kelola pemerintahan yang baik . Namun yang terpenting katanya, adalah bagaimana bahasa yang digunakan seseorang, mudah dipahami orang lain. “Orang pintar itu justru yang bahasanya tidak sulit. Dan jawaban paslon kita termasuk sederhana dan mudah dimengerti,” katanya.

Senada, Baskami Ginting menyebutkan, jawaban Djarot-Sihar sudah tepat. Apalagi dengan pangalaman Djarot di pemerintahan, menunjukkan yang bersangkutan menguasai sistem anggaran dan tahapan pembangunan. Karena itu, untuk menjelaskan bagaimana mengelola pemerintahan yang baik tidak sulit bagi jagoan mereka. “Mungkin yang perlu ditingkatkan itu pemahaman meraka terhadap kedaerahan. Dan itu akan bisa ditingkatkan setelah mereka duduk nanti memimpin Sumut,” kata Baskami.

Pandangan optimis itu kata Baskami, setelah berbagai pernyataan baik Djarot maupun Sihar di hadapan tim pemenangan dan masyarakat luas di beberapa kesempatan. Komitmen untuk berkantor di kabupaten/kota merupakan satu pernyataan yang dapat dipertimbangkan, agar tujuan pemerataan pembangunan bisa tercapai maksimal, khususnya di daerah yang terpencil sekalipun.

“Kalau Sihar Sitorus, beliau punya pengalaman yang baik untuk pembangunan. Apalagi untuk manajemen anggaran (keuangan). Makanya kita melihat pasangan ini akan saling melengkapi jika terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut lima tahun ke depan. Kita harapkan beliau bisa, karena kita yakin mereka bisa mengakomodir seluruh daerah,” sebutnya.

Amatan Sumut Pos selama enam segmen acara debat berlangsung, kedua paslon baik cagub atau cawagub kebanyakan beretorika alias minim data. Tapi ada yang menarik, saat pertanyaan moderator tentang implementasi visi dan misi Eramas tentang Sumut bermartabat terkait permasalahan hutan di Sumut, menyebabkan Edy salah focus. Di mana ia justru membahas soal visi dan misinya mengenai Sumut bermartabat. Akibatnya, penjelasannya distop moderator, dan pertanyaan diulang.

Setelah Ijeck terdengar berbisik mengulang pertanyaan, Edy Rahmayadi dengan serius menekankan pentingnya prinsip adat (kearifan lokal) dalam pengelolaan pemerintahan terutama masalah perlindungan hutan dan tanah adat.

Lalu pada sesi kedua yang kebetulan hanya boleh bertanya sesama cagub, Edy Rahmayadi dengan kertas di tangan, bertanya tentang pentingnya prinsip “Dalihan Na Tolu” dalam pengelolaan tanah/hutan adat kepada cagub Djarot.

Kontan, Sihar Sitorus tampak berbisik-bisik ke telinga Djarot, diduga menjelaskan soal apa itu Dalihan Natolu. Selanjutnya Djarot berdiri dan sambil tertawa, tangannya menunjuk ke Edy.

Tapi Djarot tampak santai saja dan menjelaskan dengan sederhana, bahwa Dalihan Natolu adalah prinsip adat di mana tiga peran adat dalam bentuk segitiga sama sisi, menunjukkan tiga peran yang perannya sama penting.

“Setuju dengan Pak Edy, kearifan lokal itu penting. Dalihan Natolu dengan prinsip adat segitiga sama sisi, yakni tiga peran adat yang sama pentingnya, adalah musyawarah adat yang penting diikutsertakan dalam penyelesaian tanah adat,” katanya.

Jawaban DJOSS Mudah Dicerna

Terpisah, Ketua Tim Pemenangan Djoss Djumiran Abdi menilai, jawaban yang diberikan kedua jagoannya cukup sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat. “Mereka bisa memberikan jawaban yang cukup bagus. Dan yang penting, bisa dicerna oleh masyarakat. Jadi tidak terlalu tinggi bahasanya,” sebut Djumiran Abdi kepada Sumut Pos, Minggu (6/5).

