26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Setiap Show Butuh 6 Bulan Riset

Raka Denny/Jawa Pos/jpnn MASTERPIECE: Oscar Lawalata (dua dari kanan) dan Mada van Gaans (dua dari kiri) di JFW 2015. Oscar membawakan busana bertajuk The Ceremony of Java.
Raka Denny/Jawa Pos/jpnn
MASTERPIECE: Oscar Lawalata (dua dari kanan) dan Mada van Gaans (dua dari kiri) di JFW 2015. Oscar membawakan busana bertajuk The Ceremony of Java.

NORA SAMPURNA, Jakarta

 

GEMULAI gerak para model yang melangkah pelan saat memperagakan busana rancangan Oscar Lawalata menghasilkan tontonan memukau di panggung runway Jakarta Fashion Week (JFW) 2015, Senayan City, Selasa (4/11). Diiringi alunan musik bernuansa Jawa, show malam itu seakan memiliki kekuatan magis yang membuat penonton lebur di dalamnya. Peragaan busana bertajuk The Ceremony of Java tersebut menampilkan keindahan tradisi dalam sentuhan modern.

Gaun one shoulder, halterneck, jumpsuit, hingga atasan menyerupai baju dodot berlapis outer, dalam warna hitam, biru, hijau, beraksen garis emas, dalam bahan-bahan lembut melayang begitu memanjakan mata. Garis rancangan klasik, simpel namun tetap modern dan sophisticated, menunjukkan ciri khas Oscar.

Total, 48 look ditampilkan dalam show tersebut. Diambil dari dua lini milik Oscar, Lock Chan yang mengangkat batik serta Mongoloid yang dominan hitam dengan tekstur modern. Oscar berkolaborasi dengan Mada van Gaans, desainer aksesori asal Belanda yang pernah tiga tahun tinggal di Jogjakarta.

Aksesori karya Mada yang kental akan budaya Jawa berpadu apik dengan busana-busana rancangan Oscar. Kolaborasi itu disebut Oscar sebagai bentuk perayaan budaya antara dua manusia dalam wujud fashion.

Ditemui setelah show di backstage JFW, desainer kelahiran Pekanbaru, 1 September 1977, tersebut menceritakan proses kreatif di balik show malam itu. ’’Saya terinspirasi tarian Jawa bedaya. Semua atribut dan gerak tubuh penarinya begitu filosofis dan mystical. Keindahan itulah yang saya tuangkan dalam rancangan kali ini,’’ kata Oscar.

Untuk menyiapkan show kali ini, putra artis senior Reggy Lawalata tersebut memerlukan waktu enam bulan. Hari-harinya dihabiskan di workshop, menggali inspirasi, lalu menuangkannya dalam desain busana.

’’Selesai satu show, ide-ide lainnya sudah penuh di kepala. Hari-hari saya selalu memikirkan ide desain,’’ ucap Oscar yang berpartisipasi di JFW sejak kali pertama diadakan pada 2008.

Sepekan sebelumnya, pemilik nama lengkap Oscar Septianus Lawalata itu juga menggelar show di event Bazaar Fashion Week. Bisa dibayangkan betapa sibuknya Oscar menyiapkan dua show besar dalam waktu yang berdekatan seperti itu.

Oscar dikenal sebagai desainer yang concern mengeksplorasi tradisi Indonesia. Sosok lembut yang selalu tampil dengan rambut panjang sebahu itu memiliki lima lini fashion. Selain Lock Chan dan Mongoloid, ada The Bodo yang mengangkat tenun sutra Indonesia. Lalu, Ikat yang menonjolkan ikat Nusa Tenggara Timur serta Katunkatunku yang mengeksplorasi look Indonesia dari bahan katun.

Mengenai kain ikat NTT, Oscar punya cerita panjang. Dia sudah berkarya dengan kain ikat NTT sejak satu dekade silam, tepatnya mulai 2004. Oscar begitu terpesona pada keindahan kain tradisional dari Indonesia Timur tersebut. Karena itu, dia mempelajari langsung teknik membuatnya. Tidak terhitung berapa kali Oscar berkunjung ke NTT untuk mempelajari kain ikat.

