25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Polantas pun Ditabrak, Dikeroyok, dan Diejek

Ketika macet, ketakteraturan muncul, hingga suntuk mengemuka, maka pengguna jalan seperti serentak bertanya: mana polisi! Tapi, tahukah Anda, menjadi polisi lalu lintas ternyata tak segampang kelihatannya.

PARLINDUNGAN HARAHAP/SUMUT POS-- LALU LINTAS: Seorang polantas  mengatur kendaraan di persimpangan Titikuning, Medan, Sabtu (6/6).
PARLINDUNGAN HARAHAP/SUMUT POS– LALU LINTAS: Seorang polantas mengatur kendaraan di persimpangan Titikuning, Medan, Sabtu (6/6).

SUMUTPOS.CO- Sebagai polisi lalu lintas (polantas), Aiptu P Sihotang mengaku sangat jarang berkumpul bersama keluarga. Begitu juga dengan kesemrautan lalu lintas, derasnya hujan serta teriknya matahari diiringi dengan tebalnya debu jalanan menjadi akrab dengannya. Namun, semua itu diakuinya tidak mengendurkan semangat untuk total dan ikhlas dalam menjalan tugas yang sudah menjadi tanggung jawab.

“Bahkan, saya pernah ditabrak oleh 3 orang remaja yang mengendarai 1 unit sepeda motor. Setelah saya jatuh, mereka malah lari dan teriak-teriak seperti mengejek, “ ungkap Aiptu P Sihotang kepada Sumut Pos di Pos Lantas Jalan AH Nasution, Kecamatan Medan Johor, Sabtu (6/6).

Berbeda dengan Aiptu P Sihotang, cerita pengalaman bertugas sebagai polantas juga disampaikan Brigadir Jupi Riawan. Dia pernah menjadi sangat terharu saat menjalankan tugas di tengah guyuran hujan deras. Tiba-tiba dia dihampiri seorang ibu yang memberi sebotol minuman mineral padanya.

“Seperti kemarin, ada seorang pria mengendarai sepeda motor tidak memakai helm. Saat saya berhentikan, dia mengaku baru pulang demonstrasi. Oleh karenanya, tidak jadi saya tindak. Namun, dia malah tidak pergi dan tetap berdiri di dekat saya,” sambung Jupi melanjutkan ceritanya.

Tidak lama dari itu, puluhan orang yang merupakan rekan pria yang hampir ditilangnya itu datang. Mereka menghardik dan seperti hendak menyerang. Saat itu, dirinya malah menjadi orang yang bersalah.

“Kalau saya, pernah baru sampai rumah tiba-tiba dipanggil karena ada pohon tumbang. Saat itu, saya di tengah guyuran hujan dan listrik padam, mengatur arus lalu lintas, “ timpal Brigadir T Karokaro yang juga merupakan petugas di pos tersebut.

Lalu, bagaimana sikap mereka dengan pengendara di Medan secara umum. Bak serentak, ketiga polantas itu menyebutkan pengendara di Kota Medan ekstrem. Sangat sulit untuk diatur. “ Kalau nanti ditangkap, mereka bilang orang sini. Selain itu, mereka mengaku buru-buru. Terkadang, kita jadi serba salah, “ ungkap Bripka T Karokaro.

Disebut Bripka T Karokaro pelanggaran kerap terjadi pada pagi hari, saat jam orang pergi kerja dan sekolah. Begitu juga jam pulang kantor dan sekolah pada sore hari. “ Kalau kita melakukan penindakan tegas saat jam padat itu, semakin semrawut jadinya. Makanya saat jam padat itu, kita lebih pada pengaturan saja, “ sambung Bripka T Karokaro.

Disinggung kendala lain yang membuat lalu lintas di Medan menjadi sangat semrawut, ketiga polentas sepakat kalau sarana dan prasarana yang sudah ada tidak memadai bias dikatakan sebagai penyebab. Jalan yang sempit karena jumlah kenderaan yang terus bertambah, serta rambu-rambu yang kian memprihatinkan, membuat pengendara merasa tidak nyaman, sehingga pengendara berusaha untuk secepat mungkin sampai ke tujuan meski mengabaikan aturan lalu lintas.

“Oleh karena itu juga, termasuk faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Makanya, bila listrik padam sehingga membuat sebagian sarana dan prasarana yang ada tidak dapat beroperasi, kami harus siaga karena saat itu sangat rawan kecelakaan lalu lintas,” sambung Bripka T Karokaro.

Saat ditanya pandangan mereka akan solusi atas keadaan tersebut, ketiganya sempat mengaku bingung. Sosialisasi dan tindakan tegas sudah dilakukan, namun tidak membuat kesemrawutan lalu lintas di Medan berkurang. Oleh karena itu, ketiganya mengaku hanya dapat mengimbau masyarakat tertib dalam berlalu lintas, untuk kenyamanan, kelancaran, dan keselamatan bersama.

