29.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Sumut Defisit Dokter Urologi

PIRNGADI: Suasana Rumah sakit Umum Pirngadi Medan. Di Sumut, masih kekurangan dokter Urologi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara (Sumut) masih sangat kekurangan dokter spesialis urologi (SpU), jumlahnya hanya mencapai belasan dokter. Bahkan, jumlah ini belum ideal karena hanya tersebar di Medan dan beberapa kota di Sumut.

Padahal, saat ini cukup banyak penderita urologi di Sumut.

Dokter Zulpian Hasibuan SpU dari Fakultas Kedokteran UISU mengatakan, saat ini di Sumut baru ada sekitar 15 dokter urologi. Jumlah tersebut masih sangat belum cukup karena kebanyakan berada di Kota Medan.

“Selain di Medan, di daerah Sumut baru ada dua yaitu di Pematangsiantar dan Binjai. Sedangkan kabupaten/kota lainnya belum ada yang memiliki dokter spesialis urologi,” ungkapnya kepada Sumut Pos, Senin (5/8).

Menurut Zulpian, idealnya dokter urologi ada di setiap kabupaten/kota yang ada di Sumut. Dengan kata lain, setiap kabupaten/kota minimal memiliki satu hingga dua dokter spesialis yang mempelajari ilmu tentang sistem saluran kemih.

“Kabupaten-kabupaten lain belum tersebar. Padahal idealnya untuk setiap kabupaten/kota itu satu atau dua dokter urologi. Namun, untuk di Medan kebutuhannya masih terbilang cukup. Akan tetapi, seiring bertambahnya rumah sakit dan bertambahnya kasus, maka masih memungkinkan ada penambahan,” ujarnya.

Menurut Zulpian, di Sumut saat ini masih banyak masyarakat penderita urologi seperti penderita batu ginjal yang melakukan pengobatan tradisional. Hal itu karena tidak adanya dokter spesialis urologi di daerahnya tinggal. “Pasien yang berkaitan dengan penyakit urologi sangat banyak, mulai dari pasien penderita batu ginjal, tumor ginjal, hingga tumor kantung kemih. Bahkan, masih banyak yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat,” paparnya.

ulpian menyayangkan, kebanyakan kasus-kasus yang datang ke dokter urologi adalah penderita batu ginjal yang cukup parah karena ukuran batunya sudah besar dan bahkan menimbulkan komplikasi. Seperti hidronefrosis, artinya ginjal bengkak, infeksi hingga gagal ginjal. “Masyarakat kita masih mengedepankan alternatif maupun tradisional, makanya saat datang ke kita sudah terlambat. Terlebih, sampai-sampai mengalami kerusakan ginjalnya,” cetus dia.

ijelaskannya, pasien penderita penyakit urologi biasanya terkait dengan gaya hidup yang berubah. Ditambah lagi, pola makan yang tinggi kalsium dan tidak teratur. Apalagi, makanan tinggi asam urat, gampang sekali terbentuknya batu dengan cara mengkristalisasi. “Setiap tahun terjadi peningkatan kasus penyakit urologi di Sumut, paling tinggi adalah kasus batu ginjal. Umumnya, berkisar 60 persen pada pria dan 40 persen pada wanita,” pungkas Zulpian.

Sementara, Ketua Ikatan Ahli Urologi Sumut-Aceh, dr Ramlan SpU mengatakan, banyak faktor yang mempengaruhi defisitnya dokter spesialis urologi di Sumut. Misalnya, pusat-pusat penyaringan untuk menjadi dokter spesialis ini hanya terpusat di Pulau Jawa. Sedangkan di Sumut belum ada.

