23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Organda: “Sopir Harus Diperjuangkan”

Terkait Usul Kenaikan Ongkos Angkot  

MEDAN- DPC Organda Kota Medan tetap akan ngotot mengusulkan kenaikkan tarif angkutan kota (Angkot) di Kota Medan, meski bakal berdampak kepada masyarakat.

Tentu saja, naiknya ongkos angkot bakal meresahkan masyarakat pengguna angkot nantinya. Sebab, jika ongkos angkot naik, masyarakat bakal beralih ke transportasi lain. Namun, DPC Organda Kota Medan sudah memikirkan dampaknya. Hal ini dilakukan semata-mata agar  sopir angkot di Kota Medan bisa mendapatkan penghasilan yang layak.

Seperti pendapat Muty, warga Medan Amplas ini. Ia  sangat keberatan jika ongkos angkot naik. Alasannya, kenaikkan tarif angkot akan menambah biaya pengeluaran transportasi. “Saya kalau mau kuliah naik angkot. Kalau ongkos angkot naik, jadi bertambah biaya transportasi. Kasihan orang tua saya terpaksa harus tambah biaya buat saya,” kata Muty.

Muty a meminta Pemko Medan memberikan solusi terbaik agar kenaikkan tarif angkot tidak merugikan masyarakat. Begitu juga terhadap nasib sopir, agar merasa tidak dirugikan. Karena itu Pemko Medan harus memperhatikan nasib sopir angkot yang penghasilannya sangat minim. “Pemko Medan harus memberikan solusi terbaik sehingga masyarakat tidak dirugikan atas kenaikkan tarif angkot, begitu juga terhadap supir juga tidak dirugikan,” harapnya.

Permintaan yang sama juga diutarakan Putra Ananda, warga Medan Marelan. Kata dia, jika tarif angkot naik, membuat biaya transportasinya bertambah. “Ongkos naik, biaya bertambah. Saya satu hari harus mengeluar ongkos Rp15 ribu untuk pulang pergi kerja. Kalau naik, pasti bertambah ongkos yang saya keluarkan,” tuturnya.

Dengan kenaikkan tarif angkot, Pemko Medan harus menyikapi permasalah ini sehingga masyarakat tidak diberatkan dengan tarif angkot baru nanti.”Saya minta Pemko Medan harus bijak menyikapi dengan baik agar masyarakat tidak diberatkan dengan naiknya ongkos angkot,” harapnya.

Ketua DPC Organda Kota Medan MG Munthe mengatakan, ia sudah memikirkan dampaknya bila tarif angkot dinaikkan. “Ini semata-mata demi memperjuangkan nasib sopir. Penghasilan sopir sudah tidak layak lagi. Penumpang sangat sepi. Kami tak punya pilihan lain dan terpaksa harus menaikkan tarif angkot,” tegas MG Munthe.

Sedangkan besarnya kenaikan tarif angkot nantinya, lanjut MG, masih dalam tahap pengusulan saja dan tengah dibahas Organda.

Namun MG memaparkan, Organda Kota Medan meminta menaikkan tarif angkot baru karenakan tarif sekarang adalah tarif lama pada tahun 2009. Yakni, per estefnya untuk pelajar Rp1.600 per estafet, penumpang umum Rp2.600 per estafet. “Tarif ini sudah 3 tahun digunakan dan belum ada kenaikkan,” kata MG.

Kemudian, penghasilan supir per harinya cukup memperhatian, berkisaran antara Rp25 ribu hingga Rp40 ribu per hari.  Dengan penghasilan itu, dirasa belum cukup. (gus)

Terkait Usul Kenaikan Ongkos Angkot  

MEDAN- DPC Organda Kota Medan tetap akan ngotot mengusulkan kenaikkan tarif angkutan kota (Angkot) di Kota Medan, meski bakal berdampak kepada masyarakat.

Tentu saja, naiknya ongkos angkot bakal meresahkan masyarakat pengguna angkot nantinya. Sebab, jika ongkos angkot naik, masyarakat bakal beralih ke transportasi lain. Namun, DPC Organda Kota Medan sudah memikirkan dampaknya. Hal ini dilakukan semata-mata agar  sopir angkot di Kota Medan bisa mendapatkan penghasilan yang layak.

Seperti pendapat Muty, warga Medan Amplas ini. Ia  sangat keberatan jika ongkos angkot naik. Alasannya, kenaikkan tarif angkot akan menambah biaya pengeluaran transportasi. “Saya kalau mau kuliah naik angkot. Kalau ongkos angkot naik, jadi bertambah biaya transportasi. Kasihan orang tua saya terpaksa harus tambah biaya buat saya,” kata Muty.

Muty a meminta Pemko Medan memberikan solusi terbaik agar kenaikkan tarif angkot tidak merugikan masyarakat. Begitu juga terhadap nasib sopir, agar merasa tidak dirugikan. Karena itu Pemko Medan harus memperhatikan nasib sopir angkot yang penghasilannya sangat minim. “Pemko Medan harus memberikan solusi terbaik sehingga masyarakat tidak dirugikan atas kenaikkan tarif angkot, begitu juga terhadap supir juga tidak dirugikan,” harapnya.

Permintaan yang sama juga diutarakan Putra Ananda, warga Medan Marelan. Kata dia, jika tarif angkot naik, membuat biaya transportasinya bertambah. “Ongkos naik, biaya bertambah. Saya satu hari harus mengeluar ongkos Rp15 ribu untuk pulang pergi kerja. Kalau naik, pasti bertambah ongkos yang saya keluarkan,” tuturnya.

Dengan kenaikkan tarif angkot, Pemko Medan harus menyikapi permasalah ini sehingga masyarakat tidak diberatkan dengan tarif angkot baru nanti.”Saya minta Pemko Medan harus bijak menyikapi dengan baik agar masyarakat tidak diberatkan dengan naiknya ongkos angkot,” harapnya.

Ketua DPC Organda Kota Medan MG Munthe mengatakan, ia sudah memikirkan dampaknya bila tarif angkot dinaikkan. “Ini semata-mata demi memperjuangkan nasib sopir. Penghasilan sopir sudah tidak layak lagi. Penumpang sangat sepi. Kami tak punya pilihan lain dan terpaksa harus menaikkan tarif angkot,” tegas MG Munthe.

Sedangkan besarnya kenaikan tarif angkot nantinya, lanjut MG, masih dalam tahap pengusulan saja dan tengah dibahas Organda.

Namun MG memaparkan, Organda Kota Medan meminta menaikkan tarif angkot baru karenakan tarif sekarang adalah tarif lama pada tahun 2009. Yakni, per estefnya untuk pelajar Rp1.600 per estafet, penumpang umum Rp2.600 per estafet. “Tarif ini sudah 3 tahun digunakan dan belum ada kenaikkan,” kata MG.

Kemudian, penghasilan supir per harinya cukup memperhatian, berkisaran antara Rp25 ribu hingga Rp40 ribu per hari.  Dengan penghasilan itu, dirasa belum cukup. (gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/