28.9 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Rebut Kembali Kejayaan, UHN Go International

Dari Kongres I Ikatan Alumni UHN

BERSAMA: Rektor, alumni, panitia, undangan dan panitia. Berita-foto terkait di halaman 7.//istimewa
BERSAMA: Rektor, alumni, panitia, undangan dan panitia. Berita-foto terkait di halaman 7.//istimewa
Cita-cita besar kampus swasta pertama di Pulau Sumatera yang sempat terkubur itu kembali bangkit di ruang perpustakaan, kemarin (6/7). Ratusan sivitas akademika menyalakan tekad untuk diperhitungkan di level yang lebih harum: ‘UHN Go International’.

TEKAD itu disepakati dalam dialog interaktif bertema ‘Universitas HKBP Nommensen Membangun Indonesia dari Sumatera Utara’ di Jalan Sutomo No 4A, Medan, yang menjadi pembuka Kongres I Alumni UHN yang berlangsung 6 dan 7 Juli 2012. Wajar, mengingat kampus ini sudah berdiri sejak 7 Oktober 1954. Usianya kini menjelang 58 tahun.

Rektor UHN Dr Ir Jongkers Tampubolon MSc yang tampil sebagai keynote speaker mengatakan, jalan ke arah itu sedang dipersiapkan. Pada 2014, universitas menargetkan sudah menetapkan indikator penting untuk melampaui standar univesitas tingkat internasional.

Kemudian pada 2020, UHN sudah masuk jajaran universitas yang diperhitungkan di Asia. Dan padan 2025, UHN masuk daftar universitas kelas dunia. “Mau urutan ke seribu atau ke seribu lima ratus yang penting terdaftar sebagai universitas kelas dunia,” papar Jongkers.
Target pencapaian itu UHN melahirkan pemimpin nasional pada 2030.

Untuk mencapai tujuan itu, rektor mengakui penting dan sangat strategisnya peran serta alumni sebagai stakeholder. Karenanya, Jongkers mengharapkan alumni berperan aktif mengawasi dan mengawal program ini, terutama pada masa transisi kepemimpinan universitas yang akan memasuki periodeisasi pada 2014 mendatang.

“(Cita-cita dan program tersebut) jangan sampe dibelokkan,” tegas Jongkers saat ditemui usai diskusi.

Jongkers lantas membeber kembali proses dibukanya universitas ini pada 1954 dengan kehadiran Fakultas Ekonomi dan Theologi. Dia menggambarkan bagaimana sejak awal UHN ada untuk membangun bangsa yang berawal dari bidang ekonomi dan spiritual.

“Sewaktu itu banyak perusahaan yang ditinggal orange sing. Kita butuh sumber daya untuk mengisi kekosongan SDM,” katanya menyebut latar belakang kehadiran UHN.

Dalam perjalanannya, universitas sanggup menghasilkan alumni yang berkemampuan dan berintegritas dan berkiprah di segala bidang, di Indonesia hingga ke luar negeri. Hingga pada era 1990-an, saat UHN terimbas dinamika di lembaga HKBP, organisasi gereja sebagai salah satu stakeholder.

“Peristiwa itu meninggalkan luka. Rektor-rektor sebelum saya bekerja keras mengtasi hal itu, dan masih terasa di awal-awal kepemimpinan saya pada 2006 lalu,” ujar pria yang memperoleh gelar doctor dari Universitas Georg August, Jeman, ini.

Jongkers kemudian memaparkan berbagai pencapaian selama kepemimpinannya. Melalui misi ‘Rebut Kembali Kejayaan UHN’ di periode pertama 2006-2010, UHN berhasil memperbaiki kurikulum, peningkatan kemampuan SDM, perbaikan infrastruktur, hingga menghidupkan kembali jaringan kerja sama di dalam dan luar negeri.

Demikian pula di dua tahun periode keduanya, ia mengemban misi besar bertajuk ‘ Membangun Indonesia dari Sumatera Utara’.