“Produksi dokter spesilasi urologi ini masih sedikit menghasilkan SDM-nya karena terpusat di Jawa, sehingga tidak merata penyebarannya,” ujar dia sembari menambahkan, di Indonesia dokter bidang ini baru sekitar 300-an jumlahnya. Untuk di Sumut hanya ada 15 dokter dan 6 di Aceh. (ris/ila)

PIRNGADI: Suasana Rumah sakit Umum Pirngadi Medan. Di Sumut, masih kekurangan dokter Urologi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara (Sumut) masih sangat kekurangan dokter spesialis urologi (SpU), jumlahnya hanya mencapai belasan dokter. Bahkan, jumlah ini belum ideal karena hanya tersebar di Medan dan beberapa kota di Sumut.

Padahal, saat ini cukup banyak penderita urologi di Sumut.

Dokter Zulpian Hasibuan SpU dari Fakultas Kedokteran UISU mengatakan, saat ini di Sumut baru ada sekitar 15 dokter urologi. Jumlah tersebut masih sangat belum cukup karena kebanyakan berada di Kota Medan.

“Selain di Medan, di daerah Sumut baru ada dua yaitu di Pematangsiantar dan Binjai. Sedangkan kabupaten/kota lainnya belum ada yang memiliki dokter spesialis urologi,” ungkapnya kepada Sumut Pos, Senin (5/8).

Menurut Zulpian, idealnya dokter urologi ada di setiap kabupaten/kota yang ada di Sumut. Dengan kata lain, setiap kabupaten/kota minimal memiliki satu hingga dua dokter spesialis yang mempelajari ilmu tentang sistem saluran kemih.

“Kabupaten-kabupaten lain belum tersebar. Padahal idealnya untuk setiap kabupaten/kota itu satu atau dua dokter urologi. Namun, untuk di Medan kebutuhannya masih terbilang cukup. Akan tetapi, seiring bertambahnya rumah sakit dan bertambahnya kasus, maka masih memungkinkan ada penambahan,” ujarnya.

Menurut Zulpian, di Sumut saat ini masih banyak masyarakat penderita urologi seperti penderita batu ginjal yang melakukan pengobatan tradisional. Hal itu karena tidak adanya dokter spesialis urologi di daerahnya tinggal. “Pasien yang berkaitan dengan penyakit urologi sangat banyak, mulai dari pasien penderita batu ginjal, tumor ginjal, hingga tumor kantung kemih. Bahkan, masih banyak yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat,” paparnya.

ulpian menyayangkan, kebanyakan kasus-kasus yang datang ke dokter urologi adalah penderita batu ginjal yang cukup parah karena ukuran batunya sudah besar dan bahkan menimbulkan komplikasi. Seperti hidronefrosis, artinya ginjal bengkak, infeksi hingga gagal ginjal. “Masyarakat kita masih mengedepankan alternatif maupun tradisional, makanya saat datang ke kita sudah terlambat. Terlebih, sampai-sampai mengalami kerusakan ginjalnya,” cetus dia.

ijelaskannya, pasien penderita penyakit urologi biasanya terkait dengan gaya hidup yang berubah. Ditambah lagi, pola makan yang tinggi kalsium dan tidak teratur. Apalagi, makanan tinggi asam urat, gampang sekali terbentuknya batu dengan cara mengkristalisasi. “Setiap tahun terjadi peningkatan kasus penyakit urologi di Sumut, paling tinggi adalah kasus batu ginjal. Umumnya, berkisar 60 persen pada pria dan 40 persen pada wanita,” pungkas Zulpian.

Sementara, Ketua Ikatan Ahli Urologi Sumut-Aceh, dr Ramlan SpU mengatakan, banyak faktor yang mempengaruhi defisitnya dokter spesialis urologi di Sumut. Misalnya, pusat-pusat penyaringan untuk menjadi dokter spesialis ini hanya terpusat di Pulau Jawa. Sedangkan di Sumut belum ada.

“Produksi dokter spesilasi urologi ini masih sedikit menghasilkan SDM-nya karena terpusat di Jawa, sehingga tidak merata penyebarannya,” ujar dia sembari menambahkan, di Indonesia dokter bidang ini baru sekitar 300-an jumlahnya. Untuk di Sumut hanya ada 15 dokter dan 6 di Aceh. (ris/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/