’’Sampai saat ini, saya masih sering ke sana. Dalam setahun bisa sampai lima kali. Bagaimana kita pergi melihat budaya, itu akan memberikan banyak kedalaman inspirasi ke dalam karya yang kita buat,’’ ujarnya.

Oscar kerap membawa rancangan desainnya yang mengusung kain tradisional Indonesia ketika menggelar show di luar negeri. ’’Apa yang saya buat bukan sekadar busana, melainkan karya seni. Saya selalu berusaha menampilkan kekayaan budaya dalam rancangan saya seperti baju bodo, batik, ikat NTT, dan banyak lainnya,’’ ungkapnya.

Selain mengeksplorasi kekayaan budaya, Oscar menyukai tantangan dan hal-hal baru dalam setiap karya. Misalnya, ketika dia mendesain jersey untuk klub-klub peserta Speedy NBL (National Basketball League) yang di-launchingSeptember lalu. Dia mengaku mendapat pengalaman tersendiri ketika harus merancang jersey pemain basket.

Oscar tidak mengalami banyak kesulitan dalam mewujudkan idenya itu. Sebab, dia bisa becermin dari sang adik, Mario Lawalata, yang dikenal sebagai aktor dan presenter yang hobi basket.

Seperti halnya riset mendalam yang dilakukan untuk setiap karyanya, ketika mendesain jersey klub basket NBL, Oscar juga mengumpulkan data mengenai profil, filosofi, serta karakter setiap klub. Karena itu, dia membutuhkan waktu cukup lama, sekitar empat bulan, untuk menyelesaikan rancangannya. ’’Saya memang suka tantangan,’’ ujarnya.

Munculnya desainer-desainer baru yang mencuat lewat ajang pekan mode Indonesia seperti JFW atau Indonesia Fashion Week (IFW) membuat Oscar makin tertantang. Sebab, itu berarti industri fashion Indonesia makin berkembang. Banyaknya buyer dari luar negeri menjadi indikator bahwafashion tanah air mulai mendapat tempat di dunia mode internasional, khususnya di Asia.

’’Banyak sekali desainer muda Indonesia yang bermunculan dan tidak hanya dari kota-kota besar. Hanya, bagaimana setiap desainer harus memiliki identitas kuat,’’ tegas Oscar yang menyukai suasana tenang saat bekerja diworkshop tersebut.

Perjalanan Oscar menjadi desainer dimulai 16 tahun silam. Suka menggambar sejak kecil, dia menemukan passion-nya di bidang fashion design. Lulus SMA, dia masuk ke Esmod Jakarta, sekolah mode asal Prancis. Hanya satu setengah tahun kuliah, Oscar memutuskan berhenti karena krisis ekonomi pada 1998. ’’Sebab, bayarnya pakai dolar. Padahal, kurs dolar sangat tinggi,’’ tuturnya.

Dia lantas memberanikan diri membuka butik kecil-kecilan di garasi rumah. Dia juga mulai berani menunjukkan rancangannya kepada para artis teman mamanya. Salah satunya kepada penyanyi Titi D.J. Titi pun kemudian menjadi klien pertama Oscar. Sejak itu, busana desain Oscar yang unik menjadi langganan para artis. Namanya pun langsung terkerek menjadi desainer papan atas.

Setahun setelah itu, Oscar berhasil menjadi runner-up dalam ajang ASEAN Young Fashion Designer Contest 1999 di Singapura. Dia juga dianugerahi International Young Creative Entrepreneur (IYCE) Fashion Award 2009 di Inggris dengan menyisihkan 114 desainer dari 47 negara. Penghargaan tersebut diraih berkat konsistensinya mengolah serta mengembangkan kekayaan kain tradisional Indonesia. Pada 2010, Oscar menampilkan rancangannya dalam dua event mode bergengsi dunia, yaitu Pret a Porter di Paris serta London Fashion Week.

Support keluarga, terutama dari mama dan adik, menjadi faktor kesuksesan Oscar. Reggy dan Mario selalu hadir dalam show Oscar, termasuk di JFW Selasa lalu. ’’Saya selalu dikasih tahu jadwal show-nya jauh-jauh hari sehingga bisa menyiapkan diri untuk datang. Sebab, saya dan mama tahu banget kerja keras Oscar dalam menyiapkan setiap show-nya,’’ ungkap Mario.

