26.6 C
Medan
Saturday, June 1, 2024

Pelaku Diduga Orang Dekat

Sebelum Hilang Wahyuni Diantar Supir ke Hotel Cambridge

MEDAN- Siapa pelaku yang tega membunuh Wahyuni Ningsih Simangungsong alias Ayu (25), teller BRI Syariah Cabang Jalan S Parman (bukan Jalan Putri Hijau, Red)? Masih dalam penelusuran polisi. Tapi, keluarga yakin pelaku kenal dan dekat dengan korban. Orangtua korban, Rusdianto Simangungsong saat ditemui di rumah paman korban di Jalan Binjai Km 10 Gang Dame, Desa Paya Geli, Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang baru tiba dari Kisaran mengatakan, mencurigai kalau anaknya Ayu dirampok dan dibunuh oleh orang yang dikenal korban.

“Tapi begitupun kami serahkan penyelidikan kepada aparat kepolisian. Anak saya itu mengendarai mobil Kijang Innova BK 1356 JH. Informasinya sebelum hilang dan ditemukan tewas, mobilnya dirazia oleh para pelaku berpakaian polisi,” ujar Rusdianto.

Rusdianto juga mengatakan bahwa berdasarkan informasi dari pihak keluarga sebelum korban tewas, uang dalam tabungan ATM BNI senilai Rp15 juta ditarik di ATM di daerah Kabanjahe. Sementara itu pihak keluarga mengetahui kalau korban diculik oleh pelaku berdasarkan pesan yang disampaikan korban di Blackberry Mesengger (BBM) dan Twitter.

Pesan yang disampaikan korban di BBM berbunyi, “Tolong!! Aku butuh pertolongan!!”

Keluarga bisa tahu bahwa korban ditilang polisi, karena up date status korban. Bahkan korban sempat disiksa. Korban ditangkap oleh oknum yang menyaru sebagai polisi di seputaran Bandara Polonia Medan. “Kami yakin orang dekat dengan korban pelakunya karena tahu tabungan milik anak saya,” katanya.

Rusdianto mengaku kecewa dengan pihak kepolisian yang dianggap kurang respon atas pengaduan yang disampaikan pihak keluarga. “Polisi kurang tanggap. Padahal kita telah melaporkan kehilangan anak kita sejak Selasa lalu,” ungkap Rusdianto Simangunsong.

Sementara polisi belum berani berspekulasi soal pelaku. Saat ditanyai wartawan apakah pelakukan orang dekat korban, Kasat Reskrim Polresta Medan AKP Yoris  Marzuki Sik membantah.

“Dia (korban) tidak punya pacar, sudah putus tiga bulan lalu. Aduh, jangan bawa-bawa pacarnya dululah, nanti jadi gamang  penyelidikan kita,” ujar Yoris.

Yoris mengatakan, belum bisa memastikan siapa pelakunya karena masih dalam penyelidikan. Hanya saja, katanya, indikasinya korban dirampok, diculik dan dibunuh karena mobil korban dan uang korban Rp1.002.000 juga hilang.
Hingga Sabtu (6/8) siang masih belum diketahui di mana mobil Toyota Innova warna hitam BK 1356 JH tersebut. Kuat dugaan mobil ini dilarikan pelaku pembunuhan tersebut. “Sampai saat ini mobil korban masih belum ditemukan,” kata Yoris Marzuki.

Polisi masih menyelidiki bagaimana penculikan terhadap korban bisa terjadi. Sejauh ini sejumlah kerabat maupun rekan korban sudah dimintai keterangannya.

Komunikasi korban dengan temannya melalui perangkat Blackberry menjadi salah satu petunjuk yang didalami polisi.
Komunikasi terakhir korban dengan rekannya diketahui pada Senin (1/8/2011) sore. Wahyuni menyatakan dia ditilang polisi di salah satu jalan di Medan. “Kita masih menelusuri informasi ini. Apalagi ada jeda selama 45 menit, korban menyatakan dirinya disekap,” kata Yorris.

Setelah komunikasi pada Senin lalu, tidak ada informasi apapun tentang korban. Keluarga kemudian melaporkan hilangnya korban ke Polresta Medan, dan pada Jumat (5/8) ditemukan tewas mengenaskan di bawah Jembatan Bintongar,Tele, Desa Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir.

