27 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Temuan Peneliti Unpab Medan, Daun Sirih dan Daun Kari Hambat Virus Corona

Ketua Tim Peneliti Unpab, Najla Lubis.
Ketua Tim Peneliti Unpab, Najla Lubis.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sejumlah peneliti dari Universitas Pembangunan Panca Budi (Unpab) Medan, mengklaim telah menemukan sejumlah tanaman herbal yang ekstraknya berpotensi sebagai antivirus alami dan mencegah virus corona atau Covid-19.

“Beberapa komoditi jika dikonsumsi, diduga kuat berpotensi mengatasi COVID-19. Yakni daun sirih dan daun kari,” kata Rektor Unpab, Dr HM Isa Indrawan SE MM, dalam siaran persnya yang diterima, Rabu (8/4).

Menurut Isa Indrawan, dari hasil penelitian para peneliti tim Unpab yang dipimpin oleh Najla Lubis ST, MSin

daun sirih disinyalir mengandung senyawa metabolit sekunder turunan flavonoid dan saponin yang berpotensi sebagai antivirus. Sedangkan daun kari berpotensi sebagai antibakteri dan antivirus, karena mengandung senyawa metabolit sekunder turunan terpenoid.

“Peneliti Unpab telah melakukan penelitian sebelumnya, bahwa ekstrak dan minyak atsiri dari daun kari sebagai antibakteri (terbukti) mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Ekstraknya menyebabkan lisis pada dinding sel bakteri,” katanya.

Hal serupa, kata dia, juga dapat berlaku untuk virus, di mana dinding sel dari virus hampir sama dengan bakteri gram negatif, namun sedikit lebih tebal.

Isa mengaku, penemuan ilmiah ini sudah diuji di laboratorium Unpab, dengan kondisi yang menyerupai dinding sel virus. Di mana daun kari dapat menyebabkan lisis (rusak) pada virus, termasuk virus corona. “Jadi dapat disimpulkan, bahwa daun kari dan daun sirih berpotensi sebagai antibakteri dan juga antivirus corona,” cetusnya.

Ketua Tim Peneliti Unpab, Najla Lubis, menambahkan, timnya sedang melaksanakan penelitian lebih lanjut untuk memastikan pada konsentrasi berapa yang paling efektif dalam mengatasi Covid-19.

“Masih kita teliti lebih lanjut,” ujar peneliti kimia bahan alam yang tengah menempuh pendidikan program doktor di USU ini.

Sebelumnya ia telah membuktikan, curcumin pada temulawak sebagai indikator awal adanya kandungan senyawa berbahaya (formalin dan boraks) pada produk olahan pangan. (ris)

Ketua Tim Peneliti Unpab, Najla Lubis.
Ketua Tim Peneliti Unpab, Najla Lubis.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sejumlah peneliti dari Universitas Pembangunan Panca Budi (Unpab) Medan, mengklaim telah menemukan sejumlah tanaman herbal yang ekstraknya berpotensi sebagai antivirus alami dan mencegah virus corona atau Covid-19.

“Beberapa komoditi jika dikonsumsi, diduga kuat berpotensi mengatasi COVID-19. Yakni daun sirih dan daun kari,” kata Rektor Unpab, Dr HM Isa Indrawan SE MM, dalam siaran persnya yang diterima, Rabu (8/4).

Menurut Isa Indrawan, dari hasil penelitian para peneliti tim Unpab yang dipimpin oleh Najla Lubis ST, MSin

daun sirih disinyalir mengandung senyawa metabolit sekunder turunan flavonoid dan saponin yang berpotensi sebagai antivirus. Sedangkan daun kari berpotensi sebagai antibakteri dan antivirus, karena mengandung senyawa metabolit sekunder turunan terpenoid.

“Peneliti Unpab telah melakukan penelitian sebelumnya, bahwa ekstrak dan minyak atsiri dari daun kari sebagai antibakteri (terbukti) mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Ekstraknya menyebabkan lisis pada dinding sel bakteri,” katanya.

Hal serupa, kata dia, juga dapat berlaku untuk virus, di mana dinding sel dari virus hampir sama dengan bakteri gram negatif, namun sedikit lebih tebal.

Isa mengaku, penemuan ilmiah ini sudah diuji di laboratorium Unpab, dengan kondisi yang menyerupai dinding sel virus. Di mana daun kari dapat menyebabkan lisis (rusak) pada virus, termasuk virus corona. “Jadi dapat disimpulkan, bahwa daun kari dan daun sirih berpotensi sebagai antibakteri dan juga antivirus corona,” cetusnya.

Ketua Tim Peneliti Unpab, Najla Lubis, menambahkan, timnya sedang melaksanakan penelitian lebih lanjut untuk memastikan pada konsentrasi berapa yang paling efektif dalam mengatasi Covid-19.

“Masih kita teliti lebih lanjut,” ujar peneliti kimia bahan alam yang tengah menempuh pendidikan program doktor di USU ini.

Sebelumnya ia telah membuktikan, curcumin pada temulawak sebagai indikator awal adanya kandungan senyawa berbahaya (formalin dan boraks) pada produk olahan pangan. (ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/