Aradi, Berawal dari Percetakan jadi Pengusaha
Aradi sarjana lulusan Fakultas Sastra, Jurusan Pariwisata USU tamatan tahun 2000 membuka usaha bingkai bernama Kun Art, di Jalan Karang Berombak, Gang Madrasah nomor 22 B Medan. Seperti apa?
M Sahbainy Nasution, Medan
Sebelum berkecimpung di dunia seni, pria berusia 35 tahun yang akrab dipanggil Adi sempat bekerja di percetakan toko bunga, mebel, restoran dan galeri. Setelah itu ia mencoba dengan cara otodidak yaitu memanfaatkan limbah dan menjadikannya barang berharga.
“Awalnya berdiri pada tahun 2004 tapi saat itu saya masih coba-caba, setelah nikah pada tahun 2006 baru saya fokus ke seni ini. Dulunya saya terinsipirasi dan senang dengan barang-barang yang unik. Saya melihat barang-barang dari Jawa kemudian mencobanya,” katanya.
Setelah mencoba dia mencoba memasarkan ke teman-temannya dan ternyata berhasil. Menurut Adi, awalnya dia hanya bermodalkan Rp1 juta saat membuat bingkai cermin, bingkai lukisan dan bingkai foto.
“Awalnya, saya meniru, tapi lama kelamaan sudah dikombinasikan,”katanya pria beranak dua itu.
Sudah enam tahun dia menjual barang hasil karayanya dan saat ini dia sudah mempunyai empat karyawan. Adi menceritakan, 80 persen bahan bakunya dari barang-barang limbah, seperti keramik, kaca, batok kelapa, kayu manis, kulit telur, rotan, batu-batuan, kayu mahoni, botol dan lainnya.
“Seperti kulit telur yang diambil dari tukang mie, kalau kayu mahoni sisa potongan ranting pohon di jalan,” katanya.
Untuk bahan pendukungnya, kata Adi, memakai cat, triplek kayu, lem kayu, pewarna sari dan finishingnya dilakukan dengan cara memakai melamin.
Dari bahan limbah tersebut, Adi dapat menghasilkan bahan yang berharga dan banyak dipakai sebagai pajangan di rumah, kantor ataupun sekolahan seperti bingkai, cermin, pot bunga, kotak tisu, meja, kotak P3K, kotak kue, souvenir, pot bunga. Menurutnya, pembeli juga bisa menempah seperti yang mereka inginkan.
Setiap minggunya dia bisa membuat 250 bingkai foto. Dan yanng paling sulit membuatnya dari kerang-kerangan seperti membuat partisi atau penyekat ruangan dapat menghabiskan waktu sampai sebulan lebih.
“Kami juga membutuhkan cahaya matahari kalau musim hujan barang lama keringnya, kalau musim panas baru cepat dapat diproduksi,” katanya.
Barang-barang yang dijualnya bervariasi seperti bingkai foto Rp 3 ribu sampai Rp1 juta, cermin Rp90 ribu sampai Rp1 juta, meja Rp3 juta, souvenir Rp3 ribu sampai Rp 5 ribu, pot bunga Rp 4 ribu sampai Rp100 ribu.
“Dan yang paling mahal saya jual pada penyekat ruangan atau partisi sekitar Rp4 juta, tapi kalau ini jarang orang pesan,”katanya.
Dia mengaku pemasaran masih di Kota Medan, Aceh dan Pekanbaru.
“Alhamdulillah kalau pendapatan bersih saya bisa dapat Rp3 juta sampai Rp4 juta terganting harinya kalau hari besar bisa lebih,”ucapnya.(*)
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network