Hingga kemarin petang, polisi sudah memeriksa sepuluh orang saksi. Sepuluh saksi itu masing-masing dari keluarga korban, teman kerja, dan teman sekitar rumah korban. Belum ada yang ditetapkan menjadi tersangka.
Yoris Marzuki mengatakan pihaknya hingga saat ini masih terus mengembangkan penyelidikan. Semua informasi yang diperoleh diharapkan dapat mengarah pada penangkapan terhadap pelaku.

“Sudah sepuluh orang saksi yang diperiksa, itu berasal dari keluarga dan rekan kerja korban. Nanti juga akan diperiksa saksi yang lainnya, ada beberapa saksi,” kata Yoris.

Menurut Yoris, berdasarkan keterangan para saksi tersebut, Wahyuni saat ini tidak memiliki kekasih. Wahyuni hanya memiliki mantan pacar yang tidak berdomisili di Medan.
Polisi juga sudah mengumpulkan sejumlah bukti lainnya melalui otopsi mayat korban di RSU dr Pirngadi Medan. Tapi, Yoris belum bisa memastikan apakah korban diperkosa atau tidak. “Belum bisa kita pastikan, hasil otopsi baru bisa keluar hari Senin mendatang,” beber Yoris lagi.

Rekan kerja korban Ijal mengatakan, Senin (1/8) sore sekitar pukul 16.00 WIB tepatnya sepulang kerja, Ayu sempat meminta tolong kepada salah seorang rekannya, Sofyan (supir Bank BRI Syariah yang juga temannnya) untuk diantarkan ke Cambridge.

“Saat pulang kerja dia minta tolong ke Sofyan diantarkan ke Cambridge karena dia selalu parkir di sana,” ujar pria yang akrab disapa Ijal. Setelah mengantarkan korban, kata Ijal, selanjutnya Sofyan meninggalkan korban di depan gedung dan tidak mengetahui lagi kejadian setelah itu.

Beberapa jam setelah diantarkan ke Cambridge, korban sempat menghubungi rekan kerjanya, Ani melalaui telepon seluler. Kepada Ani, korban mengabarkan kalau dirinya ditilang oleh oknum yang mengaku polisi.
Ani yang juga memiliki teman petugas kepolisian selanjutnya menghubungi teman polisinya itu.

“Oknum polisi yang menilang Ayu bahkan sempat ngomong dengan petugas kepolisian yang merupakan teman si Ani. Namun apa isi pembicaraannya tidak disinggung,” ujar teman korban lainnya yang enggan identitasnya ditulis.
Bahkan beberapa jam setelah kejadian penilangan, Ayu sempat mengirimkan pesan singkat melalaui BlackBerry Massanger (BBM) kepada teman kerjanya Tri, yang berisikan, “Aku Butuh Pertolongan.”

Hanya saja, setelah menyampaikan pesan singkat itu, telepon seluler milik korban sudah tidak aktif saat coba dihubungi kembali. Dan keesokan harinya atau tepatnya Selasa (2/8) keluarga melaporkan kejadian itu ke polisi.

Dibunuh Sejak 3 Hari Lalu

Tim kedokteran forensik Rumah Sakit Umum (RSU) Pirngadi selesai melakukan otopsi terhadap jenazah Wahyuni Simangunsong. Hasil otopsi menunjukkan, pada bagian kepala perempuan muda tersebut terdapat beberapa trauma benda tumpul.

Salah seorang dokter forensik yang melakukan otopsi, Surjit Singh menyatakan, berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap jenazah, ditemukan banyak trauma benda tumpul. Terutama di bagian wajah dan leher.
“Ada bekas benturan benda tumpul pada pipi kiri atas dan kanan atas, juga di sekitar bola mata kiri dan kanan. Ada tanda-tanda kekerasan juga pada leher sebelah kiri dan sebelah kanan,” kata Surjit Singh kepada wartawan di RSU dr Pirngadi Medan, Sabtu (6/8).

