25 C
Medan
Saturday, September 21, 2024

Lahirkan Pemusik Tingkat Nasional dengan Peralatan Seadanya

SMKN 11 Medan, Satu dari Dua Sekolah Menengah Musik di Indonesia

Saat memasuki perkarangan sekolah yang luasnya 5000 meter persegi itu tak terlihat orang saat belajar seperti sekolah umum lainnya. Dari lapangan utama terdengar suara musik di setiap kelas. Terlihat siswa-siswa sedang bermain keyboard. Lebih ke dalam, terdengar tabuh suara drum bersahut-sahutan. Tak jauh dari situ, ada delapan siswa yang asyik berlatih biola.

M Sahbainy Nasution, Medan

MUSIK: Aktivitas siswa SMKN 11 Medan  ruang musik.//M Sahbainy Nasution/sumutpos
MUSIK: Aktivitas siswa SMKN 11 Medan di ruang musik.//M Sahbainy Nasution/sumutpos

Begitulah, sekolah yang berlabel Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 11 Medan ini memang unik. Sekolah kejuruan yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No 31 Medan memang fokus ke musik. Dulunya, sekolah ini bernama sekolah musik Medan (SMM). Hebatnya, sekolah ini adalah satu dari dua sekolah menegah musik negeri di Indonesia. Artinya, keberadaan sekolah ini sejatinya cukup diperhatikan di Indonesia.

“Saya ingin jadi pemain biola ternama. Setamat dari sini saya ingin melanjutkan ke ISI (Institute Seni Indonesia, Red) Jogjakarta,” kata Romaito Theresia Meha, kelas 11 C.

Romaito yang bakatnya ada di biola ini mengatakan SMK 11 sudah cukup baik. “Sebenarnya dalam fasilitas sudah mendukung tapi, untuk perbandingan pada sekolah swasta musik yang ada di Medan sangat jauh dan kurang mendukung,” katanya.
Begitu juga yang dikatakan Donald Haris Sigalingging kelas 12 C yang mengambil seni vokal. Dia berharap fasilitas seklah lebih ditingkatkan. Siswa yang sempat berprestasi di beberapa even tingkat nasional ini pun berharap guru-guru di sekolahnya lebih diperhatikan.

Sebagai informasi, lulusan SMKN 11 Medan, sudah banyak yang berhasil di tingkat nasional. Tak ketinggalan Sadrah Hutapea, alumni SMK 11 Medan tamatan 1987. Ia mengatakan, di sekolah tersebut ia spesialis biola. Dengan tempahan dari guru-guru yang keras, disiplin, dan tidak memandang kehidupan siswa satu sama lain akhirnya Sadrah menjadi pemain biola yang dapat diandalkan. Ia sempat menjadi anggota Twilite Orchestra miliki Adi MS.
Sepak terjangnya tidak hanya di Twilite Orchestra, di Jakarta Sadrah sangat aktif bermusik dan menulis tetang dunia musik. “Saya juga mengikuti orchestra Erwin Gutawa atau juga Purwacaraka,” katanya.

Untuk menjadi seorang yang ternama, Sadrah mengaku pindah dari Medan untuk melanjutkan ilmu pengetahuan bermusik di ISI Jokjakarta. “Karena di ISI sudah ternama sampai mancanegara,” ucapnya.
Lanjutnya, di ISI diajarkan mandiri, tantangan lebih kuat, dan pastinya soal keilmuan yang memang diajarkan oleh dosen-dosen yang mumpuni. Dan, tentu saja atmosfir Jogja yang memang mendukung. “Yang pasti alasan saya keluar Medan dan melanjutkan ke ISI ini karena mengembangkan skill,” ucapnya.

Untuk itu agar musik Kota Medan lebih maju, Sadrah mengatakan perlu ada konser yang benar-benar bagus. Untuk SMKN 11 lebih maju, butuh perhatian orang banyak. “Buat bagus simple aja, bikin musik yang berkualitas dan harus ada monitoring dari DPRD dalam memajukan sekolah. Pastinya bukan pemerintah saja yang membantu pastinya pihak perusahaan swasta lainnya memajukan sekolah itu,” ucapnya.

Ini juga yang diungkapkan oleh Humas SMKN 11 Medan Y Panggabaian akrab di panggil Jhon. Ia mengatakan, alumni yang ada di sekolah ini banyak yang melanjutkan ke ISI, satu di antaranya adalah Sadrah Hutapea tadi. Hal ini, menurut John, karena di Medan kurang fasilitas musik dalam arti secara umum; baik konser, ruang diskusi, hingga penonton yang terdidik. “Jadi, sekolah ini hanya untuk merintis saja. Kalau untuk menjadi musisi andal, ya ke ISI Jogja atau ke IKJ Jakarta,” katanya.

Jhon juga menekankan soal perhatian dari Pemerintah Kota Medan terhadap aset di SMKN 11 yakni, talenta-talenta yang ada. “Pasalnya, musik masih dianggap bukan kebutuhan penting dibandingkan keahlian teknologi. Itu kenyataan, padahal sekolah ini langka dan banyak memberi sumbangsi terhadap Kota Medan,” katanya.

