26.6 C
Medan
Saturday, June 1, 2024

Groundsill & Tinggikan Dasar Sungai, Solusi Menteri PUPR Menangani Banjir Mebidang

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Beberapa solusi darurat dalam menangani banjir besar di wilayah Medan, Binjai, dan Deliserdang (Mebidang) , akan segera dikerjakan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimoeljono. Mulai dari membangun groundsill hingga pemadatan tebing sungai. Penanganan darurat itu diperkirakan akan selesai dalam 3 pekan.

TINJAU: Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, bersama Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, meninjau lokasi banjir di kawasan pemukiman Perumahan De Flamboyan Tanjung Selamat Kabupaten Deliserdang, Senin (7/12). Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprov Sumut/Veri Ardian.
TINJAU: Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, bersama Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, meninjau lokasi banjir di kawasan pemukiman Perumahan De Flamboyan Tanjung Selamat Kabupaten Deliserdang, Senin (7/12). Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprov Sumut/Veri Ardian.

“PERTAMA bikin groundsill (bangunan melintang sungai, bertujuan untuk mengurangi kecepatan arus dan meningkatkan laju pengendap di hilir), meninggikan dasar sungai supaya arus sungai tidak terlalu deras. (Jadi airnya) tidak menghantam kiri-kanan tebing,” kata Basuki Hadimuljono, saat meninjau kompleks perumahan De Flamboyan di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Senin (7/12). Kompleks ini paling parah diterjang banjir besar, Jumat dinihari lalu.

Didampingi Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II, Manam Noprayamin, Basuki menjelaskan, tebing sungai juga tidak dibuat terlalu proper. “Tidak terlalu kuat karena kelihatan tidak ada pemadatan. Nanti akan kita padatkan dengan geobag,” kata dian

Untuk itu, Basuki memerintahkan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II untuk segera menurunkan alat berat dan memberikan tenggat waktu 3 minggu untuk memperbaiki jalur sungai dan lainnya.

Basuki menargetkan perbaikan selesai 3 minggu, karena kemungkinan banjir besar akan datang lagi. Mengingat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, saat ini musim hujan ada terjadi La Nina dan awan dari lautan Hindia yang membawa uap air lebih banyak.

Dijelaskannya, penanganan saat ini sifatnya adalah darurat. Pemasangan geobag yang padat dan lebih berat, tidak akan masalah jika dilewati air. Namun jika air yang melewati bercampur dengan tanah, itu dapat mengakibatkan banjir bandang. “(Ini) perbaikan darurat. Nanti setelah musim kering, nanti kita akan tangani secara menyeluruh,” katanya.

Pihaknya juga akan membangun tanggul darurat yang jebol di kawasan Medan Sunggal, untuk mengantisipasi air di aliran Sungai Belawan kembali memasuki Kompleks De Flamboyan.

Selain penanganan di De Flamboyan, pihaknya juga akan melakukan penanganan untuk banjir di Kampung Lalang, Langkat, dan Tebingtinggi. “Tebingtinggi itu sama. Tanggulnya jebol. Saya sudah dapat laporan dari kepala balai. Kita akan perbaiki,” katanya.

Siapkan Rusun Bagi Warga

Pada kesempatan itu, Basuki Hadimuljono mengatakan, pihaknya akan membangunkan rumah susun (rusun) dan apartemen bagi masyarakat di bantaran sungai yang ingin pindah.

“Ini Sungai Deli, Percut, Belawan, ‘kan 3 sistem yang melalui Medan. Kita akan normalisasi, kita sudah punya desainnya,” ujarnya kepada wartawan.

Untuk itu, dia berharap agar warga mau pindah, sehingga rencana normalisasi sungai bisa berjalan maksimal. “Kami mohon bagi masyarakat yang tinggal di bantaran, kalau mau dipindahkan, kita bikinkan rumah susun, apartemen. Tapi jangan lagi tinggal di bantaran,” kata Basuki.

Ia menyebut, banjir yang melanda permukiman di antaranya karena masyarakat yang justru memilih tinggal di aliran sungai. Sehingga ketika masuk musim penghujan, rawan terkena banjir.

“Memang kita semua butuh lahan untuk pemukiman tapi hati-hati menentukan. Harus dihitung betul. Aspek keselamatan lebih penting dan harus menjadi perhatian bersama,” katanya

Disebutkannya, kadang-kadang banjir juga karena orangnya. “Masyarakatnya tinggal di palung sungai, bantaran. Padahal ‘kan bantaran ini seharusnya jadi tanggul,” ucapnya.

