26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Model GenRe PIK-Mahasiswa UMSU Dipilih

Kita tahu, usia produktif berada pada usia kerja dan usia subur. Apalagi, jika kualitas pendidikan rendah bisa membawa akibat  terjadinya pertumbuhan penduduk yang tinggi.

PELAJAR: Dua siswi SLTP  tampil  kegiatan Genre Goes to School.
PELAJAR: Dua siswi SLTP tampil dalam kegiatan Genre Goes to School.

Kualitas manusia yang rendah ini akan mengakibatkan banyak kerugian. Misalnya, kerugian ekonomi jangka pendek antara lain, rendahnya produktivitas, hilangnya waktu produktif, biaya karyawan naik, kapasitas terpakai perusahaan rendah.

Sedangkan kerugian ekonomi jangka panjang yakni mutu tenaga kerja tetap rendah, TKI hanya sebagai tenaga kasar, pertumbuhan ekonomi lamban, dan daya saing di pasar global pun rendah.

Kekhawairan kita akan bertambah manakala usia angkatan kerja ini tidak terserap pasar kerja, secara baik. Maka, dapat dibilang, pengangguran merupakan sumber utama kemiskinan massal, baik kemiskinan materi maupun non-material.

Menyikapi persoalan ini, BKKBN, terus melakukan edukasi terhadap pelajar dan remaja. Melalui berbagai kegiatan remaja, sudah dilakukan edukasi sekaligus sosialisasi soal pentingnya ber-KB dalam membentuk keluarga. Misalnya, saja, BKKBN di berbagai daerah telah menggelar lomba poster untuk kalangan pelajar di tingkat SMP dan SMA. Program lain yang sudah dilaksanakan adalah seni tari, teater, musik, dan lomba poster. Program ini dinamakan Program GenRe (Genarasi Berencana). Melalui kegiatan ini yang diselingi dengan informasi soal KB, kalangan muda memiliki planning (rencana) untuk bagaimana mempersiapkan keluarganya dengan perencanaan yang matang sehingga terbentuk keluarga ideal, yakni cukup dengan dua anak.

Dalam rangka meningkatkan promosi Program GenRe, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara bekerja sama dengan PIK mahasiswa UMSU serta SKPD-KB Kota Medan melakukan Pemilihan Model GenRe PIK-Mahasiswa/wi Syahadah UMSU.

Dalam kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provsu drg Widwiono, MKes, Wakil Rektor III UMSU H Muhammad Arifin Gultom, SH, MHum serta Kepala Badan PP dan KB Kota Medan Pulungan Harahap, SH, MSi yang dilaksanakan pada hari Jumat lalu  di halaman Kampus UMSU. Adanya sosok model GenRe di kampus, khususnya di kampus UMSU bisa menjadi garde depan dalam memberikan pemahaman bersama kepada mahasiswa lainnya tentang pentingnya planning mempersiapkan keluarganya dengan perencanaan kelak.

Yang Muda Harus Berencana

Sejumlah tantangan menghadang pemuda dan remaja sebagai calon pemimpin, bukanlah persoalan ringan. Sebut saja pendidikan, kesehatan, dan pengangguran. Tak kalah menantang adalah triad kesehatan reproduksi remaja (KRR), yaitu seksualitas, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza), serta HIV/AIDS akibat rendahnya pengetahuan remaja tentang KRR, serta median usia kawin pertama perempuan yang relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun.

Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja Indonesia, khususnya yang belum menikah cenderung meningkat. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) dengan responden remaja berusia antara 15-24 tahun menunjukkan bahwa sebanyak 1 persen remaja perempuan dan 6 persen remaja laki-laki menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah.

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja relatif masih rendah sebagaimana ditunjukkan oleh hasil SKRRI. Sebanyak 13 persen remaja perempuan tidak tahu tentang perubahan fisiknya dan hampir separuhnya (47,9 persen) tidak mengetahui kapan masa subur seorang perempuan. Jika dibandingkan, maka pengetahuan responden remaja laki-laki tentang masa subur perempuan lebih tinggi (32,3 persen) daripada responden remaja perempuan (29 persen).

Pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah juga lebih tinggi (24,4 persen) dibandingkan dengan remaja perempuan (16,8 persen). Namun, pengetahuan remaja laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7 persen) jika dibandingkan dengan remaja perempuan (76,2 persen). Yang memprihatinkan, pengetahuan remaja tentang cara paling penting untuk menghindari infeksi HIV masih terbatas. Hanya 14 persen remaja perempuan dan 95 persen remaja laki-laki menyebutkan pantang berhubungan seks, 18 persen remaja perempuan dan 25 persen remaja laki-laki menyebutkan menggunakan kondom serta 11 persen remaja perempuan dan 8 persen remaja laki-laki menyebutkan membatasi jumlah pasangan (jangan berganti-ganti pasangan seksual) sebagai cara menghindari HIV/AIDS.

Median usia kawin pertama perempuan Indonesia masih relatif rendah sebagaimana ditunjukkan oleh hasil SDKI, yaitu 19,8 tahun. Beberapa faktor yang mempengaruhi median usia kawin pertama perempuan adalah faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal (desa/kota). Di antara faktor-faktor tersebut, faktor ekonomi merupakan faktor yang paling dominan terhadap median usia kawin pertama perempuan.
Hal ini ditengarai disebabkan oleh kemiskinan yang membelenggu perempuan dan orang tuanya. Karena tidak mampu membiayai anak perempuannya, maka orang tua menginginkan anaknya tersebut segera menikah sehingga mereka terlepas dari tanggung jawab dan berharap setelah anaknya menikah mereka akan mendapatkan bantuan ekonomi.

Semua permasalahan seputar remaja di atas pantas dicermati dan mendapatkan perhatian khusus dari segenap komponen bangsa, baik pemerintah maupun nonpemerintah. Karena itu, sebagai lembaga pemerintah, BKKBN turut berupaya mengantisipasi permasalahan seputar remaja tersebut melalui program Generasi Berencana (GenRe). Program GenRe dilaksanakan dengan menggunakan dua pendekatan. Yang pertama, pendekatan kepada orang tua yang mempunyai remaja melalui pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). Yang kedua, pendekatan kepada remaja itu sendiri melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja sebagai wadah penyebarluasan informasi kesehatan reproduksi remaja yang benar kepada remaja karena PIK Remaja memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi keluarga, triad KRR (seksualitas, HIV/AIDS, dan napza), keterampilan hidup (life skills), gender, dan keterampilan advokasi dan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).

Nah, GenRe Goes to School menyasar remaja pelajar SMA/SMK dan PIK Remaja Unggulan Jalur Sekolah karena sekolah adalah salah satu komunitas tempat remaja berkumpul. GenRe Goes to School bertujuan meningkatkan pengetahuan remaja tentang program GenRe serta meningkatkan pengembangan PIK Remaja di jalur sekolah, khususnya untuk menyosialisasikan program GenRe kepada remaja terutama remaja SMA/SMK, mempromosikan PIK Remaja Jalur Sekolah kepada remaja SMA/SMK, dan memberdayakan PIK Unggulan Jalur Sekolah. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan GenRe Goes to School berupa meningkatnya pemahaman dan kepedulian remaja tentang program GenRe, meningkatnya jumlah kelompok PIK Remaja jalur sekolah yang baru (Tahap Tumbuh), meningkatnya tahapan PIK ke tahapan yang lebih tinggi (Tumbuh ke Tegak dan Tegak ke Tegar), memberikan informasi yang tepat kepada remaja tentang kesehatan reproduksi, dan meningkatnya pemahaman dan perilaku remaja dalam upaya penundaan usia perkawinan (PUP). GenRe Goes to School diisi dengan acara talkshow, pentas seni, dan perlombaan. Kepanitiaan kegiatan ini melibatkan pengelola, pendidik sebaya, dan konselor sebaya PIK Remaja yang ada di sekolah yang bersangkutan.

Sekolah yang ditunjuk untuk melaksanakan GenRe Goes to School adalah sekolah yang memiliki PIK Unggulan, sebagaimana telah ditunjuk oleh Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN. Seerti SMAN 36 Jakarta Timur, DKI Jakarta; SMAN 11 Bekasi, Jawa Barat; SMAN 8 Malang, Jawa Timur; SMAN Swadhipa Natar Lampung Selatan, Lampung; SMAN 7 Binjai; SMAN 5 Makassar, Sulawesi Selatan; SMAN PAN Samarinda, Kalimantan Timur; SMA Kosgoro Tomohon, Sulawesi Utara; SMAN Binaan Khusus Dumai, Riau; dan SMAN 1 Pringgasela Lombok Timur, NTB. Peluncuran GenRe Goes to School di SMAN 36 Jakarta Timur akan diikuti dengan pelaksanaan GenRe Goes to School di sekolah-sekolah yang telah ditunjuk tersebut dan sekelah lainnya. (ila)

Kita tahu, usia produktif berada pada usia kerja dan usia subur. Apalagi, jika kualitas pendidikan rendah bisa membawa akibat  terjadinya pertumbuhan penduduk yang tinggi.