Sebagai informasi SMKN 11 Medan berdiri sejak 1969. Dulu namanya Sekolah Musik Indonesia, setelah itu diubah menjadi sekolah musik (SMM) Medan. “Setelah itu dengan ada kebijakan baru dari Pemerintah Pusat diganti dengan SMKN 11 Medan yang sampai saat ini,” ucapnya.

Kata Jhon, dalam kurun 43 tahun, sekolah ini sudah banyak melahirkan talenta-talenta musik yang sudah ternama sampai nasional. Bukan itu saja, setempuk penghargaan di raih sekolah yang berada di dekat Taman Budaya Sumatera Utara itu. Bahkan, sekolah yang memilki fokus musik klasik dan nonklasik ini sempat mewakili Indonesia dalam even internasional di Korea Selatan.

“Sekolah ini mempunyai siswa sebanyak 300 orang, 50 persennya dari daerah Sumatera Utara dan 50 persen yang berdomisili di Medan,” ucapnya.

Jhon menjelaskan, SMKN 11 memiliki 12 kelas berbasis teori sedangkan untuk yang berbasis praktik ada 17 kelas. Selain itu, sekolah ini memilki satu ruangan konser dan studio musik.
“Ruangan musik itu terdiri dari ruangan klasik seperti biola, piano, flute, clarinet, vokal, terompet, dan gitar akustik. Sedangkan ruangan nonklasik terdiri atas keybord, drum, seksofon, gitar, dan vokal,” ucapnya sambil mengatakan kondisi peralatan belajar mengajar sudah mulai tak bisa diandalkan.

Saking terujinya talenta siswa SMKN 11, Jhon mengatakan kalau muridnya tak boleh ikut kompetisi. “Kalau untuk prestasi sudah tak terhitung baik tingkat Kota Medan, Sumut, dan nasional. Sampai-sampai kalau kita mengikuti festival musik di Medan kita didiskualifikasi karena banyak sekolah lain yang minder,” ucapnya sembari menjelaskan, selain menjadi pemusik, alumni sekolah ini juga banyak yang menjadi dosen dan guru.
Akhirnya, Jhon berharap, agar ada perhatian pemerintah karena banyak anak sekolah yang mengeluh dengan peralatan musik. “Sekolah ini harus dikembangkan karena sekolah musik di Indonesia cuma dua,” ucapnya. Satu sekolah menengah musik negeri lainnya ada di Jogjakarta. (*)

SMKN 11 Medan, Satu dari Dua Sekolah Menengah Musik di Indonesia

Saat memasuki perkarangan sekolah yang luasnya 5000 meter persegi itu tak terlihat orang saat belajar seperti sekolah umum lainnya. Dari lapangan utama terdengar suara musik di setiap kelas. Terlihat siswa-siswa sedang bermain keyboard. Lebih ke dalam, terdengar tabuh suara drum bersahut-sahutan. Tak jauh dari situ, ada delapan siswa yang asyik berlatih biola.

M Sahbainy Nasution, Medan

MUSIK: Aktivitas siswa SMKN 11 Medan  ruang musik.//M Sahbainy Nasution/sumutpos
MUSIK: Aktivitas siswa SMKN 11 Medan di ruang musik.//M Sahbainy Nasution/sumutpos

Begitulah, sekolah yang berlabel Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 11 Medan ini memang unik. Sekolah kejuruan yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No 31 Medan memang fokus ke musik. Dulunya, sekolah ini bernama sekolah musik Medan (SMM). Hebatnya, sekolah ini adalah satu dari dua sekolah menegah musik negeri di Indonesia. Artinya, keberadaan sekolah ini sejatinya cukup diperhatikan di Indonesia.

“Saya ingin jadi pemain biola ternama. Setamat dari sini saya ingin melanjutkan ke ISI (Institute Seni Indonesia, Red) Jogjakarta,” kata Romaito Theresia Meha, kelas 11 C.

Romaito yang bakatnya ada di biola ini mengatakan SMK 11 sudah cukup baik. “Sebenarnya dalam fasilitas sudah mendukung tapi, untuk perbandingan pada sekolah swasta musik yang ada di Medan sangat jauh dan kurang mendukung,” katanya.
Begitu juga yang dikatakan Donald Haris Sigalingging kelas 12 C yang mengambil seni vokal. Dia berharap fasilitas seklah lebih ditingkatkan. Siswa yang sempat berprestasi di beberapa even tingkat nasional ini pun berharap guru-guru di sekolahnya lebih diperhatikan.