Ketika ditanya mengenai apakah penyempitan sungai di Sumut sudah parah, menurutnya hal tersebut juga terjadi di tempat lain. Di kota besar lainnya, juga terjadi hal yang sama. Dia mencontohkan di Kampung Melayu di Jakarta, yang terjadi penyempitan. “Memang kita butuh pemukiman. Makanya kita bikin rusun dan apartemen,” katanya.

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengaku siap menindaklanjuti instruksi menteri PUPR soal pendirian rusun bagi masyarakat yang selama ini tinggal di bantaran sungai.

Selain ketersediaan lokasi, juga butuh komitmen dari masyarakat pinggir DAS agar mau dipindahkan ke bangunan yang telah dipersiapkan Kementerian PUPR nanti. “Asal warga ini mau, beliau (Menteri Basuki) akan menyiapkan bangunannya. Kita siapkan tanahnya, supaya warga nanti pindah ke rumah susun. Tapi kita tanyakan dulu sama mereka, mau pindah atau tidak mereka ini? Jadi butuh pendekatan juga. Soal lahan akan kita carikan, apakah tetap di sini atau di mana,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, banjir di Sumut terjadi di beberapa titik, akibat meluapnya 5 sungai di Medan, seperti Sungai Deli, Sungai Babura, Sungai Belawan, Sungai Seikambing, dan Sungai Mencirim.

Banjir di De Flamboyan sendiri akibat meluapnya Sungai Pantai Bokek atau Sungai Tanjung Selamat yang mengalir ke Sungai Belawan. Banjir di perumahan De Flamboyan ini, memakan korban jiwa sebanyak 6 orang, dan satu orang lainnya masih dalam pencarian akibat terseret arus air.

Sebanyak 343 orang warga yang tinggal di perumahan tersebut terpaksa mengungsi di posko pengungsian di Balai Desa Tanjung Selamat dan aula Arhanud yang tidak jauh dari lokasi banjir.

Pengalihan Sungai Bisa Dipidana

Terkait adanya dugaan pengalihan aliran Sungai Belawan yang diduga menjadi salahsatu penyebab banjir Kota Medan, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengatakan, sedang memastikannya bersama Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II.

“Itu sedang saya cek apakah ada surat izinnya. Kalau tidak ada izinnya, kita serahkan ke BWS. Karena pengalihan sungai harus atas seizin BWS. Tidak bisa sembarangan begitu,” ucap Edy menjawab wartawan saat berkunjung ke Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Senin (7/12).

Langkah itu, menurut dia, setelah melihat langsung adanya aliran Sungai Belawan yang dimatikan oleh pengembang Kompleks De Flamboyan yang berada di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, untuk kepentingan pembangunan.

Gubsu menilai tidak menutup kemungkinan menempuh langkah hukum, mengingat dampak dari pengalihan aliran sungai oleh pengembang menyebabkan banjir besar yang menimbulkan korban tewas.

“Pastilah, pasti. Kalau sudah mengganggu aliran air sungai dan tidak sesuai aturan main sungai, itu larinya ke sana (pidana),” kata mantan Pangkostrad itu.

Namun saat ini, Edy lebih fokus memikirkan penanganan para korban banjir di Kompleks De Flamboyan tersebut. “Sekarang, bagaimana tanggungjawabnya kepada masyarakat ini, itu dulu,” pungkasnya.

Hingga kemarin, ratusan warga masih mengungsi di dua lokasi posko pengungsian, yakni Balai Desa Tanjung Selamat dan di Aula Batalyon Arhanud.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, adapun hasil uji swab PCR milik 48 orang korban banjir Kompleks De Flamboyan yang saat ini berada di pengungsian, telah keluar. “Untuk uji swab ada 48 orang yang jalani uji swab di pengungsian. Seluruhnya negatif,” katanya.

Namun untuk ratusan pengungsi lainnya, Dinkes Sumut tidak bisa berbuat banyak, lantaran kebanyakan para pengungsi enggan dites swab. “Sisanya nggak mau. Padahal sudah kita fasilitasi secara gratis,” ujarnya.

Ia menjelaskan, untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona di Sumut, sesuai standar WHO, setiap harinya harus ada 2.100 orang yang menjalani uji swab. Termasuk mereka yang diketahui memiliki kontak erat dengan pasien positif Covid-19.

“Kalau setiap hari ada 2.100 orang yang jalani swab, maka akan semakin cepat mata rantai Covid-19 di Sumut ini terputus,” sebutnya.

Sebelumnya, Kepala Puskesmas Sei Mencirim, dr Juliani menyebutkan uji swab kepada para pengungsi dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona. Hal itu diakuinya atas permintaan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi.