Menurut artis 34 tahun itu, Oscar merupakan pribadi yang sangat fokus dan perfeksionis. Dia memiliki banyak koleksi buku literatur budaya dan kekayaan tradisi Indonesia yang sangat berguna dalam proses kreatif merancang suatu desain. Bila sedang berkonsentrasi mendesain untuk persiapan show, Oscar tidak bisa diganggu. Jangankan oleh orang lain, mama dan adiknya pun tidak berani mengusik.

’’Kalau lagi konsen, Oscar berubah jadi galak. Boro-boro ngajak pergi, buat ngobrol aja nggak bisa. Tapi, begitulah Oscar. Dia benar-benar mencurahkan seluruh pikirannya pada bidang yang dia suka,’’ ujarnya.

Mario ingat betul, waktu SMP, saat mendapat tugas menggambar, dirinya pasti minta tolong Oscar untuk membuatkan. Pria yang tergabung dalam tim basket selebriti Happy Ballers itu begitu mengidolakan sang kakak.

’’Lihat sehelai kain, Oscar sudah bisa membayangkan akan membuat rancangan seperti apa. Meskipun sudah nonton show-nya bertahun-tahun, saya selalu dibikin amazed di tiap rancangannya,’’ ujar Mario yang kerap mengenakan setelan rancangan kakak sekaligus desainer kebanggaannya itu.

Saat ini Oscar sedang membangun kantor, workshop, sekaligus rumah tinggal di samping rumah sang mama di kawasan Jakarta Selatan. Dia menegaskan akan terus mengembangkan kain-kain tradisional, memberikan ruang bagi perajin-perajin di pedalaman Indonesia untuk berkreasi dan menampilkan keindahan budaya Indonesia dalam rancangan desainnya.

’’Masih banyak ragam budaya Indonesia yang belum tersentuh dan bisa di-explore dalam rancangan busana,’’ ucap dia. (c5/ari/jpnn/tom)

Raka Denny/Jawa Pos/jpnn MASTERPIECE: Oscar Lawalata (dua dari kanan) dan Mada van Gaans (dua dari kiri) di JFW 2015. Oscar membawakan busana bertajuk The Ceremony of Java.
Raka Denny/Jawa Pos/jpnn
MASTERPIECE: Oscar Lawalata (dua dari kanan) dan Mada van Gaans (dua dari kiri) di JFW 2015. Oscar membawakan busana bertajuk The Ceremony of Java.

NORA SAMPURNA, Jakarta

 

GEMULAI gerak para model yang melangkah pelan saat memperagakan busana rancangan Oscar Lawalata menghasilkan tontonan memukau di panggung runway Jakarta Fashion Week (JFW) 2015, Senayan City, Selasa (4/11). Diiringi alunan musik bernuansa Jawa, show malam itu seakan memiliki kekuatan magis yang membuat penonton lebur di dalamnya. Peragaan busana bertajuk The Ceremony of Java tersebut menampilkan keindahan tradisi dalam sentuhan modern.

Gaun one shoulder, halterneck, jumpsuit, hingga atasan menyerupai baju dodot berlapis outer, dalam warna hitam, biru, hijau, beraksen garis emas, dalam bahan-bahan lembut melayang begitu memanjakan mata. Garis rancangan klasik, simpel namun tetap modern dan sophisticated, menunjukkan ciri khas Oscar.

Total, 48 look ditampilkan dalam show tersebut. Diambil dari dua lini milik Oscar, Lock Chan yang mengangkat batik serta Mongoloid yang dominan hitam dengan tekstur modern. Oscar berkolaborasi dengan Mada van Gaans, desainer aksesori asal Belanda yang pernah tiga tahun tinggal di Jogjakarta.

Aksesori karya Mada yang kental akan budaya Jawa berpadu apik dengan busana-busana rancangan Oscar. Kolaborasi itu disebut Oscar sebagai bentuk perayaan budaya antara dua manusia dalam wujud fashion.