PELAJAR: Dua siswi SLTP  tampil  kegiatan Genre Goes to School.
PELAJAR: Dua siswi SLTP tampil dalam kegiatan Genre Goes to School.

Kualitas manusia yang rendah ini akan mengakibatkan banyak kerugian. Misalnya, kerugian ekonomi jangka pendek antara lain, rendahnya produktivitas, hilangnya waktu produktif, biaya karyawan naik, kapasitas terpakai perusahaan rendah.

Sedangkan kerugian ekonomi jangka panjang yakni mutu tenaga kerja tetap rendah, TKI hanya sebagai tenaga kasar, pertumbuhan ekonomi lamban, dan daya saing di pasar global pun rendah.

Kekhawairan kita akan bertambah manakala usia angkatan kerja ini tidak terserap pasar kerja, secara baik. Maka, dapat dibilang, pengangguran merupakan sumber utama kemiskinan massal, baik kemiskinan materi maupun non-material.

Menyikapi persoalan ini, BKKBN, terus melakukan edukasi terhadap pelajar dan remaja. Melalui berbagai kegiatan remaja, sudah dilakukan edukasi sekaligus sosialisasi soal pentingnya ber-KB dalam membentuk keluarga. Misalnya, saja, BKKBN di berbagai daerah telah menggelar lomba poster untuk kalangan pelajar di tingkat SMP dan SMA. Program lain yang sudah dilaksanakan adalah seni tari, teater, musik, dan lomba poster. Program ini dinamakan Program GenRe (Genarasi Berencana). Melalui kegiatan ini yang diselingi dengan informasi soal KB, kalangan muda memiliki planning (rencana) untuk bagaimana mempersiapkan keluarganya dengan perencanaan yang matang sehingga terbentuk keluarga ideal, yakni cukup dengan dua anak.

Dalam rangka meningkatkan promosi Program GenRe, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Utara bekerja sama dengan PIK mahasiswa UMSU serta SKPD-KB Kota Medan melakukan Pemilihan Model GenRe PIK-Mahasiswa/wi Syahadah UMSU.

Dalam kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provsu drg Widwiono, MKes, Wakil Rektor III UMSU H Muhammad Arifin Gultom, SH, MHum serta Kepala Badan PP dan KB Kota Medan Pulungan Harahap, SH, MSi yang dilaksanakan pada hari Jumat lalu  di halaman Kampus UMSU. Adanya sosok model GenRe di kampus, khususnya di kampus UMSU bisa menjadi garde depan dalam memberikan pemahaman bersama kepada mahasiswa lainnya tentang pentingnya planning mempersiapkan keluarganya dengan perencanaan kelak.

Yang Muda Harus Berencana

Sejumlah tantangan menghadang pemuda dan remaja sebagai calon pemimpin, bukanlah persoalan ringan. Sebut saja pendidikan, kesehatan, dan pengangguran. Tak kalah menantang adalah triad kesehatan reproduksi remaja (KRR), yaitu seksualitas, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza), serta HIV/AIDS akibat rendahnya pengetahuan remaja tentang KRR, serta median usia kawin pertama perempuan yang relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun.

Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja Indonesia, khususnya yang belum menikah cenderung meningkat. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) dengan responden remaja berusia antara 15-24 tahun menunjukkan bahwa sebanyak 1 persen remaja perempuan dan 6 persen remaja laki-laki menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah.

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja relatif masih rendah sebagaimana ditunjukkan oleh hasil SKRRI. Sebanyak 13 persen remaja perempuan tidak tahu tentang perubahan fisiknya dan hampir separuhnya (47,9 persen) tidak mengetahui kapan masa subur seorang perempuan. Jika dibandingkan, maka pengetahuan responden remaja laki-laki tentang masa subur perempuan lebih tinggi (32,3 persen) daripada responden remaja perempuan (29 persen).

Pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah juga lebih tinggi (24,4 persen) dibandingkan dengan remaja perempuan (16,8 persen). Namun, pengetahuan remaja laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7 persen) jika dibandingkan dengan remaja perempuan (76,2 persen). Yang memprihatinkan, pengetahuan remaja tentang cara paling penting untuk menghindari infeksi HIV masih terbatas. Hanya 14 persen remaja perempuan dan 95 persen remaja laki-laki menyebutkan pantang berhubungan seks, 18 persen remaja perempuan dan 25 persen remaja laki-laki menyebutkan menggunakan kondom serta 11 persen remaja perempuan dan 8 persen remaja laki-laki menyebutkan membatasi jumlah pasangan (jangan berganti-ganti pasangan seksual) sebagai cara menghindari HIV/AIDS.