“Tadi pagi pak gubernur datang dan menganjurkan agar semua korban banjir di swab,” katanya saat berada di posko pengungsi di Batalyon Arhanud, Sabtu (5/12).

Berdasarkan data, ada total 350 orang pengungsi yang berada di dua posko Balai Desa Tanjung Selamat dan Aula Asrama Arhanud.

“Apabila nantinya ada pengungsi yang dinyatakan positif Covid-19, maka akan langsung diisolasi. Mudah-mudahan nanti hasilnya baik,” ujarnya.

PUPR Akan Tangani Tanggul Jebol

Selain Kota Medan, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, juga meninjau tanggul yang rusak akibat banjir di Sungai Padang, Kota Tebingtinggi, tepatnya di Jalan Ikhlas, Kelurahan, Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebingtinggi, Senin (7/12).

Tiba di Tebingtinggi, Menteri PUPR langsung meninjau Bendungan Sei Padang (Bajayu) bersama Wali Kota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan di Desa Paya Pasir Kabupaten Sergai.

Basuki mengatakan, Sungai Padang ini alirannya juga dari Siantar. “Saya akan tangani. Ada beberapa tadi, yakni tanggul, drainase-drainase kota yang mengalir ke sungai dan pintu-pintu klep. Pintu klep yang rusak akan diperbaiki. Fungsinya jika air kering, akan terbuka, dan jika debit air sungai tinggi, akan tertutup. Ini akan kita tangani,” ujar Basuki.

Terkait rencana normalisasi Sungai Padang, menurutnya akan dikerjakan belakangan. Saat ini yang dikejar adalah perbaikan tanggul dan pintu klep. Penanganan tanggul khusus di tikungan Sungai Padang akan dilakukan berbeda dari tanggul yang posisinya lurus di pinggiran Sungai Padang. “Kalau tanggulnya lurus, tidak akan termakan oleh arus. Tetapi kalau di tikungan luar, pasti tergerus air. Kalau tanggul dibuat sama, pasti nggak kuat,” jelas Basuki.

Wali Kota Tebingtinggi, Umar Zunaidi Hasibuan, berterimakasih kepada Menteri PUPR karena turun langsung meninjau tanggul jebol di Sungai Padang. “Semoga banjir bisa teratasi dengan baik,” harapnya. (prn/ian)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Beberapa solusi darurat dalam menangani banjir besar di wilayah Medan, Binjai, dan Deliserdang (Mebidang) , akan segera dikerjakan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimoeljono. Mulai dari membangun groundsill hingga pemadatan tebing sungai. Penanganan darurat itu diperkirakan akan selesai dalam 3 pekan.

TINJAU: Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, bersama Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, meninjau lokasi banjir di kawasan pemukiman Perumahan De Flamboyan Tanjung Selamat Kabupaten Deliserdang, Senin (7/12). Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprov Sumut/Veri Ardian.
TINJAU: Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, bersama Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, meninjau lokasi banjir di kawasan pemukiman Perumahan De Flamboyan Tanjung Selamat Kabupaten Deliserdang, Senin (7/12). Biro Humas dan Keprotokolan Setdaprov Sumut/Veri Ardian.

“PERTAMA bikin groundsill (bangunan melintang sungai, bertujuan untuk mengurangi kecepatan arus dan meningkatkan laju pengendap di hilir), meninggikan dasar sungai supaya arus sungai tidak terlalu deras. (Jadi airnya) tidak menghantam kiri-kanan tebing,” kata Basuki Hadimuljono, saat meninjau kompleks perumahan De Flamboyan di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Senin (7/12). Kompleks ini paling parah diterjang banjir besar, Jumat dinihari lalu.

Didampingi Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dan Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II, Manam Noprayamin, Basuki menjelaskan, tebing sungai juga tidak dibuat terlalu proper. “Tidak terlalu kuat karena kelihatan tidak ada pemadatan. Nanti akan kita padatkan dengan geobag,” kata dian

Untuk itu, Basuki memerintahkan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II untuk segera menurunkan alat berat dan memberikan tenggat waktu 3 minggu untuk memperbaiki jalur sungai dan lainnya.

Basuki menargetkan perbaikan selesai 3 minggu, karena kemungkinan banjir besar akan datang lagi. Mengingat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, saat ini musim hujan ada terjadi La Nina dan awan dari lautan Hindia yang membawa uap air lebih banyak.

Dijelaskannya, penanganan saat ini sifatnya adalah darurat. Pemasangan geobag yang padat dan lebih berat, tidak akan masalah jika dilewati air. Namun jika air yang melewati bercampur dengan tanah, itu dapat mengakibatkan banjir bandang. “(Ini) perbaikan darurat. Nanti setelah musim kering, nanti kita akan tangani secara menyeluruh,” katanya.