Ditemui setelah show di backstage JFW, desainer kelahiran Pekanbaru, 1 September 1977, tersebut menceritakan proses kreatif di balik show malam itu. ’’Saya terinspirasi tarian Jawa bedaya. Semua atribut dan gerak tubuh penarinya begitu filosofis dan mystical. Keindahan itulah yang saya tuangkan dalam rancangan kali ini,’’ kata Oscar.

Untuk menyiapkan show kali ini, putra artis senior Reggy Lawalata tersebut memerlukan waktu enam bulan. Hari-harinya dihabiskan di workshop, menggali inspirasi, lalu menuangkannya dalam desain busana.

’’Selesai satu show, ide-ide lainnya sudah penuh di kepala. Hari-hari saya selalu memikirkan ide desain,’’ ucap Oscar yang berpartisipasi di JFW sejak kali pertama diadakan pada 2008.

Sepekan sebelumnya, pemilik nama lengkap Oscar Septianus Lawalata itu juga menggelar show di event Bazaar Fashion Week. Bisa dibayangkan betapa sibuknya Oscar menyiapkan dua show besar dalam waktu yang berdekatan seperti itu.

Oscar dikenal sebagai desainer yang concern mengeksplorasi tradisi Indonesia. Sosok lembut yang selalu tampil dengan rambut panjang sebahu itu memiliki lima lini fashion. Selain Lock Chan dan Mongoloid, ada The Bodo yang mengangkat tenun sutra Indonesia. Lalu, Ikat yang menonjolkan ikat Nusa Tenggara Timur serta Katunkatunku yang mengeksplorasi look Indonesia dari bahan katun.

Mengenai kain ikat NTT, Oscar punya cerita panjang. Dia sudah berkarya dengan kain ikat NTT sejak satu dekade silam, tepatnya mulai 2004. Oscar begitu terpesona pada keindahan kain tradisional dari Indonesia Timur tersebut. Karena itu, dia mempelajari langsung teknik membuatnya. Tidak terhitung berapa kali Oscar berkunjung ke NTT untuk mempelajari kain ikat.

’’Sampai saat ini, saya masih sering ke sana. Dalam setahun bisa sampai lima kali. Bagaimana kita pergi melihat budaya, itu akan memberikan banyak kedalaman inspirasi ke dalam karya yang kita buat,’’ ujarnya.

Oscar kerap membawa rancangan desainnya yang mengusung kain tradisional Indonesia ketika menggelar show di luar negeri. ’’Apa yang saya buat bukan sekadar busana, melainkan karya seni. Saya selalu berusaha menampilkan kekayaan budaya dalam rancangan saya seperti baju bodo, batik, ikat NTT, dan banyak lainnya,’’ ungkapnya.

Selain mengeksplorasi kekayaan budaya, Oscar menyukai tantangan dan hal-hal baru dalam setiap karya. Misalnya, ketika dia mendesain jersey untuk klub-klub peserta Speedy NBL (National Basketball League) yang di-launchingSeptember lalu. Dia mengaku mendapat pengalaman tersendiri ketika harus merancang jersey pemain basket.

Oscar tidak mengalami banyak kesulitan dalam mewujudkan idenya itu. Sebab, dia bisa becermin dari sang adik, Mario Lawalata, yang dikenal sebagai aktor dan presenter yang hobi basket.

Seperti halnya riset mendalam yang dilakukan untuk setiap karyanya, ketika mendesain jersey klub basket NBL, Oscar juga mengumpulkan data mengenai profil, filosofi, serta karakter setiap klub. Karena itu, dia membutuhkan waktu cukup lama, sekitar empat bulan, untuk menyelesaikan rancangannya. ’’Saya memang suka tantangan,’’ ujarnya.

Munculnya desainer-desainer baru yang mencuat lewat ajang pekan mode Indonesia seperti JFW atau Indonesia Fashion Week (IFW) membuat Oscar makin tertantang. Sebab, itu berarti industri fashion Indonesia makin berkembang. Banyaknya buyer dari luar negeri menjadi indikator bahwafashion tanah air mulai mendapat tempat di dunia mode internasional, khususnya di Asia.

