JAKARTA-Persaingan untuk memperebutkan perahu Partai Golkar sebagai pengusung cagub di Pilgubsu 2013, semakin ketat. Diam-diam, aksi lobi sudah gencar dimainkan.
Sumber Sumut Pos menyebutkan, pada awal pekan ini Gus Irawan Pasaribu menemui Ade Komaruddin, salah seorang ke tua DPP Golkar. Gus Irawan menggalang lobi, didampingi abangnya, Bupati Tapanuli Selatan Syahrul Pasaribun
Hanya saja, Ade Komaruddin belum berani menjamin Gus yang nantinya akan diusung Golkar. Ade memastikan bahwa hasil survei yang akan menjadi patokan. “Lobi dilakukan empat hari lalu,” kata sumber yang tak mau namanya ditulis.
Sementara, terkait dengan survei, pengamat politik yang intens mengikuti dinamika Pilgubsu, Umar Syadat Hasibuan, menyebutkan, hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga survei di Jakarta, menempatkan Gus Irawan di posisi teratas.
“Yang saya tahu, ada beberapa lembaga survei yang bekerja atas permintaan sejumlah kalangan, hasilnya Gus Irawan tertinggi,” ujar Umar, kemarin.
Dengan alasan itu, Umar yakin, dari lima nama jagoan Golkar seperti diberitakan kemarin (7/6), Gus Irawan lah yang pada akhirnya akan diusung Golkar.
Bukankah dari lima nama itu ada kader Golkar yakni Chairuman Harahap? Umar mengatakan, untuk Pilgubsu kali ini, dia yakin Golkar akan berpatokan pada hasil survei. “Saya yakin, Golkar tak mau mengulang sejarah buruk Pilgub 2008, mengusung kader sendiri yang hasil surveinya jelek, yakni Ali Umri. Hasilnya pun jeblok,” ujar doktor politik lulusan Universitas Indonesia (UI) itu.
Sebelumnya diberitakan, Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (Wasekjen DPP) Partai Golkar, Leo Nababan, menyebut lima nama kandidat yang paling berpeluang, berdasarkan tingkat elektabilitasnya.
Nama kelima tokoh ini sendiri saat ini merupakan figur yang sangat dikenal secara luas oleh masyarakat Sumatera Utara. Yaitu mantan Sekretaris Daerah Pemprov Sumut RE Nainggolan, Direktur Utama Bank Sumut Gus Irawan Pasaribu, dan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara Irjen Wisjnu Amat Sastro. Dua nama lainnya adalah mantan Wali Kota Medan Abdillah dan anggota DPR dari Partai Golkar Chairuman Harahap.
Lima Besar Jangan Besar Kepala
Terpisah, pengamat politik dari Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, punya pendapat berbeda dengan Umar. Dia mengingatkan kelima kandidat yang masuk lima besar itu, tidak besar kepala. Dia mengatakan, peluang kelima nama itu justru nantinya terpental, sangat terbuka lebar.
Alasannya, menurut Ray, model perekrutan calon kepala daerah oleh partai, selama ini tidak hanya faktor hasil survei yang menentukan. “Menurut saya ada tiga elemen, yakni hasil survei, kader atau bukan, dan terakhir finansial,” ujar Ray, pria asal Madina itu.
Dengan demikian, menurut Ray, jika hasil survei bagus, dia dari internal kader, tapi jika tidak siap pendanaan yang besar, maka partai tidak akan sudi mengusungnya. Contoh kasus Chairuman Harahap jelang Pilgub 2008, meski hasil survei dia teratas, tapi nyatanya tak ada partai yang mau mencalonkannya.
“Jadi tergantung nego, yang berani dengan tawaran tinggi, bisa diterima. Karena tak ada ceritanya partai mau mengeluarkan dana untuk kandidat,” cetus Ray. (sam)