“Bukan mimpi membangun Indonesia dari Sumut. Caranya, bangun pendidikan berkualitas, bermutu dengan harga terjangkau,” tuturnya.
Beberapa indikator keberhasilan itu antara lain, terdongkraknya jumlah mahasiswa UHN dari sekitar 6.500 orang pada 2006 hingga sekitar 13.000 mahasiswa saat ini. Secara finansial, volume anggaran yang semula hanya Rp24 miliar, tumbuh menjadi Rp74 miliar, serta banyaknya kegiatan di universitas yang 20 persen diantaranya dibiayai pihak ketiga, dari dalam dan luar negeri.

Pemaparan ini disambut positif dan antusias tiga panelis yakni, praktisi properti Dr Ir Matius Yusuf, ekonom Dr Edison Hulu MEc, serta akademisi dari UHN Prof Dr Monang Sitorus.

Dr Ir Matius Yusuf menggarisbawahi pentingnya teamwork dalam mencapai gol yang diinginkan. “Menggabungkan orang pintar itu tidak mudah, apalagi (menyatukan persepsi dengan sesama) orang Batak,” alumni Fakultas Teknik, jurusan Teknik Sipil UHN, angkatan 1976 ini mengingatkan.

Ratusan alumni dan undangan kontan tertawa. Dr Matius yang kerap muncul di televisi swasta membawakan program komersil perumahan Agung Podomoro Grup ini lantas berbagi beberapa kiat sukses. Ia menekankan betapa pentingnya peran semua pihak, terutama alumni dalam mendukung dan mensukseskan program besar UHN.

“Sudah ada kemauan, program dan usaha. Mari rapatkan barisan. Saya yakin, UHN bisa rangkin 100 dunia,” ujar pakar properti ini yang disambut gemuruh tepuk tangan audiens.

Panelis Dr Edison Hulu, MEc lebih menekankan bagaimana pentingnya riset dalam universitas. Dia mengungkapkan, kegiatan di universitas yang sudah maju sekitar 60 persen berhubungan dengan riset. “Karena itu, jadikanlah UHN sebagai pusat penelitian dan penghasil berbagai temuan dan harus dipublikasikan,” katanya memberi pandangan.

Diakuinya, urusan riset akan selalui bersentuhan denganbiaya. Untuk itu, dia mengimbau alumni menggagas pembentukan dana abadi untuk menopang berbagai kegiatan di universitas. “Berkaca dari universitas terkemuka di AS, UHN harus punya endoorsment funds (dana abadi). Di sinilah salah satu peran alumni yang akan berkongres besok (hari ini, Red),” sebutnya.

Dr Edison Hulu tak lupa bernostalgia mengenang kejayaan UHN di masa lalu. “Saya tidak bisa lupa, pada 1982, seorang mahasiswa UHN mendapat penghargaan sebagai mahasiswa teladan. Setiap ujian dia mendapat nilai A. Orang itu berdiri di sini sekarang,” katanya menunjuk  dirinya yang kembali disambut tepuk tangan. “Karena itu, UHN harus mendapat akreditasi A. Harus nilai A, ya…,” sebutnya lagi.

Prof Dr Monang Sitorus juga menekankan pentingnya berbagai persiapan untuk mewujudkan misi besar UHN. Dengan mengurai tujuh indikator universitas dinilai dalam proses akreditasi, Prof Monang menekankan hal mendasar: “Laksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.”

Prof Monang juga menggambarkan, sebuah universitas idelanynya memiliki 6 doktor di tiap program studi (prodi). Karena UHN punya 29 prodi, berarti UHN butuh 174 dosen berkualifikasi doktor. “Kalauini tercapai, UHN pasti terdaftar sebagai universitas terkemuka di dunia,” kata doesn UHN yang juga alumni ini pasti.