Sebagai informasi, lulusan SMKN 11 Medan, sudah banyak yang berhasil di tingkat nasional. Tak ketinggalan Sadrah Hutapea, alumni SMK 11 Medan tamatan 1987. Ia mengatakan, di sekolah tersebut ia spesialis biola. Dengan tempahan dari guru-guru yang keras, disiplin, dan tidak memandang kehidupan siswa satu sama lain akhirnya Sadrah menjadi pemain biola yang dapat diandalkan. Ia sempat menjadi anggota Twilite Orchestra miliki Adi MS.
Sepak terjangnya tidak hanya di Twilite Orchestra, di Jakarta Sadrah sangat aktif bermusik dan menulis tetang dunia musik. “Saya juga mengikuti orchestra Erwin Gutawa atau juga Purwacaraka,” katanya.

Untuk menjadi seorang yang ternama, Sadrah mengaku pindah dari Medan untuk melanjutkan ilmu pengetahuan bermusik di ISI Jokjakarta. “Karena di ISI sudah ternama sampai mancanegara,” ucapnya.
Lanjutnya, di ISI diajarkan mandiri, tantangan lebih kuat, dan pastinya soal keilmuan yang memang diajarkan oleh dosen-dosen yang mumpuni. Dan, tentu saja atmosfir Jogja yang memang mendukung. “Yang pasti alasan saya keluar Medan dan melanjutkan ke ISI ini karena mengembangkan skill,” ucapnya.

Untuk itu agar musik Kota Medan lebih maju, Sadrah mengatakan perlu ada konser yang benar-benar bagus. Untuk SMKN 11 lebih maju, butuh perhatian orang banyak. “Buat bagus simple aja, bikin musik yang berkualitas dan harus ada monitoring dari DPRD dalam memajukan sekolah. Pastinya bukan pemerintah saja yang membantu pastinya pihak perusahaan swasta lainnya memajukan sekolah itu,” ucapnya.

Ini juga yang diungkapkan oleh Humas SMKN 11 Medan Y Panggabaian akrab di panggil Jhon. Ia mengatakan, alumni yang ada di sekolah ini banyak yang melanjutkan ke ISI, satu di antaranya adalah Sadrah Hutapea tadi. Hal ini, menurut John, karena di Medan kurang fasilitas musik dalam arti secara umum; baik konser, ruang diskusi, hingga penonton yang terdidik. “Jadi, sekolah ini hanya untuk merintis saja. Kalau untuk menjadi musisi andal, ya ke ISI Jogja atau ke IKJ Jakarta,” katanya.

Jhon juga menekankan soal perhatian dari Pemerintah Kota Medan terhadap aset di SMKN 11 yakni, talenta-talenta yang ada. “Pasalnya, musik masih dianggap bukan kebutuhan penting dibandingkan keahlian teknologi. Itu kenyataan, padahal sekolah ini langka dan banyak memberi sumbangsi terhadap Kota Medan,” katanya.

Sebagai informasi SMKN 11 Medan berdiri sejak 1969. Dulu namanya Sekolah Musik Indonesia, setelah itu diubah menjadi sekolah musik (SMM) Medan. “Setelah itu dengan ada kebijakan baru dari Pemerintah Pusat diganti dengan SMKN 11 Medan yang sampai saat ini,” ucapnya.

Kata Jhon, dalam kurun 43 tahun, sekolah ini sudah banyak melahirkan talenta-talenta musik yang sudah ternama sampai nasional. Bukan itu saja, setempuk penghargaan di raih sekolah yang berada di dekat Taman Budaya Sumatera Utara itu. Bahkan, sekolah yang memilki fokus musik klasik dan nonklasik ini sempat mewakili Indonesia dalam even internasional di Korea Selatan.

“Sekolah ini mempunyai siswa sebanyak 300 orang, 50 persennya dari daerah Sumatera Utara dan 50 persen yang berdomisili di Medan,” ucapnya.

Jhon menjelaskan, SMKN 11 memiliki 12 kelas berbasis teori sedangkan untuk yang berbasis praktik ada 17 kelas. Selain itu, sekolah ini memilki satu ruangan konser dan studio musik.
“Ruangan musik itu terdiri dari ruangan klasik seperti biola, piano, flute, clarinet, vokal, terompet, dan gitar akustik. Sedangkan ruangan nonklasik terdiri atas keybord, drum, seksofon, gitar, dan vokal,” ucapnya sambil mengatakan kondisi peralatan belajar mengajar sudah mulai tak bisa diandalkan.

Saking terujinya talenta siswa SMKN 11, Jhon mengatakan kalau muridnya tak boleh ikut kompetisi. “Kalau untuk prestasi sudah tak terhitung baik tingkat Kota Medan, Sumut, dan nasional. Sampai-sampai kalau kita mengikuti festival musik di Medan kita didiskualifikasi karena banyak sekolah lain yang minder,” ucapnya sembari menjelaskan, selain menjadi pemusik, alumni sekolah ini juga banyak yang menjadi dosen dan guru.
Akhirnya, Jhon berharap, agar ada perhatian pemerintah karena banyak anak sekolah yang mengeluh dengan peralatan musik. “Sekolah ini harus dikembangkan karena sekolah musik di Indonesia cuma dua,” ucapnya. Satu sekolah menengah musik negeri lainnya ada di Jogjakarta. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/