26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Setiap Satu Jam Ada Satu Ibu Meninggal

MEDAN – Angka kematian ibu saat melahirkan masih terbilang cukup tinggi. Deputi Bidang KB Dan KR BKKBN dr Julianto Witjaksono AS,MGO,SpOG,K (Fer) dalam acara Roadshow Optimalisasi Peningkatan Kesertaan KB MKJP melalui Jampersal di Provinsi Sumut, Kamis (6/12) mengatakan, AKI (Maternal Mortality Rate) secara nasional tercatat 228/100 ribu kelahiran hidup. Berarti, setiap tahun ada 10.260 kematian ibu, setiap bulan ada 855 kematian ibu, setiap minggu ada 213 kematian ibu. Sementara setiap hari ada 30 kematian ibu dan setiap jam ada 1 kematian ibu.

“80 sampai 90 persen penyebab kematian dapat dicegah dengan teknologi sederhana, yang tersedia di tingkat puskesmas dan jaringannya,” ujar Julianto.

Sementara itu Direktur Jenderal Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI, Slamet Riyadi Yuwono mengatakan, jika indikator negara maju dinilai dari derajat kesehatan masyarakatnya. “Tanda-tanda kesehatan itu ditandai 3 hal yaitu besaran Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Gizi Buruk dan Usia Harapan Hidup (UHH),”ungkap Slamet Riyadi Yuwono.

Dia juga mengatakan dalam konteks tersebut, ada kesepakatan global pada 2015 dimana Indonesia harus bisa menekan angka gizi buruk dari 17,9 persen 2007 menjadi sekitar 15 persen. AKB tahun 2007 dari 34/1000 menjadi 23/1000, dan AKI dari 228/100.000 kelahiran hidup menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup. Untuk pencapaian itu sambung Selamet Riyadi, maka perlu upaya ekstra keras. “Penyebab banyak ibu meninggal saat melahirkan, yaitu karena perdarahan, infeksi, eklamsi (tekanan darah meningkat). Ketiga hal ini bisa terjadi karena saat hamil tidak memeriksakan kehamilannya dikarenakan ketiadaan uang,”ucapnya.

Maka, dalam hal itu, negara menjamin melalui Jampersal. ‘’Sekarang tidak ada batasan kehamilan berapapun ditanggung, sanjang dia menggunakan KB,”tegasnya.
Untuk itu kini roadshow terus dilakukan untuk melihat pelaksanaan jampersal dan menyerap saran-saran yang ada. (uma)

MEDAN – Angka kematian ibu saat melahirkan masih terbilang cukup tinggi. Deputi Bidang KB Dan KR BKKBN dr Julianto Witjaksono AS,MGO,SpOG,K (Fer) dalam acara Roadshow Optimalisasi Peningkatan Kesertaan KB MKJP melalui Jampersal di Provinsi Sumut, Kamis (6/12) mengatakan, AKI (Maternal Mortality Rate) secara nasional tercatat 228/100 ribu kelahiran hidup. Berarti, setiap tahun ada 10.260 kematian ibu, setiap bulan ada 855 kematian ibu, setiap minggu ada 213 kematian ibu. Sementara setiap hari ada 30 kematian ibu dan setiap jam ada 1 kematian ibu.

“80 sampai 90 persen penyebab kematian dapat dicegah dengan teknologi sederhana, yang tersedia di tingkat puskesmas dan jaringannya,” ujar Julianto.

Sementara itu Direktur Jenderal Bina Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI, Slamet Riyadi Yuwono mengatakan, jika indikator negara maju dinilai dari derajat kesehatan masyarakatnya. “Tanda-tanda kesehatan itu ditandai 3 hal yaitu besaran Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Gizi Buruk dan Usia Harapan Hidup (UHH),”ungkap Slamet Riyadi Yuwono.

Dia juga mengatakan dalam konteks tersebut, ada kesepakatan global pada 2015 dimana Indonesia harus bisa menekan angka gizi buruk dari 17,9 persen 2007 menjadi sekitar 15 persen. AKB tahun 2007 dari 34/1000 menjadi 23/1000, dan AKI dari 228/100.000 kelahiran hidup menjadi 102 per 100 ribu kelahiran hidup. Untuk pencapaian itu sambung Selamet Riyadi, maka perlu upaya ekstra keras. “Penyebab banyak ibu meninggal saat melahirkan, yaitu karena perdarahan, infeksi, eklamsi (tekanan darah meningkat). Ketiga hal ini bisa terjadi karena saat hamil tidak memeriksakan kehamilannya dikarenakan ketiadaan uang,”ucapnya.

Maka, dalam hal itu, negara menjamin melalui Jampersal. ‘’Sekarang tidak ada batasan kehamilan berapapun ditanggung, sanjang dia menggunakan KB,”tegasnya.
Untuk itu kini roadshow terus dilakukan untuk melihat pelaksanaan jampersal dan menyerap saran-saran yang ada. (uma)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/