Pihaknya juga akan membangun tanggul darurat yang jebol di kawasan Medan Sunggal, untuk mengantisipasi air di aliran Sungai Belawan kembali memasuki Kompleks De Flamboyan.

Selain penanganan di De Flamboyan, pihaknya juga akan melakukan penanganan untuk banjir di Kampung Lalang, Langkat, dan Tebingtinggi. “Tebingtinggi itu sama. Tanggulnya jebol. Saya sudah dapat laporan dari kepala balai. Kita akan perbaiki,” katanya.

Siapkan Rusun Bagi Warga

Pada kesempatan itu, Basuki Hadimuljono mengatakan, pihaknya akan membangunkan rumah susun (rusun) dan apartemen bagi masyarakat di bantaran sungai yang ingin pindah.

“Ini Sungai Deli, Percut, Belawan, ‘kan 3 sistem yang melalui Medan. Kita akan normalisasi, kita sudah punya desainnya,” ujarnya kepada wartawan.

Untuk itu, dia berharap agar warga mau pindah, sehingga rencana normalisasi sungai bisa berjalan maksimal. “Kami mohon bagi masyarakat yang tinggal di bantaran, kalau mau dipindahkan, kita bikinkan rumah susun, apartemen. Tapi jangan lagi tinggal di bantaran,” kata Basuki.

Ia menyebut, banjir yang melanda permukiman di antaranya karena masyarakat yang justru memilih tinggal di aliran sungai. Sehingga ketika masuk musim penghujan, rawan terkena banjir.

“Memang kita semua butuh lahan untuk pemukiman tapi hati-hati menentukan. Harus dihitung betul. Aspek keselamatan lebih penting dan harus menjadi perhatian bersama,” katanya

Disebutkannya, kadang-kadang banjir juga karena orangnya. “Masyarakatnya tinggal di palung sungai, bantaran. Padahal ‘kan bantaran ini seharusnya jadi tanggul,” ucapnya.

Ketika ditanya mengenai apakah penyempitan sungai di Sumut sudah parah, menurutnya hal tersebut juga terjadi di tempat lain. Di kota besar lainnya, juga terjadi hal yang sama. Dia mencontohkan di Kampung Melayu di Jakarta, yang terjadi penyempitan. “Memang kita butuh pemukiman. Makanya kita bikin rusun dan apartemen,” katanya.

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi mengaku siap menindaklanjuti instruksi menteri PUPR soal pendirian rusun bagi masyarakat yang selama ini tinggal di bantaran sungai.

Selain ketersediaan lokasi, juga butuh komitmen dari masyarakat pinggir DAS agar mau dipindahkan ke bangunan yang telah dipersiapkan Kementerian PUPR nanti. “Asal warga ini mau, beliau (Menteri Basuki) akan menyiapkan bangunannya. Kita siapkan tanahnya, supaya warga nanti pindah ke rumah susun. Tapi kita tanyakan dulu sama mereka, mau pindah atau tidak mereka ini? Jadi butuh pendekatan juga. Soal lahan akan kita carikan, apakah tetap di sini atau di mana,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, banjir di Sumut terjadi di beberapa titik, akibat meluapnya 5 sungai di Medan, seperti Sungai Deli, Sungai Babura, Sungai Belawan, Sungai Seikambing, dan Sungai Mencirim.

Banjir di De Flamboyan sendiri akibat meluapnya Sungai Pantai Bokek atau Sungai Tanjung Selamat yang mengalir ke Sungai Belawan. Banjir di perumahan De Flamboyan ini, memakan korban jiwa sebanyak 6 orang, dan satu orang lainnya masih dalam pencarian akibat terseret arus air.

Sebanyak 343 orang warga yang tinggal di perumahan tersebut terpaksa mengungsi di posko pengungsian di Balai Desa Tanjung Selamat dan aula Arhanud yang tidak jauh dari lokasi banjir.

Pengalihan Sungai Bisa Dipidana

Terkait adanya dugaan pengalihan aliran Sungai Belawan yang diduga menjadi salahsatu penyebab banjir Kota Medan, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengatakan, sedang memastikannya bersama Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) II.

“Itu sedang saya cek apakah ada surat izinnya. Kalau tidak ada izinnya, kita serahkan ke BWS. Karena pengalihan sungai harus atas seizin BWS. Tidak bisa sembarangan begitu,” ucap Edy menjawab wartawan saat berkunjung ke Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, Senin (7/12).