’’Banyak sekali desainer muda Indonesia yang bermunculan dan tidak hanya dari kota-kota besar. Hanya, bagaimana setiap desainer harus memiliki identitas kuat,’’ tegas Oscar yang menyukai suasana tenang saat bekerja diworkshop tersebut.

Perjalanan Oscar menjadi desainer dimulai 16 tahun silam. Suka menggambar sejak kecil, dia menemukan passion-nya di bidang fashion design. Lulus SMA, dia masuk ke Esmod Jakarta, sekolah mode asal Prancis. Hanya satu setengah tahun kuliah, Oscar memutuskan berhenti karena krisis ekonomi pada 1998. ’’Sebab, bayarnya pakai dolar. Padahal, kurs dolar sangat tinggi,’’ tuturnya.

Dia lantas memberanikan diri membuka butik kecil-kecilan di garasi rumah. Dia juga mulai berani menunjukkan rancangannya kepada para artis teman mamanya. Salah satunya kepada penyanyi Titi D.J. Titi pun kemudian menjadi klien pertama Oscar. Sejak itu, busana desain Oscar yang unik menjadi langganan para artis. Namanya pun langsung terkerek menjadi desainer papan atas.

Setahun setelah itu, Oscar berhasil menjadi runner-up dalam ajang ASEAN Young Fashion Designer Contest 1999 di Singapura. Dia juga dianugerahi International Young Creative Entrepreneur (IYCE) Fashion Award 2009 di Inggris dengan menyisihkan 114 desainer dari 47 negara. Penghargaan tersebut diraih berkat konsistensinya mengolah serta mengembangkan kekayaan kain tradisional Indonesia. Pada 2010, Oscar menampilkan rancangannya dalam dua event mode bergengsi dunia, yaitu Pret a Porter di Paris serta London Fashion Week.

Support keluarga, terutama dari mama dan adik, menjadi faktor kesuksesan Oscar. Reggy dan Mario selalu hadir dalam show Oscar, termasuk di JFW Selasa lalu. ’’Saya selalu dikasih tahu jadwal show-nya jauh-jauh hari sehingga bisa menyiapkan diri untuk datang. Sebab, saya dan mama tahu banget kerja keras Oscar dalam menyiapkan setiap show-nya,’’ ungkap Mario.

Menurut artis 34 tahun itu, Oscar merupakan pribadi yang sangat fokus dan perfeksionis. Dia memiliki banyak koleksi buku literatur budaya dan kekayaan tradisi Indonesia yang sangat berguna dalam proses kreatif merancang suatu desain. Bila sedang berkonsentrasi mendesain untuk persiapan show, Oscar tidak bisa diganggu. Jangankan oleh orang lain, mama dan adiknya pun tidak berani mengusik.

’’Kalau lagi konsen, Oscar berubah jadi galak. Boro-boro ngajak pergi, buat ngobrol aja nggak bisa. Tapi, begitulah Oscar. Dia benar-benar mencurahkan seluruh pikirannya pada bidang yang dia suka,’’ ujarnya.

Mario ingat betul, waktu SMP, saat mendapat tugas menggambar, dirinya pasti minta tolong Oscar untuk membuatkan. Pria yang tergabung dalam tim basket selebriti Happy Ballers itu begitu mengidolakan sang kakak.

’’Lihat sehelai kain, Oscar sudah bisa membayangkan akan membuat rancangan seperti apa. Meskipun sudah nonton show-nya bertahun-tahun, saya selalu dibikin amazed di tiap rancangannya,’’ ujar Mario yang kerap mengenakan setelan rancangan kakak sekaligus desainer kebanggaannya itu.

Saat ini Oscar sedang membangun kantor, workshop, sekaligus rumah tinggal di samping rumah sang mama di kawasan Jakarta Selatan. Dia menegaskan akan terus mengembangkan kain-kain tradisional, memberikan ruang bagi perajin-perajin di pedalaman Indonesia untuk berkreasi dan menampilkan keindahan budaya Indonesia dalam rancangan desainnya.

’’Masih banyak ragam budaya Indonesia yang belum tersentuh dan bisa di-explore dalam rancangan busana,’’ ucap dia. (c5/ari/jpnn/tom)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/