Selain itu, kata Surjit, ditemukan juga tanda-tanda perlawanan di bagian lengan korban. Dengan semua kondisi itu, diperkirakan korban sudah meninggal dunia dua atau tiga hari yang lalu. Namun Surjit menyatakan pihaknya tidak bisa menyampaikan informasi penyebab pasti kematian korban, karena hal itu menjadi kewenangan penyidik.
“Yang pasti, kematiannya memang tidak wajar,” kata Surjit Singh.

Surjit Singh juga menjelaskan, sejauh ini belum diketahui pasti mengenai tanda-tanda perkosaan. “Belum bisa kita pastikan tanda-tanda perkosaan karena masih kita lakukan pemeriksaan, apalagi hamil, tak ada. Kita masih melakukan pemeriksaan dan berkoordinasi dengan pihak kepolisian,” ujarnya.

Proses otopsi yang dilakukan dokter forensik ini belum selesai secara keseluruhan, sebab ada beberapa jaringan tubuh yang harus diperiksa secara lebih teliti di bagian Patologi Anatomi. Pasalnya telah terjadi proses pembusukan terhadap tubuh korban.

Usai diotopsi, jenazah Wahyuni Simangunsong seterusnya dibawa ke rumah duka dengan menggunakan ambulans. Sejumlah keluarga korban mengiringi saat jenazah yang sudah dikafani dan diselubungi kain batik itu dinaikkan ke ambulans. (jon/rud/mag-7/rud/uma)

 Pacar Korban Bekerja di Bank Sumut

Hasil wawancara wartawan POSMETRO MEDAN (grup Sumut Pos) di tempat kerja korban di Jalan S Parman Medan dengan petugas sekuriti Nalda menceritakan, Wahyuni br Simangunsong bekerja di Bank BRI Syariah sejak tahun 2008 lalu.

“Ayu sudah bekerja sejak tahun 2008 lalu, pertama kerja dia sebagai teller, namun sejak 8 bulan lalu dia diangkat menjadi fanding officer (FO),”ucap pria bertubuh tinggi itu

Nalda mengatakan korban pernah mengaku mempunyai pacar yang bekerja di Bank Sumut.
“Ayu bercerita kepada teman-temannya, dia mempunyai pacar yang bekerja di Bank Sumut tapi tidak bekerja di Medan melainkan di luar kota,”ujarnya.

Nalda mengungkapkan walaupun korban mempunyai pacar, tapi korban tidak pernah membawa pacarnya dalam acara-acara pesta yang dilakukan oleh teman-temannya.

“Kalau kami melakukan kegiatan seperti karoke dan rekreasi seperti di pantai daerah Namorambe, dia tidak pernah membawa pacar, akan tepai hanya membawa adiknya.

Nalda mengaku korban orangnya selalu tertutup dan selalu memilih-milih teman dalam bergaul.
“Dia orangnya selalu memilih teman dalam bergaul, tidak sembarang orang yang mau ditemaninya,”tambahnya. (ris/smg)

Bukan Hipnotis

Pengamat Hukum Pidana Umum dan Kriminolog dari Fakultas Hukum UMSU Nursarini Simatupang kepada Sumut Pos mengatakan, kejadian yang dialami korban sangat sadis. Dia menduga korban dibunuh oleh orang dekat korban

Pelaku, katanya, hanya ingin menguasai harta korban seluruhnya.
“Saya melihat kejadian ini ada keganjilan dimana laju kendaraan korban sempat dihentikan saat ia pulang ke rumah dari kantor yang mengaku seorang polisi berpakaian preman serta meminta menunjukkan surat-surat kendaraan,” kata Nursarini.

Sedangkan jarak rumah dan kantor masih dalam kota yakni Kota Medan. “Mungkin itu yang menghadang pelakunya orang yang dikenalnya. Tidak mungkin ia mau menghentikan laju mobil yang tidak ia kenal apalagi mengaku oknum polisi,” ujarnya.

