MEDAN-Beberapa hari belakangan ini Kota Medan mengalami perubahan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau. Sabtu (7/5) kemarin, suhu udara di Kota Medan sudah mencapai 39 derajat celcius.
“Cuaca hujan dalam beberapa hari belakangan ini di Kota Medan disebabkan cuaca anomali yang menyelimuti Kota Medan sehingga panas mancapai 39 derajat celcius,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun I Bandara Polonia Medan Firman AMG pada wartawan, kemarin (7/5).
Meskipun begitu perubahan cuaca yang terjadi saat ini di Medan belum ekstrim. Diperkirakan puncaknya Juni hingga September nanti. “Ini bukan cuaca ekstrim. Bulan Juni sampai September nanti, Kota Medan sudah masuk musim kemarau. Jika pada siang harinya cuaca panas, ini disebabkan adanya pengaruh anomali cuaca atau perubahan cuaca,” beber Firman.
Firman juga mengatakan, cuaca ini kemungkinan akan berakhir pada akhir Desember, atau ketika memasuki awal Januari.
“Cuaca seperti ini akan terus berlangsung sampai pertengahan atau akhir bulan Desember. Ataupun awal bulan Januari nanti,” tuturnya.
Cuaca ekstrim diselingi hujan yang melanda kota Medan beberapa hari belakangan, berdampak terhadap potensi penyakit menular seperti diare dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Potensi tersebut tak lain dipengaruhi oleh lingkungan baik secara langsung maupun melalui perantara.
DR dr Umar Zein DTM&H, SpPD, KPTI mengaku, pengaruh lingkungan yang langsung berpotensi terhadap penyakit di antaranya ISPA, akibat debu yang dihasilkan oleh cuaca panas. Selain itu, penyakit diare dan demam berdarah dengue (DBD).
Menurut Umar, debu bisa menyebar ke makanan ataupun jajanan yang tidak tertutup dan dikonsumsi oleh orang lain sehingga dapat merusak pencernaan dan berujung kepada diare.
‘’Potensi diare juga sangat dominan mengancam anak-anak sekolah dengan menkonsumsi jajanan yang tidak memiliki kemasan. Apalagi jika daya tahan tubuh menurun, maka akan lebih memudahkan risiko terkena penyakit,’’sebut Umar.
Sementara, faktor cuaca panas lalu mendadak hujan disertai angin kencang bahkan menimbulkan banjir juga berpotensi terhadap penyakit DBD. “Cuaca ekstrim merupakan cuaca yang sangat mempengaruhi laju pertumbuhan Nyamuk Aedes Aegypti sebagai pembawa virus,” ungkapnya.
Untuk itu Umar mengimbau agar masyarakat waspada terhadap berbagai penyakit tersebut.
Dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar serta menjaga pola makan. “Karena dengan menjaga kebersihan lingkungan dan pola makan yang baik serta rajin mengkonsumsi air putih diharapkan bisa menghindari dari penyakit-penyakit yang berpotensi timbul saat cuaca ekstrim,’’ katanya. (rud/uma)