Laporan Eka Yuliana, BANDARLAMPUNG
Tak sulit untuk menemukan kediaman Nining Sukarni (45), ibunda Mayang Prasetyo yang belakangan diketahui bernama asli Febri Andriansyah, di Jalan Panglima Polim Gang Star No 24, Sukamenanti, Kedaton, Bandarlampung. Di rumah dua lantai berdinding merah muda tersebut Nining bersama dua anaknya, Jenny dan Gabi tinggal.
Saat Radar Lampung (JPNN) menyambangi rumah yang ternyata baru dua bulan ditempati dengan biaya sewa Rp 6 juta per tahunnya tersebut telah ramai media. Semuanya memiliki tujuan yang sama dengan Radar Lampung, ingin bertanya lebih detail tentang Mayang alias Febri. Sebenarnya Mayang telah membelikan rumah di Sukabumi untuk keluarganya, namun karena lokasinya yang jauh, keluarga tidak menempatinya.
Seorang wanita bertubuh kurus dan berkacamata dengan sabar menjawab pertanyaan awak media yang hadir di rumahnya. Ya, dialah Nining, ibunda Mayang. Raut wajahnya terlihat sangat sedih, meski tak ada air mata yang menetes.
Nining mulai bercerita tentang Mayang alias Febri, anak sulungnya tersebut. Menurutnya Mayang merupakan tulang punggung keluarga sejak 2005 lalu. seluruh biaya hidup keluarga termasuk biaya sekolah adik dan neneknya ditanggung Mayang.
“Setiap bulan dia transfer ke saya. Kalaupun terlambat, dia akan mengabari. Sebulan ia kirimkan empat sampai lima juta. Uang itu dibagi dua untuk biaya neneknya membeli diapers. Neneknya sudah tua, sakit-sakitan,” urainya.
Berita tentang meninggalnya Mayang telah didapatnya sejak malam Senin. Sekitar pukul tujuh malam, sesorang yang mengaku temannya Mayang datang. Ia mengabarkan mendapatkan berita dari Bali bahwa Mayang telah meninggal. “Temannya yang dari Bali dapat kabar dari Australia,” katanya.
Nining mengaku sangat kaget dengan kabar tersebut. Ia sangat tidak percaya anak sulungnya tersebut meninggal dengan cara yang tragis. “Kaget sekali, enggak percaya, seperti mimpi,” kata ibu tiga anak ini.
Ia mengatakan terakhir berkomunikasi dengan Ebi – sapaan akrab Mayang alias Febri- pada 2 Oktober lalu. “Seperti biasa, kita bertukar kabar dengan SMS-an. Menanyakan kabar. Seminggu sebelum kabar dia meninggal juga telponan. Dia tidak cerita apa-apa,” lanjutnya.