Ia berharap, polisi harus bisa mengungkap peristiwa pembunuhan ini karena pelaku sudah berpindah-pindah untuk menhindari pengejaran polisi dan menghilangkan sejumlah barang bukti.
“Trik pelaku pun cukup baik untuk melakukan siasat menghindari dari pengejaran polisi. Tapi saya sangat yakin 100 persen pelakunya adalah orang terdekat korban, bukan hipnotis atau oknum polisi,” pungkasnya. (mag-7/jon)

Sebelum Hilang Wahyuni Diantar Supir ke Hotel Cambridge

MEDAN- Siapa pelaku yang tega membunuh Wahyuni Ningsih Simangungsong alias Ayu (25), teller BRI Syariah Cabang Jalan S Parman (bukan Jalan Putri Hijau, Red)? Masih dalam penelusuran polisi. Tapi, keluarga yakin pelaku kenal dan dekat dengan korban. Orangtua korban, Rusdianto Simangungsong saat ditemui di rumah paman korban di Jalan Binjai Km 10 Gang Dame, Desa Paya Geli, Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang baru tiba dari Kisaran mengatakan, mencurigai kalau anaknya Ayu dirampok dan dibunuh oleh orang yang dikenal korban.

“Tapi begitupun kami serahkan penyelidikan kepada aparat kepolisian. Anak saya itu mengendarai mobil Kijang Innova BK 1356 JH. Informasinya sebelum hilang dan ditemukan tewas, mobilnya dirazia oleh para pelaku berpakaian polisi,” ujar Rusdianto.

Rusdianto juga mengatakan bahwa berdasarkan informasi dari pihak keluarga sebelum korban tewas, uang dalam tabungan ATM BNI senilai Rp15 juta ditarik di ATM di daerah Kabanjahe. Sementara itu pihak keluarga mengetahui kalau korban diculik oleh pelaku berdasarkan pesan yang disampaikan korban di Blackberry Mesengger (BBM) dan Twitter.

Pesan yang disampaikan korban di BBM berbunyi, “Tolong!! Aku butuh pertolongan!!”

Keluarga bisa tahu bahwa korban ditilang polisi, karena up date status korban. Bahkan korban sempat disiksa. Korban ditangkap oleh oknum yang menyaru sebagai polisi di seputaran Bandara Polonia Medan. “Kami yakin orang dekat dengan korban pelakunya karena tahu tabungan milik anak saya,” katanya.

Rusdianto mengaku kecewa dengan pihak kepolisian yang dianggap kurang respon atas pengaduan yang disampaikan pihak keluarga. “Polisi kurang tanggap. Padahal kita telah melaporkan kehilangan anak kita sejak Selasa lalu,” ungkap Rusdianto Simangunsong.

Sementara polisi belum berani berspekulasi soal pelaku. Saat ditanyai wartawan apakah pelakukan orang dekat korban, Kasat Reskrim Polresta Medan AKP Yoris  Marzuki Sik membantah.

“Dia (korban) tidak punya pacar, sudah putus tiga bulan lalu. Aduh, jangan bawa-bawa pacarnya dululah, nanti jadi gamang  penyelidikan kita,” ujar Yoris.

Yoris mengatakan, belum bisa memastikan siapa pelakunya karena masih dalam penyelidikan. Hanya saja, katanya, indikasinya korban dirampok, diculik dan dibunuh karena mobil korban dan uang korban Rp1.002.000 juga hilang.
Hingga Sabtu (6/8) siang masih belum diketahui di mana mobil Toyota Innova warna hitam BK 1356 JH tersebut. Kuat dugaan mobil ini dilarikan pelaku pembunuhan tersebut. “Sampai saat ini mobil korban masih belum ditemukan,” kata Yoris Marzuki.

Polisi masih menyelidiki bagaimana penculikan terhadap korban bisa terjadi. Sejauh ini sejumlah kerabat maupun rekan korban sudah dimintai keterangannya.

Komunikasi korban dengan temannya melalui perangkat Blackberry menjadi salah satu petunjuk yang didalami polisi.
Komunikasi terakhir korban dengan rekannya diketahui pada Senin (1/8/2011) sore. Wahyuni menyatakan dia ditilang polisi di salah satu jalan di Medan. “Kita masih menelusuri informasi ini. Apalagi ada jeda selama 45 menit, korban menyatakan dirinya disekap,” kata Yorris.

Setelah komunikasi pada Senin lalu, tidak ada informasi apapun tentang korban. Keluarga kemudian melaporkan hilangnya korban ke Polresta Medan, dan pada Jumat (5/8) ditemukan tewas mengenaskan di bawah Jembatan Bintongar,Tele, Desa Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir.