Selain para panelis dan nara sumber, diskusi dengan moderator Dr Hinca Panjaitan SH MBA itu, para undangan, alumni dan mantan rektor memberikan kritik dan saran. Diskusi yang berlangsung cair itu membawa kesegaran baru dan tekad yang kuat untuk mencapai gol yang sudah ditetapkan. Yes, UHN Go International!  (tms)

Dari Kongres I Ikatan Alumni UHN

BERSAMA: Rektor, alumni, panitia, undangan dan panitia. Berita-foto terkait di halaman 7.//istimewa
BERSAMA: Rektor, alumni, panitia, undangan dan panitia. Berita-foto terkait di halaman 7.//istimewa
Cita-cita besar kampus swasta pertama di Pulau Sumatera yang sempat terkubur itu kembali bangkit di ruang perpustakaan, kemarin (6/7). Ratusan sivitas akademika menyalakan tekad untuk diperhitungkan di level yang lebih harum: ‘UHN Go International’.

TEKAD itu disepakati dalam dialog interaktif bertema ‘Universitas HKBP Nommensen Membangun Indonesia dari Sumatera Utara’ di Jalan Sutomo No 4A, Medan, yang menjadi pembuka Kongres I Alumni UHN yang berlangsung 6 dan 7 Juli 2012. Wajar, mengingat kampus ini sudah berdiri sejak 7 Oktober 1954. Usianya kini menjelang 58 tahun.

Rektor UHN Dr Ir Jongkers Tampubolon MSc yang tampil sebagai keynote speaker mengatakan, jalan ke arah itu sedang dipersiapkan. Pada 2014, universitas menargetkan sudah menetapkan indikator penting untuk melampaui standar univesitas tingkat internasional.

Kemudian pada 2020, UHN sudah masuk jajaran universitas yang diperhitungkan di Asia. Dan padan 2025, UHN masuk daftar universitas kelas dunia. “Mau urutan ke seribu atau ke seribu lima ratus yang penting terdaftar sebagai universitas kelas dunia,” papar Jongkers.
Target pencapaian itu UHN melahirkan pemimpin nasional pada 2030.

Untuk mencapai tujuan itu, rektor mengakui penting dan sangat strategisnya peran serta alumni sebagai stakeholder. Karenanya, Jongkers mengharapkan alumni berperan aktif mengawasi dan mengawal program ini, terutama pada masa transisi kepemimpinan universitas yang akan memasuki periodeisasi pada 2014 mendatang.

“(Cita-cita dan program tersebut) jangan sampe dibelokkan,” tegas Jongkers saat ditemui usai diskusi.

Jongkers lantas membeber kembali proses dibukanya universitas ini pada 1954 dengan kehadiran Fakultas Ekonomi dan Theologi. Dia menggambarkan bagaimana sejak awal UHN ada untuk membangun bangsa yang berawal dari bidang ekonomi dan spiritual.

“Sewaktu itu banyak perusahaan yang ditinggal orange sing. Kita butuh sumber daya untuk mengisi kekosongan SDM,” katanya menyebut latar belakang kehadiran UHN.

Dalam perjalanannya, universitas sanggup menghasilkan alumni yang berkemampuan dan berintegritas dan berkiprah di segala bidang, di Indonesia hingga ke luar negeri. Hingga pada era 1990-an, saat UHN terimbas dinamika di lembaga HKBP, organisasi gereja sebagai salah satu stakeholder.

“Peristiwa itu meninggalkan luka. Rektor-rektor sebelum saya bekerja keras mengtasi hal itu, dan masih terasa di awal-awal kepemimpinan saya pada 2006 lalu,” ujar pria yang memperoleh gelar doctor dari Universitas Georg August, Jeman, ini.

Jongkers kemudian memaparkan berbagai pencapaian selama kepemimpinannya. Melalui misi ‘Rebut Kembali Kejayaan UHN’ di periode pertama 2006-2010, UHN berhasil memperbaiki kurikulum, peningkatan kemampuan SDM, perbaikan infrastruktur, hingga menghidupkan kembali jaringan kerja sama di dalam dan luar negeri.

Demikian pula di dua tahun periode keduanya, ia mengemban misi besar bertajuk ‘ Membangun Indonesia dari Sumatera Utara’.