Median usia kawin pertama perempuan Indonesia masih relatif rendah sebagaimana ditunjukkan oleh hasil SDKI, yaitu 19,8 tahun. Beberapa faktor yang mempengaruhi median usia kawin pertama perempuan adalah faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal (desa/kota). Di antara faktor-faktor tersebut, faktor ekonomi merupakan faktor yang paling dominan terhadap median usia kawin pertama perempuan.
Hal ini ditengarai disebabkan oleh kemiskinan yang membelenggu perempuan dan orang tuanya. Karena tidak mampu membiayai anak perempuannya, maka orang tua menginginkan anaknya tersebut segera menikah sehingga mereka terlepas dari tanggung jawab dan berharap setelah anaknya menikah mereka akan mendapatkan bantuan ekonomi.

Semua permasalahan seputar remaja di atas pantas dicermati dan mendapatkan perhatian khusus dari segenap komponen bangsa, baik pemerintah maupun nonpemerintah. Karena itu, sebagai lembaga pemerintah, BKKBN turut berupaya mengantisipasi permasalahan seputar remaja tersebut melalui program Generasi Berencana (GenRe). Program GenRe dilaksanakan dengan menggunakan dua pendekatan. Yang pertama, pendekatan kepada orang tua yang mempunyai remaja melalui pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). Yang kedua, pendekatan kepada remaja itu sendiri melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja sebagai wadah penyebarluasan informasi kesehatan reproduksi remaja yang benar kepada remaja karena PIK Remaja memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi keluarga, triad KRR (seksualitas, HIV/AIDS, dan napza), keterampilan hidup (life skills), gender, dan keterampilan advokasi dan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).

Nah, GenRe Goes to School menyasar remaja pelajar SMA/SMK dan PIK Remaja Unggulan Jalur Sekolah karena sekolah adalah salah satu komunitas tempat remaja berkumpul. GenRe Goes to School bertujuan meningkatkan pengetahuan remaja tentang program GenRe serta meningkatkan pengembangan PIK Remaja di jalur sekolah, khususnya untuk menyosialisasikan program GenRe kepada remaja terutama remaja SMA/SMK, mempromosikan PIK Remaja Jalur Sekolah kepada remaja SMA/SMK, dan memberdayakan PIK Unggulan Jalur Sekolah. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan GenRe Goes to School berupa meningkatnya pemahaman dan kepedulian remaja tentang program GenRe, meningkatnya jumlah kelompok PIK Remaja jalur sekolah yang baru (Tahap Tumbuh), meningkatnya tahapan PIK ke tahapan yang lebih tinggi (Tumbuh ke Tegak dan Tegak ke Tegar), memberikan informasi yang tepat kepada remaja tentang kesehatan reproduksi, dan meningkatnya pemahaman dan perilaku remaja dalam upaya penundaan usia perkawinan (PUP). GenRe Goes to School diisi dengan acara talkshow, pentas seni, dan perlombaan. Kepanitiaan kegiatan ini melibatkan pengelola, pendidik sebaya, dan konselor sebaya PIK Remaja yang ada di sekolah yang bersangkutan.

Sekolah yang ditunjuk untuk melaksanakan GenRe Goes to School adalah sekolah yang memiliki PIK Unggulan, sebagaimana telah ditunjuk oleh Direktorat Bina Ketahanan Remaja BKKBN. Seerti SMAN 36 Jakarta Timur, DKI Jakarta; SMAN 11 Bekasi, Jawa Barat; SMAN 8 Malang, Jawa Timur; SMAN Swadhipa Natar Lampung Selatan, Lampung; SMAN 7 Binjai; SMAN 5 Makassar, Sulawesi Selatan; SMAN PAN Samarinda, Kalimantan Timur; SMA Kosgoro Tomohon, Sulawesi Utara; SMAN Binaan Khusus Dumai, Riau; dan SMAN 1 Pringgasela Lombok Timur, NTB. Peluncuran GenRe Goes to School di SMAN 36 Jakarta Timur akan diikuti dengan pelaksanaan GenRe Goes to School di sekolah-sekolah yang telah ditunjuk tersebut dan sekelah lainnya. (ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/