Hingga kemarin petang, polisi sudah memeriksa sepuluh orang saksi. Sepuluh saksi itu masing-masing dari keluarga korban, teman kerja, dan teman sekitar rumah korban. Belum ada yang ditetapkan menjadi tersangka.
Yoris Marzuki mengatakan pihaknya hingga saat ini masih terus mengembangkan penyelidikan. Semua informasi yang diperoleh diharapkan dapat mengarah pada penangkapan terhadap pelaku.

“Sudah sepuluh orang saksi yang diperiksa, itu berasal dari keluarga dan rekan kerja korban. Nanti juga akan diperiksa saksi yang lainnya, ada beberapa saksi,” kata Yoris.

Menurut Yoris, berdasarkan keterangan para saksi tersebut, Wahyuni saat ini tidak memiliki kekasih. Wahyuni hanya memiliki mantan pacar yang tidak berdomisili di Medan.
Polisi juga sudah mengumpulkan sejumlah bukti lainnya melalui otopsi mayat korban di RSU dr Pirngadi Medan. Tapi, Yoris belum bisa memastikan apakah korban diperkosa atau tidak. “Belum bisa kita pastikan, hasil otopsi baru bisa keluar hari Senin mendatang,” beber Yoris lagi.

Rekan kerja korban Ijal mengatakan, Senin (1/8) sore sekitar pukul 16.00 WIB tepatnya sepulang kerja, Ayu sempat meminta tolong kepada salah seorang rekannya, Sofyan (supir Bank BRI Syariah yang juga temannnya) untuk diantarkan ke Cambridge.

“Saat pulang kerja dia minta tolong ke Sofyan diantarkan ke Cambridge karena dia selalu parkir di sana,” ujar pria yang akrab disapa Ijal. Setelah mengantarkan korban, kata Ijal, selanjutnya Sofyan meninggalkan korban di depan gedung dan tidak mengetahui lagi kejadian setelah itu.

Beberapa jam setelah diantarkan ke Cambridge, korban sempat menghubungi rekan kerjanya, Ani melalaui telepon seluler. Kepada Ani, korban mengabarkan kalau dirinya ditilang oleh oknum yang mengaku polisi.
Ani yang juga memiliki teman petugas kepolisian selanjutnya menghubungi teman polisinya itu.

“Oknum polisi yang menilang Ayu bahkan sempat ngomong dengan petugas kepolisian yang merupakan teman si Ani. Namun apa isi pembicaraannya tidak disinggung,” ujar teman korban lainnya yang enggan identitasnya ditulis.
Bahkan beberapa jam setelah kejadian penilangan, Ayu sempat mengirimkan pesan singkat melalaui BlackBerry Massanger (BBM) kepada teman kerjanya Tri, yang berisikan, “Aku Butuh Pertolongan.”

Hanya saja, setelah menyampaikan pesan singkat itu, telepon seluler milik korban sudah tidak aktif saat coba dihubungi kembali. Dan keesokan harinya atau tepatnya Selasa (2/8) keluarga melaporkan kejadian itu ke polisi.

Dibunuh Sejak 3 Hari Lalu

Tim kedokteran forensik Rumah Sakit Umum (RSU) Pirngadi selesai melakukan otopsi terhadap jenazah Wahyuni Simangunsong. Hasil otopsi menunjukkan, pada bagian kepala perempuan muda tersebut terdapat beberapa trauma benda tumpul.

Salah seorang dokter forensik yang melakukan otopsi, Surjit Singh menyatakan, berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap jenazah, ditemukan banyak trauma benda tumpul. Terutama di bagian wajah dan leher.
“Ada bekas benturan benda tumpul pada pipi kiri atas dan kanan atas, juga di sekitar bola mata kiri dan kanan. Ada tanda-tanda kekerasan juga pada leher sebelah kiri dan sebelah kanan,” kata Surjit Singh kepada wartawan di RSU dr Pirngadi Medan, Sabtu (6/8).