“Bukan mimpi membangun Indonesia dari Sumut. Caranya, bangun pendidikan berkualitas, bermutu dengan harga terjangkau,” tuturnya.
Beberapa indikator keberhasilan itu antara lain, terdongkraknya jumlah mahasiswa UHN dari sekitar 6.500 orang pada 2006 hingga sekitar 13.000 mahasiswa saat ini. Secara finansial, volume anggaran yang semula hanya Rp24 miliar, tumbuh menjadi Rp74 miliar, serta banyaknya kegiatan di universitas yang 20 persen diantaranya dibiayai pihak ketiga, dari dalam dan luar negeri.

Pemaparan ini disambut positif dan antusias tiga panelis yakni, praktisi properti Dr Ir Matius Yusuf, ekonom Dr Edison Hulu MEc, serta akademisi dari UHN Prof Dr Monang Sitorus.

Dr Ir Matius Yusuf menggarisbawahi pentingnya teamwork dalam mencapai gol yang diinginkan. “Menggabungkan orang pintar itu tidak mudah, apalagi (menyatukan persepsi dengan sesama) orang Batak,” alumni Fakultas Teknik, jurusan Teknik Sipil UHN, angkatan 1976 ini mengingatkan.

Ratusan alumni dan undangan kontan tertawa. Dr Matius yang kerap muncul di televisi swasta membawakan program komersil perumahan Agung Podomoro Grup ini lantas berbagi beberapa kiat sukses. Ia menekankan betapa pentingnya peran semua pihak, terutama alumni dalam mendukung dan mensukseskan program besar UHN.

“Sudah ada kemauan, program dan usaha. Mari rapatkan barisan. Saya yakin, UHN bisa rangkin 100 dunia,” ujar pakar properti ini yang disambut gemuruh tepuk tangan audiens.

Panelis Dr Edison Hulu, MEc lebih menekankan bagaimana pentingnya riset dalam universitas. Dia mengungkapkan, kegiatan di universitas yang sudah maju sekitar 60 persen berhubungan dengan riset. “Karena itu, jadikanlah UHN sebagai pusat penelitian dan penghasil berbagai temuan dan harus dipublikasikan,” katanya memberi pandangan.

Diakuinya, urusan riset akan selalui bersentuhan denganbiaya. Untuk itu, dia mengimbau alumni menggagas pembentukan dana abadi untuk menopang berbagai kegiatan di universitas. “Berkaca dari universitas terkemuka di AS, UHN harus punya endoorsment funds (dana abadi). Di sinilah salah satu peran alumni yang akan berkongres besok (hari ini, Red),” sebutnya.

Dr Edison Hulu tak lupa bernostalgia mengenang kejayaan UHN di masa lalu. “Saya tidak bisa lupa, pada 1982, seorang mahasiswa UHN mendapat penghargaan sebagai mahasiswa teladan. Setiap ujian dia mendapat nilai A. Orang itu berdiri di sini sekarang,” katanya menunjuk  dirinya yang kembali disambut tepuk tangan. “Karena itu, UHN harus mendapat akreditasi A. Harus nilai A, ya…,” sebutnya lagi.

Prof Dr Monang Sitorus juga menekankan pentingnya berbagai persiapan untuk mewujudkan misi besar UHN. Dengan mengurai tujuh indikator universitas dinilai dalam proses akreditasi, Prof Monang menekankan hal mendasar: “Laksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.”

Prof Monang juga menggambarkan, sebuah universitas idelanynya memiliki 6 doktor di tiap program studi (prodi). Karena UHN punya 29 prodi, berarti UHN butuh 174 dosen berkualifikasi doktor. “Kalauini tercapai, UHN pasti terdaftar sebagai universitas terkemuka di dunia,” kata doesn UHN yang juga alumni ini pasti.

Selain para panelis dan nara sumber, diskusi dengan moderator Dr Hinca Panjaitan SH MBA itu, para undangan, alumni dan mantan rektor memberikan kritik dan saran. Diskusi yang berlangsung cair itu membawa kesegaran baru dan tekad yang kuat untuk mencapai gol yang sudah ditetapkan. Yes, UHN Go International!  (tms)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/