“Mungkin kalau tindakan tegas tanpa ada intervensi akan dapat membuat efek jera, agar tidak lagi melanggar aturan. Namun, ketegasan itu, harus level paling tinggi, “ pungkas Bripka T Karokaro. (ain/rbb)

Ketika macet, ketakteraturan muncul, hingga suntuk mengemuka, maka pengguna jalan seperti serentak bertanya: mana polisi! Tapi, tahukah Anda, menjadi polisi lalu lintas ternyata tak segampang kelihatannya.

PARLINDUNGAN HARAHAP/SUMUT POS-- LALU LINTAS: Seorang polantas  mengatur kendaraan di persimpangan Titikuning, Medan, Sabtu (6/6).
PARLINDUNGAN HARAHAP/SUMUT POS– LALU LINTAS: Seorang polantas mengatur kendaraan di persimpangan Titikuning, Medan, Sabtu (6/6).

SUMUTPOS.CO- Sebagai polisi lalu lintas (polantas), Aiptu P Sihotang mengaku sangat jarang berkumpul bersama keluarga. Begitu juga dengan kesemrautan lalu lintas, derasnya hujan serta teriknya matahari diiringi dengan tebalnya debu jalanan menjadi akrab dengannya. Namun, semua itu diakuinya tidak mengendurkan semangat untuk total dan ikhlas dalam menjalan tugas yang sudah menjadi tanggung jawab.

“Bahkan, saya pernah ditabrak oleh 3 orang remaja yang mengendarai 1 unit sepeda motor. Setelah saya jatuh, mereka malah lari dan teriak-teriak seperti mengejek, “ ungkap Aiptu P Sihotang kepada Sumut Pos di Pos Lantas Jalan AH Nasution, Kecamatan Medan Johor, Sabtu (6/6).

Berbeda dengan Aiptu P Sihotang, cerita pengalaman bertugas sebagai polantas juga disampaikan Brigadir Jupi Riawan. Dia pernah menjadi sangat terharu saat menjalankan tugas di tengah guyuran hujan deras. Tiba-tiba dia dihampiri seorang ibu yang memberi sebotol minuman mineral padanya.

“Seperti kemarin, ada seorang pria mengendarai sepeda motor tidak memakai helm. Saat saya berhentikan, dia mengaku baru pulang demonstrasi. Oleh karenanya, tidak jadi saya tindak. Namun, dia malah tidak pergi dan tetap berdiri di dekat saya,” sambung Jupi melanjutkan ceritanya.

Tidak lama dari itu, puluhan orang yang merupakan rekan pria yang hampir ditilangnya itu datang. Mereka menghardik dan seperti hendak menyerang. Saat itu, dirinya malah menjadi orang yang bersalah.

“Kalau saya, pernah baru sampai rumah tiba-tiba dipanggil karena ada pohon tumbang. Saat itu, saya di tengah guyuran hujan dan listrik padam, mengatur arus lalu lintas, “ timpal Brigadir T Karokaro yang juga merupakan petugas di pos tersebut.

Lalu, bagaimana sikap mereka dengan pengendara di Medan secara umum. Bak serentak, ketiga polantas itu menyebutkan pengendara di Kota Medan ekstrem. Sangat sulit untuk diatur. “ Kalau nanti ditangkap, mereka bilang orang sini. Selain itu, mereka mengaku buru-buru. Terkadang, kita jadi serba salah, “ ungkap Bripka T Karokaro.

Disebut Bripka T Karokaro pelanggaran kerap terjadi pada pagi hari, saat jam orang pergi kerja dan sekolah. Begitu juga jam pulang kantor dan sekolah pada sore hari. “ Kalau kita melakukan penindakan tegas saat jam padat itu, semakin semrawut jadinya. Makanya saat jam padat itu, kita lebih pada pengaturan saja, “ sambung Bripka T Karokaro.

Disinggung kendala lain yang membuat lalu lintas di Medan menjadi sangat semrawut, ketiga polentas sepakat kalau sarana dan prasarana yang sudah ada tidak memadai bias dikatakan sebagai penyebab. Jalan yang sempit karena jumlah kenderaan yang terus bertambah, serta rambu-rambu yang kian memprihatinkan, membuat pengendara merasa tidak nyaman, sehingga pengendara berusaha untuk secepat mungkin sampai ke tujuan meski mengabaikan aturan lalu lintas.

“Oleh karena itu juga, termasuk faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Makanya, bila listrik padam sehingga membuat sebagian sarana dan prasarana yang ada tidak dapat beroperasi, kami harus siaga karena saat itu sangat rawan kecelakaan lalu lintas,” sambung Bripka T Karokaro.

Saat ditanya pandangan mereka akan solusi atas keadaan tersebut, ketiganya sempat mengaku bingung. Sosialisasi dan tindakan tegas sudah dilakukan, namun tidak membuat kesemrawutan lalu lintas di Medan berkurang. Oleh karena itu, ketiganya mengaku hanya dapat mengimbau masyarakat tertib dalam berlalu lintas, untuk kenyamanan, kelancaran, dan keselamatan bersama.

“Mungkin kalau tindakan tegas tanpa ada intervensi akan dapat membuat efek jera, agar tidak lagi melanggar aturan. Namun, ketegasan itu, harus level paling tinggi, “ pungkas Bripka T Karokaro. (ain/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/