Selain itu, kata Surjit, ditemukan juga tanda-tanda perlawanan di bagian lengan korban. Dengan semua kondisi itu, diperkirakan korban sudah meninggal dunia dua atau tiga hari yang lalu. Namun Surjit menyatakan pihaknya tidak bisa menyampaikan informasi penyebab pasti kematian korban, karena hal itu menjadi kewenangan penyidik.
“Yang pasti, kematiannya memang tidak wajar,” kata Surjit Singh.

Surjit Singh juga menjelaskan, sejauh ini belum diketahui pasti mengenai tanda-tanda perkosaan. “Belum bisa kita pastikan tanda-tanda perkosaan karena masih kita lakukan pemeriksaan, apalagi hamil, tak ada. Kita masih melakukan pemeriksaan dan berkoordinasi dengan pihak kepolisian,” ujarnya.

Proses otopsi yang dilakukan dokter forensik ini belum selesai secara keseluruhan, sebab ada beberapa jaringan tubuh yang harus diperiksa secara lebih teliti di bagian Patologi Anatomi. Pasalnya telah terjadi proses pembusukan terhadap tubuh korban.

Usai diotopsi, jenazah Wahyuni Simangunsong seterusnya dibawa ke rumah duka dengan menggunakan ambulans. Sejumlah keluarga korban mengiringi saat jenazah yang sudah dikafani dan diselubungi kain batik itu dinaikkan ke ambulans. (jon/rud/mag-7/rud/uma)

 Pacar Korban Bekerja di Bank Sumut

Hasil wawancara wartawan POSMETRO MEDAN (grup Sumut Pos) di tempat kerja korban di Jalan S Parman Medan dengan petugas sekuriti Nalda menceritakan, Wahyuni br Simangunsong bekerja di Bank BRI Syariah sejak tahun 2008 lalu.

“Ayu sudah bekerja sejak tahun 2008 lalu, pertama kerja dia sebagai teller, namun sejak 8 bulan lalu dia diangkat menjadi fanding officer (FO),”ucap pria bertubuh tinggi itu

Nalda mengatakan korban pernah mengaku mempunyai pacar yang bekerja di Bank Sumut.
“Ayu bercerita kepada teman-temannya, dia mempunyai pacar yang bekerja di Bank Sumut tapi tidak bekerja di Medan melainkan di luar kota,”ujarnya.

Nalda mengungkapkan walaupun korban mempunyai pacar, tapi korban tidak pernah membawa pacarnya dalam acara-acara pesta yang dilakukan oleh teman-temannya.

“Kalau kami melakukan kegiatan seperti karoke dan rekreasi seperti di pantai daerah Namorambe, dia tidak pernah membawa pacar, akan tepai hanya membawa adiknya.

Nalda mengaku korban orangnya selalu tertutup dan selalu memilih-milih teman dalam bergaul.
“Dia orangnya selalu memilih teman dalam bergaul, tidak sembarang orang yang mau ditemaninya,”tambahnya. (ris/smg)

Bukan Hipnotis

Pengamat Hukum Pidana Umum dan Kriminolog dari Fakultas Hukum UMSU Nursarini Simatupang kepada Sumut Pos mengatakan, kejadian yang dialami korban sangat sadis. Dia menduga korban dibunuh oleh orang dekat korban

Pelaku, katanya, hanya ingin menguasai harta korban seluruhnya.
“Saya melihat kejadian ini ada keganjilan dimana laju kendaraan korban sempat dihentikan saat ia pulang ke rumah dari kantor yang mengaku seorang polisi berpakaian preman serta meminta menunjukkan surat-surat kendaraan,” kata Nursarini.

Sedangkan jarak rumah dan kantor masih dalam kota yakni Kota Medan. “Mungkin itu yang menghadang pelakunya orang yang dikenalnya. Tidak mungkin ia mau menghentikan laju mobil yang tidak ia kenal apalagi mengaku oknum polisi,” ujarnya.

Ia berharap, polisi harus bisa mengungkap peristiwa pembunuhan ini karena pelaku sudah berpindah-pindah untuk menhindari pengejaran polisi dan menghilangkan sejumlah barang bukti.
“Trik pelaku pun cukup baik untuk melakukan siasat menghindari dari pengejaran polisi. Tapi saya sangat yakin 100 persen pelakunya adalah orang terdekat korban, bukan hipnotis atau oknum polisi,” pungkasnya. (mag-7/jon)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/