Menurut Djumiran, jawaban yang diberikan oleh Djarot Saiful Hidayat mencerminkan pemahaman seseorang tentang tata kelola pemerintahan yang baik . Namun yang terpenting katanya, adalah bagaimana bahasa yang digunakan seseorang, mudah dipahami orang lain. “Orang pintar itu justru yang bahasanya tidak sulit. Dan jawaban paslon kita termasuk sederhana dan mudah dimengerti,” katanya.

Senada, Baskami Ginting menyebutkan, jawaban Djarot-Sihar sudah tepat. Apalagi dengan pangalaman Djarot di pemerintahan, menunjukkan yang bersangkutan menguasai sistem anggaran dan tahapan pembangunan. Karena itu, untuk menjelaskan bagaimana mengelola pemerintahan yang baik tidak sulit bagi jagoan mereka. “Mungkin yang perlu ditingkatkan itu pemahaman meraka terhadap kedaerahan. Dan itu akan bisa ditingkatkan setelah mereka duduk nanti memimpin Sumut,” kata Baskami.

Pandangan optimis itu kata Baskami, setelah berbagai pernyataan baik Djarot maupun Sihar di hadapan tim pemenangan dan masyarakat luas di beberapa kesempatan. Komitmen untuk berkantor di kabupaten/kota merupakan satu pernyataan yang dapat dipertimbangkan, agar tujuan pemerataan pembangunan bisa tercapai maksimal, khususnya di daerah yang terpencil sekalipun.

“Kalau Sihar Sitorus, beliau punya pengalaman yang baik untuk pembangunan. Apalagi untuk manajemen anggaran (keuangan). Makanya kita melihat pasangan ini akan saling melengkapi jika terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut lima tahun ke depan. Kita harapkan beliau bisa, karena kita yakin mereka bisa mengakomodir seluruh daerah,” sebutnya.

Amatan Sumut Pos selama enam segmen acara debat berlangsung, kedua paslon baik cagub atau cawagub kebanyakan beretorika alias minim data. Tapi ada yang menarik, saat pertanyaan moderator tentang implementasi visi dan misi Eramas tentang Sumut bermartabat terkait permasalahan hutan di Sumut, menyebabkan Edy salah focus. Di mana ia justru membahas soal visi dan misinya mengenai Sumut bermartabat. Akibatnya, penjelasannya distop moderator, dan pertanyaan diulang.

Setelah Ijeck terdengar berbisik mengulang pertanyaan, Edy Rahmayadi dengan serius menekankan pentingnya prinsip adat (kearifan lokal) dalam pengelolaan pemerintahan terutama masalah perlindungan hutan dan tanah adat.

Lalu pada sesi kedua yang kebetulan hanya boleh bertanya sesama cagub, Edy Rahmayadi dengan kertas di tangan, bertanya tentang pentingnya prinsip “Dalihan Na Tolu” dalam pengelolaan tanah/hutan adat kepada cagub Djarot.

Kontan, Sihar Sitorus tampak berbisik-bisik ke telinga Djarot, diduga menjelaskan soal apa itu Dalihan Natolu. Selanjutnya Djarot berdiri dan sambil tertawa, tangannya menunjuk ke Edy.

Tapi Djarot tampak santai saja dan menjelaskan dengan sederhana, bahwa Dalihan Natolu adalah prinsip adat di mana tiga peran adat dalam bentuk segitiga sama sisi, menunjukkan tiga peran yang perannya sama penting.

“Setuju dengan Pak Edy, kearifan lokal itu penting. Dalihan Natolu dengan prinsip adat segitiga sama sisi, yakni tiga peran adat yang sama pentingnya, adalah musyawarah adat yang penting diikutsertakan dalam penyelesaian tanah adat,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/