Langkah itu, menurut dia, setelah melihat langsung adanya aliran Sungai Belawan yang dimatikan oleh pengembang Kompleks De Flamboyan yang berada di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, untuk kepentingan pembangunan.

Gubsu menilai tidak menutup kemungkinan menempuh langkah hukum, mengingat dampak dari pengalihan aliran sungai oleh pengembang menyebabkan banjir besar yang menimbulkan korban tewas.

“Pastilah, pasti. Kalau sudah mengganggu aliran air sungai dan tidak sesuai aturan main sungai, itu larinya ke sana (pidana),” kata mantan Pangkostrad itu.

Namun saat ini, Edy lebih fokus memikirkan penanganan para korban banjir di Kompleks De Flamboyan tersebut. “Sekarang, bagaimana tanggungjawabnya kepada masyarakat ini, itu dulu,” pungkasnya.

Hingga kemarin, ratusan warga masih mengungsi di dua lokasi posko pengungsian, yakni Balai Desa Tanjung Selamat dan di Aula Batalyon Arhanud.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, adapun hasil uji swab PCR milik 48 orang korban banjir Kompleks De Flamboyan yang saat ini berada di pengungsian, telah keluar. “Untuk uji swab ada 48 orang yang jalani uji swab di pengungsian. Seluruhnya negatif,” katanya.

Namun untuk ratusan pengungsi lainnya, Dinkes Sumut tidak bisa berbuat banyak, lantaran kebanyakan para pengungsi enggan dites swab. “Sisanya nggak mau. Padahal sudah kita fasilitasi secara gratis,” ujarnya.

Ia menjelaskan, untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona di Sumut, sesuai standar WHO, setiap harinya harus ada 2.100 orang yang menjalani uji swab. Termasuk mereka yang diketahui memiliki kontak erat dengan pasien positif Covid-19.

“Kalau setiap hari ada 2.100 orang yang jalani swab, maka akan semakin cepat mata rantai Covid-19 di Sumut ini terputus,” sebutnya.

Sebelumnya, Kepala Puskesmas Sei Mencirim, dr Juliani menyebutkan uji swab kepada para pengungsi dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus Corona. Hal itu diakuinya atas permintaan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi.

“Tadi pagi pak gubernur datang dan menganjurkan agar semua korban banjir di swab,” katanya saat berada di posko pengungsi di Batalyon Arhanud, Sabtu (5/12).

Berdasarkan data, ada total 350 orang pengungsi yang berada di dua posko Balai Desa Tanjung Selamat dan Aula Asrama Arhanud.

“Apabila nantinya ada pengungsi yang dinyatakan positif Covid-19, maka akan langsung diisolasi. Mudah-mudahan nanti hasilnya baik,” ujarnya.

PUPR Akan Tangani Tanggul Jebol

Selain Kota Medan, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, juga meninjau tanggul yang rusak akibat banjir di Sungai Padang, Kota Tebingtinggi, tepatnya di Jalan Ikhlas, Kelurahan, Tanjung Marulak Kecamatan Rambutan, Kota Tebingtinggi, Senin (7/12).

Tiba di Tebingtinggi, Menteri PUPR langsung meninjau Bendungan Sei Padang (Bajayu) bersama Wali Kota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan di Desa Paya Pasir Kabupaten Sergai.

Basuki mengatakan, Sungai Padang ini alirannya juga dari Siantar. “Saya akan tangani. Ada beberapa tadi, yakni tanggul, drainase-drainase kota yang mengalir ke sungai dan pintu-pintu klep. Pintu klep yang rusak akan diperbaiki. Fungsinya jika air kering, akan terbuka, dan jika debit air sungai tinggi, akan tertutup. Ini akan kita tangani,” ujar Basuki.

Terkait rencana normalisasi Sungai Padang, menurutnya akan dikerjakan belakangan. Saat ini yang dikejar adalah perbaikan tanggul dan pintu klep. Penanganan tanggul khusus di tikungan Sungai Padang akan dilakukan berbeda dari tanggul yang posisinya lurus di pinggiran Sungai Padang. “Kalau tanggulnya lurus, tidak akan termakan oleh arus. Tetapi kalau di tikungan luar, pasti tergerus air. Kalau tanggul dibuat sama, pasti nggak kuat,” jelas Basuki.

Wali Kota Tebingtinggi, Umar Zunaidi Hasibuan, berterimakasih kepada Menteri PUPR karena turun langsung meninjau tanggul jebol di Sungai Padang. “Semoga banjir bisa teratasi dengan baik,” harapnya. (prn/ian)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/